2 Bibit Siklon Tropis Hantui Indonesia, Hujan Lebat Guyur Wilayah Ini hingga 18 Desember

Dinamika atmosfer dalam tujuh hari mendatang menunjukkan potensi hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat masih mengancam wilayah Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi Bibit Siklon Tropis 91S dan 93S sebagai pemicu utama kondisi cuaca ekstrem ini, dikombinasikan dengan aktivitas Gelombang Rossby Ekuator dan Gelombang Kelvin.

**Dampak Bibit Siklon Tropis 91S**

Selama tiga hari terakhir, Bibit Siklon Tropis 91S yang berada di Samudra Hindia Barat Lampung telah memberikan dampak tidak langsung berupa hujan deras di sepanjang pesisir barat Sumatera. BMKG mencatat curah hujan tertinggi terukur di Stasiun Meteorologi Minangkabau, Sumatera Barat, dengan intensitas mencapai 128,3 milimeter per hari.

**Pembentukan Bibit Siklon Tropis 93S**

Selain 91S, gangguan cuaca tropis lainnya yaitu Bibit Siklon Tropis 93S telah terbentuk di Perairan Sawu, Nusa Tenggara Timur. Gangguan ini memicu hujan lebat hingga sangat lebat di wilayah NTT dengan intensitas hujan tercatat mencapai 113,6 milimeter per hari.

**Dampak yang Telah Terjadi**

Kombinasi kedua fenomena cuaca ini telah menimbulkan dampak berupa banjir dan genangan air, gangguan sistem transportasi, serta tanah longsor di berbagai wilayah Indonesia.

**Prediksi Cuaca Seminggu Mendatang**

Dalam periode satu minggu ke depan, dinamika atmosfer menunjukkan Bibit Siklon Tropis 91S dan 93S masih berpotensi memberikan dampak signifikan. Bibit Siklon Tropis 91S dengan kekuatan 30 knot dan tekanan 1.008 hektopascal di Samudra Hindia barat Lampung diprediksi memicu hujan intensitas sedang hingga lebat di Sumatera Barat, Bengkulu, dan Lampung.

**Potensi Angin Kencang**

Selain curah hujan tinggi, potensi angin kencang dapat terjadi di wilayah pesisir barat Sumatera Barat dan Bengkulu. Sementara itu, Bibit Siklon Tropis 93S yang memiliki kekuatan 15 knot dan tekanan 1.009 hektopascal diprediksi berada di Samudra Hindia selatan Pulau Sumba.

**Zona Konvergensi di Bali dan NTB**

Kondisi Bibit Siklon Tropis 93S dapat membentuk daerah perlambatan kecepatan angin atau konvergensi yang memanjang di wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat.

**Pengaruh Fenomena Atmosfer Global**

BMKG memprediksikan kombinasi fenomena atmosfer dalam skala global, regional, dan lokal akan memengaruhi kondisi cuaca Indonesia hingga seminggu ke depan. Pada skala global, Dipole Mode Index (DMI) saat ini tercatat bernilai -0,63.

“Nilai ini mengindikasikan adanya potensi peningkatan pembentukan awan hujan, khususnya di wilayah Indonesia bagian barat,” demikian keterangan resmi BMKG.

**Kontribusi Suhu Permukaan Laut**

Kondisi suhu muka laut yang hangat di pesisir barat Sumatera, perairan selatan NTT, dan Papua juga memberikan kontribusi terhadap intensitas curah hujan yang tinggi.

**Aktivitas Gelombang pada Skala Regional**

Pada skala regional, Gelombang Kelvin dan Gelombang Rossby Ekuator aktif di wilayah Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai, Pulau Jawa, dan Bali. Kedua gelombang tersebut turut berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

**Wilayah Status Siaga**

Dalam periode 12 hingga 14 Desember 2024, hujan lebat hingga sangat lebat dengan status Siaga diprediksi terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

**Perpanjangan Status Siaga**

Potensi hujan ekstrem berlanjut pada periode 15 hingga 18 Desember 2024, dengan fokus utama status Siaga di Jawa Timur, NTB, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

**Imbauan Kewaspadaan**

Untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem ini, BMKG mengimbau masyarakat agar selalu waspada dan terus memantau informasi terkini melalui media sosial @infoBMKG atau aplikasi InfoBMKG guna merencanakan aktivitas dengan lebih baik.

**Mekanisme Pembentukan Cuaca Ekstrem**

Kombinasi berbagai faktor atmosfer ini menciptakan kondisi yang sangat kondusif untuk pembentukan awan hujan dengan intensitas tinggi. Interaksi antara bibit siklon, gelombang atmosfer, dan kondisi suhu permukaan laut yang hangat memperkuat potensi curah hujan ekstrem.

**Antisipasi Dampak Lanjutan**

Masyarakat di wilayah yang berpotensi terdampak diharapkan menyiapkan langkah-langkah mitigasi bencana, termasuk mempersiapkan jalur evakuasi dan koordinasi dengan petugas terkait jika terjadi kondisi darurat akibat cuaca ekstrem.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Nat Geo: Cuacapedia

Aku Senang Ada: Awan dan Hujan

Fajar Harapan dalam Anomali Cuaca