Ketika berada di tengah udara dingin yang berangin, tubuh seringkali bereaksi dengan gemetar atau menggigil. Fenomena ini ternyata bukan sekadar respons kedinginan biasa, melainkan mekanisme pertahanan fisiologis yang sangat rumit. Para ahli mengklasifikasikan menggigil sebagai respons alamiah yang dirancang khusus untuk mempertahankan suhu inti tubuh.
**Kontraksi Otot sebagai Pembangkit Panas**
Dr. Natasha Bhuyan, dokter keluarga dari Phoenix, Arizona, menjelaskan bahwa menggigil merupakan cara tubuh memproduksi panas melalui kontraksi otot. “Menggigil adalah cara tubuh menghasilkan panas ketika kedinginan. Ini dilakukan melalui kontraksi otot,” kata Dr. Bhuyan dikutip Popular Science.
**Efektivitas Kontraksi Involunter**
Kontraksi otot tidak sadar ini menunjukkan efektivitas yang luar biasa. Menggigil mampu meningkatkan metabolisme tubuh secara signifikan, meski memerlukan energi dalam jumlah besar dan berpotensi menyebabkan kelelahan lebih cepat.
**Hipotalamus sebagai Pusat Kontrol**
Seperti halnya bersin atau merinding, menggigil adalah respons perlindungan yang terjadi tanpa disadari. Dr. Romina Sifuentes Palomino, spesialis kedokteran keluarga di Keck Medicine of USC, menerangkan bahwa hipotalamus—bagian otak yang mengatur fungsi tubuh—dapat mendeteksi penurunan suhu internal tubuh meskipun sangat kecil.
**Aktivitas Otot untuk Menjaga Stabilitas**
“Hipotalamus kemudian memicu aktivitas otot yang cepat untuk membantu menjaga stabilitas,” jelas Dr. Palomino. Menggigil merupakan respons yang sehat dan alamiah terhadap suhu dingin.
**Sistem Termostat Bawaan**
“Ini seperti respons termostat bawaan yang dirancang untuk mencegah hipotermia,” kata Dr. Palomino, merujuk pada kondisi medis berbahaya ketika suhu tubuh turun di bawah 35 derajat Celsius.
**Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ambang Menggigil**
Penyebab menggigil tidak selalu berkaitan dengan suhu dingin semata. Dr. Palomino menjelaskan bahwa faktor seperti usia, lemak tubuh, kondisi medis, dan kemampuan tubuh beradaptasi terhadap dingin dapat mengubah ambang suhu ketika seseorang mulai menggigil.
**Kelompok Rentan: Anak dan Lansia**
Anak kecil dan lansia, misalnya, cenderung lebih mudah menggigil karena metabolisme yang lebih lambat atau ukuran tubuh yang kurang efisien dalam mengatur suhu.
**Respons Emosional dan Kondisi Sakit**
Menariknya, menggigil juga dapat menjadi respons terhadap kondisi emosional atau penyakit:
**Reaksi Fight-or-Flight**
Perasaan cemas, takut (misalnya saat melewati rumah hantu), atau kagum yang menyebabkan lonjakan adrenalin dan membuat sistem saraf bekerja keras dapat memicu kontraksi otot dan menggigil.
**Melawan Infeksi**
Menggigil seringkali merupakan tanda bahwa seseorang sedang sakit, misalnya saat demam. Dr. Palomino menjelaskan bahwa jalur otak yang mengatur suhu juga merespons stres dan penyakit. Menggigil terkait demam berarti tubuh berusaha menaikkan titik setel termostat internalnya untuk melawan infeksi.
**Tanda Peringatan yang Perlu Diwaspadai**
Meskipun pada umumnya menggigil bersifat protektif, penting untuk memahami konteks di baliknya. Dr. Palomino mengatakan, jika menggigil terjadi secara ekstrem atau terus-menerus meskipun tubuh sudah dihangatkan, terutama pada lansia, ini mungkin merupakan tanda sesuatu yang lebih serius.
**Petunjuk Tambahan untuk Diagnosis**
Dia menyarankan, cari petunjuk lain seperti kelelahan, nyeri tubuh, atau demam, yang dapat mengisyaratkan infeksi. “Jika seseorang merasa gemetar, tetapi mereka tidak serta merta kedinginan, ini jelas merupakan alasan untuk menemui dokter keluarga untuk diselidiki,” kata Dr. Bhuyan.
**Bahaya Hipotermia dan Penanganannya**
Hipotermia sering disebabkan oleh paparan dingin, basah, atau berangin yang berkepanjangan. Dr. Bhuyan mengingatkan bahwa pakaian basah atau berkeringat dapat secara signifikan meningkatkan kehilangan panas, karena air menghilangkan panas dari tubuh sekitar 25 kali lebih cepat daripada udara.
**Penanganan Darurat**
Jika menggigil disertai dengan tanda-tanda kebingungan dan bicara cadel, segera keringkan dan hangatkan korban, beri pakaian kering, dan minuman hangat seperti teh atau kaldu.
**Pentingnya Memahami Konteks**
“Secara umum menggigil bersifat protektif, tetapi sangat penting untuk memahami konteks di sekitarnya. Itulah yang benar-benar penting,” kata Dr. Palomino.
**Mekanisme Biokimia yang Kompleks**
Proses menggigil melibatkan serangkaian reaksi biokimia yang rumit. Ketika suhu tubuh turun, reseptor suhu di kulit mengirim sinyal ke hipotalamus. Bagian otak ini kemudian mengaktivasi sistem saraf simpatik untuk memulai kontraksi otot ritmis yang menghasilkan panas.
**Energi Metabolik dalam Menggigil**
Kontraksi otot saat menggigil dapat meningkatkan produksi panas hingga lima kali lipat dari kondisi normal. Namun, proses ini sangat boros energi dan dapat menghabiskan cadangan glukosa tubuh dengan cepat, sehingga penting untuk segera menghangatkan tubuh.
**Adaptasi Fisiologis Jangka Panjang**
Paparan dingin yang berulang dapat meningkatkan kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas tanpa menggigil melalui thermogenesis non-shivering. Mekanisme ini melibatkan jaringan lemak coklat yang dapat membakar lemak secara langsung untuk menghasilkan panas.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait:
Seri Nat Geo: Mengapa Tidak? 1.111 Jawaban Beraneka Pertanyaan