Bintang Terang Ini Diprediksi Meledak Jadi Supernova, Bisa Terlihat di Siang Hari

Bayangkan suatu hari menatap langit siang—tanpa teleskop, tanpa kacamata khusus—dan melihat “bintang baru” sangat terang muncul di dekat rasi Sagitta. Itu bukan pesawat, bukan satelit, melainkan ledakan dahsyat sebuah bintang yang sekuat ribuan matahari.

**Prediksi Berdasarkan Riset Terkini**

Skenario ini bukan fiksi ilmiah. Inilah yang diprediksi akan terjadi pada sistem bintang bernama V Sagittae, menurut serangkaian penelitian astronomi terbaru. Yang lebih menarik lagi: bintang ini kemungkinan akan meledak menjadi supernova dalam 100 tahun ke depan, dan sebelum itu, akan mengalami beberapa kali ledakan yang lebih kecil bernama nova.

**Sistem Bintang Ganda V Sagittae**

V Sagittae adalah sistem bintang ganda (binary star system) yang berada sekitar 10.000 tahun cahaya dari Bumi, di rasi bintang Sagitta (Sang Panah). Sistem ini terdiri dari sebuah bintang kerdil putih (white dwarf)—inti padat dari bintang mirip Matahari yang sudah “mati”, dan sebuah bintang pendamping yang lebih masif, yang masih hidup dan “memberi makan” kerdil putih itu.

**Proses Akresi Ekstrem**

Kerdil putih ini sangat “rakus”. Ia sedang menghisap materi dari bintang pendampingnya “dengan laju yang belum pernah terlihat sebelumnya”, kata tim peneliti dalam pernyataannya. Materi itu membentuk piringan gas di sekeliling kerdil putih, lalu jatuh ke permukaannya.

**Orbit yang Terus Menyempit**

Kedua bintang ini mengitari satu sama lain dengan periode hanya 12,3 jam. Artinya, dalam setengah hari di Bumi, mereka sudah menyelesaikan satu putaran penuh. Karena terus saling “tarik-menarik” gravitasi, orbit keduanya makin lama makin menyempit—seperti dua penari yang pelan-pelan mendekat hingga akhirnya bertabrakan.

**Akhir yang Eksplosif**

Para peneliti kini yakin: “tarian maut” ini akan berakhir dengan tabrakan dan ledakan supernova yang cahayanya begitu terang hingga bisa terlihat dengan mata telanjang bahkan di siang hari.

**Akumulasi Materi Menuju Nova**

Menurut Pablo Rodríguez-Gil, profesor di Institute of Astrophysics of the Canary Islands, Spanyol, materi yang menumpuk di permukaan bintang kerdil putih itu sudah berada di ambang ledakan. “Materi yang menumpuk di white dwarf kemungkinan akan memicu letusan nova dalam beberapa tahun ke depan, di mana V Sagittae akan menjadi terlihat dengan mata telanjang,” ujarnya.

**Fenomena Nova sebagai Pembuka**

Nova adalah ledakan di permukaan bintang kerdil putih saat terlalu banyak gas (biasanya hidrogen) menumpuk dan memicu reaksi nuklir yang sangat cepat. Bintangnya tidak hancur, tapi gas berlebih itu terlempar ke luar dengan energi luar biasa. Fenomena ini membuat bintang tampak tiba-tiba menguat cahayanya selama beberapa waktu.

**Menuju Supernova**

Namun, untuk V Sagittae, nova hanyalah “menu pembuka”. Pada akhirnya, saat kedua bintang benar-benar bertabrakan, sistem ini akan menghasilkan supernova—ledakan jauh lebih dahsyat, yang benar-benar mengakhiri hidup bintang.

**Penelitian dengan Teknologi Canggih**

Untuk memahami “monster langit” ini, tim internasional yang dipimpin Universitas Turku di Finlandia melakukan pengamatan intensif yang hasilnya dipublikasikan pada November lalu di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.

**Pengamatan dengan Very Large Telescope**

Selama 120 hari, mereka mengamati V Sagittae menggunakan X-Shooter, sebuah spektrograf di Very Large Telescope (VLT) milik European Southern Observatory. Teleskop raksasa ini berada di ketinggian sekitar 2.600 meter di Cerro Paranal, Gurun Atacama, Chile.

**Teknologi Spektrograf**

Secara sederhana, spektrograf adalah “pemecah cahaya”. Alat ini mengumpulkan cahaya dari objek langit, lalu memecahnya menjadi berbagai panjang gelombang (seperti prisma yang memecah cahaya putih jadi pelangi). Dari pola ini, astronom bisa mengetahui unsur kimia apa saja yang ada di objek tersebut serta kondisi fisiknya.

**Upaya Menghitung Massa Sistem**

Lewat data spektrum ini, para peneliti mencoba menghitung ulang sifat fisik V Sagittae, termasuk massa kedua bintangnya. Pada penelitian lama tahun 1965, astronom menghitung bahwa kedua bintang di V Sagittae memiliki massa sekitar 0,7 massa Matahari dan 2,8 massa Matahari. Namun hasil ini lama diperdebatkan.

**Estimasi Massa Terbaru**

Dalam studi baru, tim menggunakan data spektrum plus informasi seperti periode orbit untuk memperkirakan ulang massanya. Kesimpulan sementara: total massa sistem kemungkinan di bawah 2,1 massa Matahari, di mana bintang kerdil putih dan bintang pendampingnya masing-masing mungkin sekitar 1 massa Matahari.

**Tantangan dalam Pengukuran**

Tetap saja, tidak semua astronom sepakat. Phil Charles, profesor emeritus astronomi di University of Southampton, yang juga ikut menulis studi ini, menjelaskan bahwa V Sagittae termasuk sistem yang sangat membingungkan.

**Fluktuasi Cahaya yang Rumit**

Ia mengatakan, kerumitan terjadi karena cahaya V Sagittae berubah-ubah dengan sangat rumit dan cepat. Fluktuasi ini “lebih mungkin disebabkan oleh aliran material yang sangat cepat” ketimbang murni oleh gerak orbit bintang-bintangnya.

**Ketidakpastian Massa**

Akibatnya, sulit mendapatkan pengukuran massa yang pasti. “Dari studi kami, kami menunjukkan bahwa belum ada yang benar-benar berhasil mengidentifikasi dengan jelas gerak orbit masing-masing komponen, sehingga kami belum punya ukuran massa yang baik untuk setiap bintang,” kata Charles.

**Sumber Sinar-X Supersoft**

Penelitian ini juga mengonfirmasi bahwa V Sagittae adalah supersoft X-ray source (SSS)—sumber sinar-X “lembut” (energi rendah) yang khas. Sistem seperti ini biasanya terdiri dari bintang kerdil putih yang sedang mengakresi materi, dan bintang pendamping yang lebih masif, yang gasnya “tumpah” dan jatuh ke kerdil putih.

**Reaksi Termonuklir Berkelanjutan**


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Budaya Massa, Agama, dan Wanita

Media Massa Nasional Menghadapi Disrupsi Digital

Tanah Putih