Jika mendengar kata decade (dekade), kita langsung tahu artinya 10 tahun. Decagon berarti bangun bersisi 10, sementara decathlon adalah olahraga dengan 10 nomor. Secara logika, bulan December—yang berasal dari kata Latin decem (sepuluh)—seharusnya menjadi bulan ke-10. Namun kenyataannya, Desember duduk manis sebagai bulan ke-12 dalam kalender modern.
**Rangkaian Perubahan Kalender Sejak Era Romawi**
Jawabannya adalah rangkaian perubahan kalender sejak era Romawi, lengkap dengan campur tangan raja, kaisar, hingga paus.
**Kalender Romulus: Sistem 10 Bulan Pertama**
Asal-usul kalender Romawi memang diperdebatkan, tetapi mayoritas sejarawan sepakat bahwa Romulus, raja pertama Romawi, merancang kalender sekitar abad ke-8 SM. Kalender ini didasarkan pada fase bulan, dan hanya memiliki 10 bulan, dimulai dari Maret dan berakhir pada Desember.
**Penamaan Berdasarkan Angka Latin**
Karena itu, bulan ketujuh hingga kesepuluh dinamai sesuai angka dalam bahasa Latin: sept (tujuh), oct (delapan), nov (sembilan), dec (sepuluh). Secara etimologis, nama “December” ini masih masuk akal.
**Periode “Tanpa Bulan” 50 Hari**
Romulus tidak memasukkan seluruh siklus musim ke dalam kalendernya. Ia membiarkan periode 50 hari di musim dingin tanpa bulan sama sekali—semacam “jurang tak bernama” antara Desember dan Maret.
**Perbaikan Numa Pompilius**
Menurut banyak sejarawan, penggantinya, Numa Pompilius, memperbaiki kekacauan ini dengan menambahkan dua bulan baru: Januari dan Februari, sehingga total menjadi 12 bulan seperti sekarang.
**Kekeliruan yang Tidak Diperbaiki**
Tetapi ada satu keputusan penting yang luput: Para Romawi tidak mengganti nama bulan-bulan lama, meskipun urutannya sudah bergeser dua posisi. Akibatnya, September yang berarti tujuh menjadi bulan ke-9, Oktober (delapan) menjadi bulan ke-10, November (sembilan) menjadi bulan ke-11, dan Desember (sepuluh) menjadi bulan ke-12.
**Reformasi Julius Caesar**
Berabad-abad kemudian, Julius Caesar melakukan perombakan besar-besaran dan memperkenalkan Kalender Julian, yang berbasis pada orbit bumi mengelilingi Matahari, bukan fase bulan. Sistem ini jauh lebih stabil, namun bahkan Caesar tidak mengubah nama-nama bulan yang sudah terlanjur “salah tempat” itu.
**Warisan Kekeliruan**
Dengan demikian, kekeliruan penamaan pun diwariskan ke generasi berikutnya.
**Kalender Gregorian Era Modern**
Pada 1582 M, muncul reformasi berikutnya. Paus Gregorius XIII memperkenalkan Kalender Gregorian, yang digunakan di hampir seluruh dunia saat ini. Tujuannya adalah memperbaiki kekurangan Kalender Julian yang terlalu sering menambahkan tahun kabisat sehingga tanggal-tanggal keagamaan seperti Paskah bergeser.
**Sistem Tahun Kabisat yang Diperbaiki**
Salah satu perbaikan penting: Tahun kabisat tidak terjadi setiap empat tahun sekali secara mutlak. Tahun yang habis dibagi 100 bukan tahun kabisat, kecuali jika juga habis dibagi 400. Karena itu, tahun 2100 tidak akan punya 29 Februari.
**Perubahan Radikal Tanpa Koreksi Nama**
Reformasi ini juga membuat beberapa panjang bulan disesuaikan, dan bahkan 10 hari pada Oktober 1582 lenyap begitu saja dari sejarah. Namun menariknya, setelah melakukan perubahan radikal tersebut Paus Gregorius tetap tidak menyentuh kesalahan penamaan September, Oktober, November, dan Desember.
**Kekeliruan yang Bertahan Hingga Kini**
Dan begitulah, kekeliruan yang bermula dari kalender Romulus terus bertahan hingga zaman modern. Jadi Desember menjadi bulan ke-12 bukan karena makna katanya berubah, tetapi karena kalender Romawi mengalami banyak revisi tanpa pernah menyelaraskan kembali nama-nama bulan.
**Rangkaian Reformasi Tanpa Koreksi**
Dari Romulus yang membuat kalender 10 bulan, Numa yang menambah dua bulan baru, Caesar yang beralih ke kalender matahari, hingga Paus Gregorius yang menyempurnakan sistemnya—tak satu pun mengoreksi penamaan tersebut.
**Hasil Akhir: Desember Bulan Penutup**
Hasilnya? “December,” bulan yang seharusnya berarti ke-10, kini menjadi bulan penutup tahun.
**Fenomena Linguistik dalam Sejarah**
Kasus ini menunjukkan bagaimana perubahan sistem dapat meninggalkan jejak linguistik yang tidak sesuai dengan kenyataan baru, namun tetap dipertahankan karena sudah mengakar dalam tradisi.
**Pembelajaran dari Evolusi Kalender**
Evolusi kalender dari Romawi hingga Gregorian ini memperlihatkan bagaimana sistem waktu yang kita gunakan sehari-hari adalah hasil dari akumulasi perbaikan selama berabad-abad, dengan beberapa “warisan keliru” yang tetap bertahan.
**Pengaruh Terhadap Bahasa Modern**
Kekeliruan penamaan ini juga memengaruhi bahasa-bahasa modern lainnya yang mengadopsi sistem kalender dan nama bulan dari tradisi Romawi, sehingga inkonsistensi ini menjadi fenomena global.
**Relevansi dengan Sistem Penanggalan Lain**
Berbeda dengan sistem kalender Romawi yang mengalami evolusi bertahap ini, beberapa peradaban lain menggunakan sistem penanggalan yang lebih konsisten antara nama dan urutan, menunjukkan bahwa ada alternatif pengorganisasian waktu yang berbeda.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait:
Seri Nat Geo: Mengapa Tidak? 1.111 Jawaban Beraneka Pertanyaan
How to Win An Election: Panduan Klasik untuk Politisi Modern