Komet 3I/ATLAS Tiba-tiba Tambah Kecepatan, Benarkah UFO yang Menyamar?

Sejak ditemukan lima setengah bulan yang lalu, komet antarbintang 3I/ATLAS telah menarik perhatian dunia. Sebagai objek antarbintang ketiga yang pernah ditemukan di Tata Surya, benda langit ini menyimpan berbagai misteri, termasuk fenomena yang terdengar seperti cerita fiksi ilmiah: “akselerasi non-gravitasi”.

Istilah ini sempat memicu berbagai teori konspirasi dan informasi yang menyesatkan di internet. Beberapa klaim menyebutkan bahwa komet ini adalah pesawat ruang angkasa atau UFO yang menyamar dan melakukan manuver rahasia untuk menyerang Bumi saat posisinya tidak terlihat karena silau Matahari.

Namun, sains memiliki penjelasan yang jauh lebih logis dan alami.

**Memahami Fenomena Akselerasi Non-Gravitasi**

Secara sederhana, akselerasi non-gravitasi berarti sebuah benda langit mengalami percepatan yang bukan disebabkan oleh tarikan gravitasi planet atau Matahari. Apakah ini berarti komet tersebut memiliki mesin roket? Tentu saja tidak.

Fenomena ini terjadi karena proses yang disebut outgassing. Komet sering disebut sebagai “bola salju kotor” yang terdiri dari es dan batu. Saat mendekati Matahari, suhu komet meningkat sehingga es di dalamnya menyublim—berubah langsung dari padat menjadi gas.

Proses ini tidak terjadi secara mulus. Gas-gas seperti air dan karbon dioksida menyembur keluar dalam bentuk jet material. Semburan inilah yang membentuk ekor komet dan koma (awan gas di sekitar inti).

Layaknya mesin jet alami, semburan material ini memberikan dorongan kecil yang memengaruhi pergerakan komet.

**Kecepatan yang Sangat Minimal**

Meskipun terdengar dramatis, percepatan yang dialami oleh Komet 3I/ATLAS sebenarnya sangat kecil. Melalui pengamatan gabungan dari teleskop Hubble, wahana Trace Gas Orbiter milik ESA, dan misi Psyche milik NASA, peneliti mengukur percepatannya hanya sekitar setengah mikron per detik kuadrat.

“Perubahan kecepatan yang kurang dari satu mikron per detik setiap detiknya tidak menunjukkan adanya pesawat ruang angkasa buatan yang mencoba melakukan sesuatu yang aneh,” tulis peneliti dalam studi tersebut.

Angka ini memang sangat kecil jika dibandingkan dengan tarikan gravitasi planet, namun secara konsisten dapat menyebabkan penyimpangan pada lintasan orbit yang diprediksi para astronom.

**Mengungkap Profil Fisik Komet**

Menariknya, dari variasi kecil kecepatan ini, para ilmuwan justru berhasil mengungkap profil fisik komet tersebut. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Research Notes of the American Astronomical Society memperkirakan massa Komet 3I/ATLAS sebelum mendekati Matahari adalah sekitar 44 juta metrik ton.

Angka tersebut setara dengan sekitar tujuh kali massa Piramida Agung Giza. Jika perkiraan massa ini akurat, maka inti komet 3I/ATLAS kemungkinan lebih kecil dari dugaan sebelumnya, yaitu hanya sekitar 375 meter.

**Konfirmasi Sifat Alami Komet**

Penemuan ini kembali menegaskan bahwa meskipun Komet 3I/ATLAS berasal dari sistem bintang lain, ia tetaplah objek alami yang tunduk pada hukum fisika, bukan teknologi asing yang sedang mengintai planet kita.

**Proses Outgassing sebagai Penjelasan Ilmiah**

Proses outgassing yang terjadi pada komet merupakan fenomena yang sudah dikenal baik dalam astronomi. Ketika komet mendekati Matahari, peningkatan suhu menyebabkan material beku di permukaannya menguap dan menciptakan atmosfer tipis yang disebut koma.

Material yang menguap ini kemudian terdorong oleh angin matahari, membentuk ekor komet yang khas. Proses ini juga menciptakan gaya reaksi yang dapat mengubah lintasan komet, meski dalam skala yang sangat kecil.

**Teknologi Pengamatan Canggih**

Pengukuran yang presisi terhadap akselerasi non-gravitasi Komet 3I/ATLAS dimungkinkan berkat teknologi pengamatan canggih. Kombinasi data dari berbagai instrumen memungkinkan para astronom mendeteksi perubahan yang sangat kecil dalam pergerakan komet.

**Membantah Teori Konspirasi**

Hasil penelitian ini secara efektif membantah berbagai teori konspirasi yang beredar. Fenomena yang tampak misterius ternyata memiliki penjelasan ilmiah yang sederhana dan dapat diverifikasi melalui observasi.

**Signifikansi Objek Antarbintang**

Sebagai objek antarbintang ketiga yang ditemukan, Komet 3I/ATLAS memberikan wawasan berharga tentang komposisi dan karakteristik benda-benda langit dari sistem bintang lain. Studinya membantu para astronom memahami bagaimana materi dari sistem lain berinteraksi dengan lingkungan Tata Surya kita.

**Metodologi Penelitian Multi-Platform**

Keberhasilan dalam mengukur karakteristik Komet 3I/ATLAS menunjukkan kekuatan kolaborasi internasional dalam penelitian astronomi. Penggunaan beberapa platform observasi sekaligus memberikan data yang lebih akurat dan komprehensif.

**Implikasi untuk Penelitian Masa Depan**

Temuan ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang objek-objek antarbintang yang mungkin memasuki Tata Surya di masa depan. Pemahaman yang lebih baik tentang fenomena akselerasi non-gravitasi akan membantu identifikasi dan karakterisasi objek serupa.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Breaking the Spell: Agama sebagai Fenomena Alam

Kartun (Non) Komunikasi