Misteri “Laba-Laba” di Bulan Europa Akhirnya Terkuak

Hampir tiga dekade setelah pertama kali teramati, teka-teki struktur menyerupai laba-laba di permukaan Europa—satelit terbesar keempat Jupiter—akhirnya mendapat jawaban. Pola gelap bercabang yang selama ini membuat para ilmuwan bingung kini dipercaya memiliki asal-usul serupa dengan fenomena alam yang cukup lazim terjadi di Bumi.

Temuan ini tidak hanya memberikan penjelasan ilmiah yang logis, tetapi juga berpotensi mendukung misi besar NASA yang sedang menuju Europa untuk mengeksplorasi kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi.

**Awal Mula Penemuan Melalui Wahana Galileo**

Cerita ini bermula pada Maret 1998 ketika wahana antariksa Galileo NASA melakukan penerbangan dekat Europa. Selama misi yang berlangsung dari 1995 hingga 2003, Galileo memetakan sebuah kawah benturan berdiameter sekitar 22 kilometer yang kemudian dinamai Kawah Manannán.

Namun, perhatian peneliti tertuju pada sesuatu yang lebih misterius. Di dalam lubang dalam dekat pusat kawah, terlihat pola gelap bercabang yang menyerupai laba-laba raksasa atau tanda asterisk yang kompleks.

Awalnya, struktur ini diduga terbentuk karena gaya gravitasi Jupiter yang sangat kuat, yang memang diketahui menciptakan retakan-retakan panjang di permukaan es Europa. Hipotesis lain menyebutkan bahwa pola tersebut berasal dari letusan ventilasi hidrotermal di dasar samudra bawah permukaan Europa.

**Inspirasi dari Fenomena “Lake Stars” di Bumi**

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan 2 Desember di jurnal The Planetary Science Journal, tim peneliti mengajukan penjelasan baru yang terinspirasi dari fenomena alami di Bumi yang disebut “lake stars”.

Fenomena ini biasa muncul di danau beku bersalju, ketika air dari bawah es merembes naik melalui celah-celah kecil dan membentuk pola bercabang yang indah di permukaan.

Dengan pendekatan tersebut, para peneliti mencoba merekonstruksi sebagian pola misterius di Kawah Manannán melalui eksperimen laboratorium. Mereka juga memberikan nama resmi pada struktur tersebut: Damhán Alla, yang dalam bahasa Irlandia berarti “laba-laba” atau “iblis dinding”.

**Proses Pembentukan yang Unik**

“Lake stars itu sangat indah dan cukup umum ditemukan di danau atau kolam yang tertutup salju dan lumpur es,” ujar Laura Mc Keown, ilmuwan planet dari University of Central Florida sekaligus penulis utama studi ini.

“Menyenangkan membayangkan bahwa pola-pola ini dapat memberi kita gambaran tentang proses yang terjadi di Europa, dan mungkin juga di dunia samudra es lain di tata surya.”

**Dampak Asteroid dan Air Asin**

Berbeda dengan lake stars di Bumi yang terbentuk dari air tawar, Damhán Alla di Europa diduga muncul akibat tumbukan asteroid. Tumbukan tersebut menciptakan retakan kecil di lapisan es Europa, memungkinkan air asin dari bawah permukaan naik ke atas dan “melukis” pola menyerupai laba-laba di permukaan es.

Tumbukan asteroid ini kemungkinan terjadi setelah Kawah Manannán terbentuk, menjadikan Damhán Alla sebagai fitur yang relatif lebih muda.

**Kesamaan dengan “Laba-Laba” di Mars**

Para peneliti juga menemukan kemiripan antara Damhán Alla dan fenomena yang dikenal sebagai “spiders on Mars”—struktur gelap di Mars yang secara visual menyerupai kawanan laba-laba.

Di Mars, fenomena ini disebut araneiform terrain, terbentuk ketika es karbon dioksida yang terperangkap di bawah permukaan menyublim langsung menjadi gas dan mendorong material ke atas.

Mc Keown dan timnya juga pernah berhasil mereplikasi “laba-laba Mars” ini di laboratorium Bumi. Menurut Mc Keown, kesamaan bentuk tersebut muncul karena prinsip fisika yang sama.

**Prinsip Fisika Universal**

“Kesamaan ini berkaitan dengan bagaimana fluida mengalir melalui permukaan yang berpori,” jelasnya.

Secara teori, pola serupa juga bisa muncul di dunia es lain, seperti Enceladus (bulan Saturnus), Ganymede (bulan Jupiter lainnya), hingga planet katai Ceres di sabuk asteroid.

**Relevansi untuk Misi Europa Clipper**

Mc Keown kini tengah menyiapkan laboratorium baru yang akan fokus mempelajari bagaimana pola-pola mirip laba-laba ini terbentuk di berbagai objek tata surya. Riset ini diharapkan dapat memberikan masukan penting bagi misi Europa Clipper NASA.

Wahana Europa Clipper diluncurkan pada Oktober 2024 dan dijadwalkan tiba di sistem Jupiter pada 2030 untuk mempelajari Europa secara mendalam.

**Petunjuk Kehidupan di Bawah Permukaan**

“Signifikansi penelitian kami benar-benar sangat menarik,” kata Mc Keown. “Fitur permukaan seperti ini bisa memberi tahu banyak hal tentang apa yang terjadi di bawah lapisan es. Jika Europa Clipper menemukan lebih banyak struktur serupa, itu bisa menjadi petunjuk adanya kolam air asin di bawah permukaan.”

**Harapan Menemukan Kehidupan Alien**

Kolam air asin tersebut diyakini sebagai salah satu lokasi paling menjanjikan untuk mulai mencari tanda-tanda kehidupan di luar Bumi. Hal ini menjadikan Damhán Alla bukan sekadar “laba-laba kosmik”, melainkan kunci penting dalam pencarian kehidupan alien di tata surya.

**Implikasi untuk Astrobiologi**

Temuan ini membuka perspektif baru dalam memahami dinamika permukaan bulan-bulan es di tata surya luar. Pola-pola serupa mungkin menjadi indikator aktivitas geologis yang dapat mendukung kondisi layak huni.

**Metodologi Eksperimen Laboratorium**

Tim peneliti menggunakan pendekatan eksperimental untuk memahami mekanisme pembentukan pola-pola ini. Metode ini memungkinkan simulasi kondisi ekstrem yang ada di Europa dan benda langit lainnya.

**Konteks Misi Eksplorasi Masa Depan**

Penelitian ini akan menjadi referensi penting untuk merancang instrumen dan strategi observasi misi-misi eksplorasi mendatang, tidak hanya ke Europa tetapi juga ke satelit-satelit es lainnya di tata surya.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Breaking the Spell: Agama sebagai Fenomena Alam

Ensiklopedia Saintis Junior: Bumi

Manusia dan Air dalam Senjang Pembangunan di Indonesia