5 Fakta Cold Moon 4 Desember 2025, Supermoon Terakhir Tahun Ini

Cold Moon, fenomena bulan purnama terakhir tahun 2025 yang berstatus Supermoon, akan segera menghiasi langit Indonesia mulai Kamis (4/12/2025) malam. Fenomena ini tidak hanya menawarkan tontonan langit yang memukau, tetapi juga membawa ancaman banjir rob di puluhan wilayah pesisir Indonesia.

**Asal Usul Nama Cold Moon**

Berdasarkan keterangan Pakar Astronomi BRIN Thomas Djamaluddin dan Astronom Amatir Marufin Sudibyo, terdapat lima fakta penting mengenai Cold Moon yang terjadi pada 4 Desember 2025.

Istilah Cold Moon adalah istilah populer yang berkembang di Amerika Serikat dan Kanada, terkait dengan dunia pertanian setempat. Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa Cold Moon merujuk pada fenomena bulan purnama yang terjadi bersamaan dengan cuaca dingin di belahan bumi utara.

“Cold moon (bulan dingin) adalah purnama pada akhir tahun saat cuaca dingin di belahan bumi utara,” jelas Thomas ketika dihubungi Kompas.com pada Selasa (2/12/2025).

**Penamaan Berdasarkan Musim**

Sementara itu, Marufin Sudibyo menambahkan bahwa sebutan ini murni didasarkan pada musim. “Disebut cold moon karena merupakan Bulan Purnama di puncak musim dingin (Desember), terlepas apakah statusnya Supermoon (Purnama Perigean) atau Minimoon (Purnama Apogean),” jelas Marufin kepada Kompas.com, Rabu (3/12/2025).

**Waktu dan Posisi Astronomis**

Fenomena Cold Moon ini adalah Supermoon terakhir di tahun 2025 dan yang terbesar kedua setelah Beaver Moon pada November. Marufin Sudibyo menjelaskan, titik terdekat Bulan ke Bumi (perigee) akan dicapai pada 4 Desember 2025 pukul 18.07 WIB pada jarak 356.900 km (pusat Bumi ke pusat Bulan).

Fase purnamanya sendiri akan tercapai 12 jam kemudian, yakni pada 5 Desember 2025 pukul 06.15 WIB. Karena selisih titik perigee dengan purnama kurang dari 24 jam, fenomena ini masuk kategori Purnama Perigean.

**Periode Pengamatan Optimal**

Supermoon ini dapat dinikmati sejak Kamis 4 Desember saat Matahari terbenam waktu Indonesia hingga Jumat pagi 5 Desember saat Matahari terbit.

**Ancaman Banjir Rob di 21 Wilayah**

Cold Supermoon memicu peringatan serius dari BMKG. Fenomena Purnama Perigean selalu berkaitan dengan pasang naik maksimum. BMKG menyampaikan, potensi banjir pesisir (rob) diperkirakan terjadi di sedikitnya 21 wilayah pesisir Indonesia, mulai dari Pesisir Aceh, Pesisir Utara Jawa (termasuk Jakarta Utara dan Semarang Utara), hingga Pesisir Maluku.

“Purnama perigean selalu berkaitan dengan pasang naik maksimum. Sehingga memiliki resiko untuk dataran rendah pasang surut seperti yang ada di pesisir Utara pulau Jawa dan pesisir timur Sumatera,” jelas Marufin Sudibyo.

**Dampak pada Aktivitas Ekonomi**

Dampak ini dapat mengganggu aktivitas bongkar muat di pelabuhan, permukiman pesisir, hingga tambak garam dan perikanan darat.

**Perbandingan Ukuran dengan November**

Meskipun Cold Moon tampak 10 persen lebih besar dari bulan purnama rata-rata, ukurannya masih kalah dari Supermoon November (Beaver Moon). Marufin Sudibyo menjelaskan perbandingan ukuran ini.

“Perbedaan Supermoon Desember dengan Supermoon November terletak pada ukuran tampak (terlihat)-nya. Karena jarak Bumi-Bulan pada Supermoon Desember lebih besar dari November, maka kali ini Supermoon akan nampak sedikit lebih kecil,” jelasnya.

**Perbedaan Visual Tidak Kasat Mata**

Namun, ia menegaskan bahwa perbedaan ukuran ini hanya dapat dibuktikan secara astrofotografi dan tidak bisa melalui pandangan mata telanjang saja.

**Tips Fotografi Profesional**

Untuk mengabadikan Cold Moon dan mendapatkan detail yang tajam tanpa saturasi (cahaya berlebihan), pengamat harus menggunakan kamera yang memungkinkan pengaturan manual. Marufin Sudibyo memberikan trik khusus pengaturan kamera.

“Bulan purnama paling bagus direkam dengan ISO 100 pada bukaan rana sekecil mungkin dan kecepatan rana 1/100,” ungkapnya.

**Prinsip Teknis Fotografi Astronomi**

Pengaturan ini bertujuan agar jumlah cahaya yang masuk ke sensor kamera sesedikit mungkin, yang sangat penting karena Bulan purnama adalah benda langit yang tampak besar dan terang dari Bumi.

**Mekanisme Supermoon dan Pasang Surut**

Fenomena Supermoon terjadi ketika bulan purnama atau bulan baru bertepatan dengan perigee, yaitu titik terdekat orbit Bulan dengan Bumi. Gravitasi Bulan yang lebih kuat pada jarak terdekat ini menyebabkan pasang surut yang lebih ekstrem daripada biasanya.

**Wilayah Paling Rentan**

Wilayah-wilayah yang paling rentan terhadap banjir rob meliputi dataran rendah di pesisir utara Jawa, pesisir timur Sumatera, dan wilayah kepulauan lainnya yang memiliki topografi rendah dan berbatasan langsung dengan laut.

**Antisipasi dan Mitigasi**

Pemerintah daerah di wilayah pesisir diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi, termasuk sistem peringatan dini dan evakuasi jika diperlukan. Nelayan dan pelaku usaha maritim juga diharapkan menyesuaikan jadwal aktivitas dengan kondisi pasang surut yang ekstrem ini.

**Aspek Ilmiah dan Edukasi**

Fenomena Cold Moon memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih memahami hubungan antara posisi astronomis benda langit dengan fenomena alam di Bumi. Ini menjadi momen edukasi yang berharga tentang astronomi dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Breaking the Spell: Agama sebagai Fenomena Alam

Si Pamutung: Sebuah Pemukiman Kuno di Pedalaman Sumatera Utara

Seri Tempo: Kisah Berdesir dari Pesisir Laut