Pecahkan Rekor 3.000 Tahun, Aktivitas Api di Alaska Melonjak Tajam Sejak Tahun 1900-an

Penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan tentang Alaska yang selama ini identik dengan hamparan salju dan es abadi. Wilayah yang dijuluki The Last Frontier ini mengalami lebih banyak kebakaran hutan dalam satu abad terakhir dibandingkan total kejadian serupa selama 3.000 tahun sebelumnya.

Data ini menunjukkan bahwa peningkatan intensitas api di Alaska bukan sekadar anomali cuaca, melainkan sinyal transformasi besar yang sedang terjadi di wilayah Arktik sejak era Firaun Ramses Agung.

**Eksplorasi “Kapsul Waktu” dalam Permafrost**

Tim peneliti dari Goethe University Jerman bersama University of Alaska Fairbanks menggali lapisan tanah beku (permafrost) untuk memahami gambaran perubahan ini. Mereka mengambil sampel inti gambut sedalam 50 sentimeter yang berfungsi sebagai “kapsul waktu” geologis.

Dalam sampel tersebut tersimpan catatan berupa sisa arang, serbuk sari, mikrobiologi, dan fosil tanaman yang merekam sejarah api sejak 1000 SM hingga 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama hampir 2.900 tahun, aktivitas api di Alaska relatif rendah. Lonjakan tajam baru terjadi di awal abad ke-20 dan mencapai rekor tertinggi pada pertengahan abad tersebut, kemudian terus meningkat hingga saat ini.

“Perubahan yang saling terkait selama milenium ini berarti bahwa kebakaran baru-baru ini adalah indikator dari sistem yang tengah mengalami transformasi cepat,” ungkap Angelica Feurdean, peneliti senior di Goethe University.

**Karakteristik Api yang Berubah**

Para peneliti mencatat fenomena unik pada kebakaran hutan masa modern. Meski luas wilayah yang terbakar meningkat, kadar arang yang tertinggal justru lebih sedikit dibandingkan masa lalu. Hal ini menandakan bahwa api di Alaska kini membakar lebih panas dan mengonsumsi bahan bakar jauh lebih banyak hingga hampir tidak menyisakan residu.

Kondisi tanah yang mengering akibat pemanasan global serta menjamurnya tanaman berkayu di wilayah yang dulunya hanya berupa padang rumput menciptakan kondisi ideal bagi api untuk berkobar.

“Ini mungkin mengindikasikan pergeseran rezim api, di mana kebakaran benar-benar membakar dengan sangat panas,” tambah Randy Fulweber, manajer sistem informasi geografis di UAF Toolik Field Station.

**Sinyal Perubahan Ekosistem Arktik**

Data satelit antara 1969 hingga 2023 mencatat setidaknya telah terjadi 36 kebakaran besar di wilayah tersebut. Pemanasan global tidak hanya meningkatkan jumlah kebakaran, tetapi juga memperpanjang durasi musim api di Alaska.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Biogeosciences ini memperingatkan bahwa kondisi saat ini di Alaska hanyalah permulaan. Perubahan ekosistem yang drastis ini mengubah wajah wilayah utara Bumi dari yang dulunya dikenal sebagai “kulkas raksasa” menjadi kawasan yang rentan hangus dilahap api.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Aktivitas Balita Cerdas: Pesta Ulang Tahun

Kembali ke Kampung Adat: Meniti Jalan Perubahan di Tanah Papua

Kartu Aktivitas: Latihan Logika