Sungai Mekong di Asia Tenggara menghadapi ancaman serius terhadap ekosistemnya. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Biological Conservation pada Oktober 2025 mengungkap bahwa ikan raksasa dan terancam punah yang hidup di sungai tersebut mengalami penyusutan ukuran sekitar 40 persen dalam kurun tujuh tahun.
Salah satu contoh paling mengkhawatirkan adalah lele raksasa Mekong yang bobotnya kini rata-rata hanya 80 kg, turun drastis dari bobot rata-rata sebelumnya (180 kg). Penurunan ini mencapai 55 persen dalam 25 tahun terakhir, menunjukkan degradasi yang sangat cepat.
**Spesies Lain Turut Terdampak**
Selain lele raksasa Mekong, spesies lain yang mengalami penyusutan adalah giant salmon carp dan giant barb, yang merupakan ikan mas terbesar di dunia sekaligus ikan nasional Kamboja.
Para peneliti menduga tren penurunan ukuran ini disebabkan oleh penangkapan ikan secara berlebihan tanpa memperhatikan keberlanjutan, yang diperparah oleh pembangunan bendungan dan hilangnya habitat alami. Fenomena serupa juga pernah diamati di lautan, di mana ukuran salmon, kod, dan grayling mengalami penyusutan.
**Ancaman Terhadap Keseimbangan Ekosistem**
Penyusutan ukuran ikan raksasa Mekong bukan sekadar persoalan statistik, melainkan ancaman nyata terhadap keseimbangan ekosistem sungai. Ketika pemburu menargetkan hewan berukuran besar, spesies cenderung berevolusi menjadi lebih kecil sebagai mekanisme bertahan hidup.
Dampak yang lebih serius adalah ikan berukuran kecil menghasilkan telur yang jauh lebih sedikit dibandingkan ikan besar. “Lele berbobot 300 kg, misalnya, dapat menghasilkan hingga 20 kali lebih banyak keturunan daripada ikan berbobot 50 kg,” demikian catatan para ilmuwan yang dikutip Discover Wildlife.
**Ancaman Regenerasi Populasi**
Para peneliti mengkhawatirkan bahwa penyusutan ini akan mengakibatkan lebih sedikit ikan muda yang dapat mengisi kembali populasi yang sudah berkurang. Hal ini juga dapat mengganggu layanan ekosistem vital, seperti siklus daur ulang nutrisi di perairan.
Temuan ini didasarkan pada data pemantauan selama tujuh tahun dari 23 lokasi di cekungan Mekong Hilir, yang mencakup 257 spesies ikan.
**Urgensi Tindakan Konservasi**
Ngor Peng Bun dari Royal University of Agriculture, Kamboja, yang turut meneliti ikan-ikan tersebut, menekankan bahwa tindakan mendesak diperlukan.
“Penurunan spesies ikan bertubuh besar yang kami amati menunjukkan bahwa status stok ikan di cekungan tidak dalam kondisi baik, memerlukan tindakan mendesak untuk pengelolaan perikanan dan konservasi yang efektif,” tegasnya.
**Nilai Ekologis dan Budaya**
Ikan-ikan besar Mekong tidak hanya memiliki nilai ekologis, tetapi juga mendukung keamanan ekonomi, sosial, dan pangan bagi masyarakat yang mendiami cekungan sungai. Lele raksasa Mekong bahkan muncul dalam seni cadas kuno dan cerita rakyat sebagai makhluk suci yang melambangkan kesehatan sungai.
**Dampak Pembangunan Infrastruktur**
Pembangunan bendungan di sepanjang Sungai Mekong telah mengubah pola aliran air dan mengganggu rute migrasi ikan. Struktur buatan manusia ini memutus jalur reproduksi alami dan mengurangi akses ikan ke habitat pemijahan tradisional mereka.
**Tekanan Penangkapan Berlebihan**
Meningkatnya permintaan pasar terhadap ikan-ikan besar telah mendorong praktik penangkapan yang tidak berkelanjutan. Nelayan sering menggunakan jaring dengan mata jaring yang terlalu kecil, menangkap ikan muda sebelum sempat berkembang biak.
**Degradasi Kualitas Air**
Pencemaran dari aktivitas industri dan pertanian di sepanjang cekungan Mekong juga berkontribusi terhadap penurunan kualitas habitat. Kandungan oksigen yang menurun dan peningkatan polutan kimia mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan.
**Perubahan Iklim sebagai Faktor Tambahan**
Perubahan pola curah hujan dan suhu air akibat perubahan iklim turut memperburuk kondisi habitat ikan raksasa. Musim kering yang berkepanjangan dan banjir ekstrem mengganggu siklus reproduksi alami.
**Strategi Konservasi yang Diperlukan**
Para ahli merekomendasikan pendekatan holistik yang mencakup pengaturan kuota penangkapan, perlindungan habitat kritis, dan rehabilitasi jalur migrasi ikan. Kerja sama regional antara negara-negara yang dilewati Sungai Mekong menjadi kunci keberhasilan upaya konservasi.
**Peran Masyarakat Lokal**
Pelibatan masyarakat lokal dalam program konservasi sangat penting karena mereka memiliki pengetahuan tradisional tentang perilaku ikan dan pola musiman. Program pelatihan untuk praktik penangkapan berkelanjutan dapat membantu menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
**Signifikansi Global**
Kondisi Sungai Mekong menjadi cerminan dari tantangan konservasi perairan tawar di seluruh dunia. Keberhasilan upaya penyelamatan ekosistem Mekong dapat menjadi model untuk pengelolaan sungai besar lainnya yang menghadapi tekanan serupa.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: