6 Kota Kuno yang Hilang Ini Masih Jadi Teka-teki bagi Arkeolog

Dunia arkeologi menyimpan berbagai misteri yang belum terpecahkan, termasuk keberadaan sejumlah kota kuno yang sempat menjadi pusat kekuasaan imperium besar. Meski kemegahan dan sejarahnya tercatat jelas dalam naskah kuno, lokasi fisik kota-kota tersebut tetap menjadi misteri.

Ironisnya, para penjarah sering kali lebih dulu menemukan situs-situs ini dan mengambil ribuan artefak untuk dijual di pasar gelap tanpa membocorkan lokasi kepada ahli arkeologi.

**Irisagrig, Kota Singa dan Anjing Istana**

Salah satu penemuan menggemparkan adalah munculnya ribuan sabak (lempengan batu tipis mirip tablet) dari kota Irisagrig di pasar antik pasca-invasi AS ke Irak tahun 2003. Melalui tulisan pada sabak tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa Irisagrig merupakan kota kuno yang hilang.

Kota ini diketahui terletak di Irak dan pernah berjaya sekitar 4.000 tahun lalu. Prasasti mengungkap kehidupan unik para penguasa yang tinggal di istana dipenuhi anjing dan memelihara singa-singa yang diberi makan daging sapi. Para “gembala singa” mendapat upah berupa jatah bir dan roti.

Prasasti juga menyebutkan kuil yang didedikasikan untuk Enki, dewa kecerdikan dan kebijaksanaan, tempat festival besar diselenggarakan.

Para ahli menduga penjarah telah menemukan dan menjarah Irisagrig sekitar 2003, namun lokasi fisiknya belum berhasil ditemukan arkeolog hingga kini.

**Itjtawy, Ibu Kota yang Tertelan Waktu**

Firaun Mesir Amenemhat I (berkuasa 1981-1952 SM) memerintahkan pembangunan ibu kota baru bernama “Itjtawy”, yang berarti “Sang Penakluk Dua Negeri”. Masa pemerintahan Amenemhat diwarnai gejolak politik besar yang berujung pada pembunuhan dirinya.

Meski Amenemhat tewas terbunuh, Itjtawy bertahan sebagai ibu kota Mesir hingga sekitar 1640 SM. Kejayaannya berakhir ketika wilayah utara Mesir dikuasai bangsa “Hyksos”.

Lokasi pasti Itjtawy belum ditemukan. Arkeolog menduga kota ini terletak di dekat situs Lisht, Mesir tengah, karena banyaknya makam elit kerajaan termasuk piramida Amenemhat I ditemukan di kawasan tersebut.

**Akkad, Imperium yang Menguap**

Akkad (atau Agade) merupakan ibu kota Kekaisaran Akkadia yang berpengaruh antara 2350-2150 SM. Kota ini terkenal dengan kuil Eulmash yang didedikasikan untuk dewi perang dan kecantikan, Ishtar.

Setelah kekaisaran runtuh, kota ini seolah menguap dari peta. Arkeolog menduga kota kuno ini terkubur di suatu tempat di Irak, namun sisa bangunannya belum pernah digali secara resmi.

**Al-Yahudu, Permukiman Pengasingan Yahudi**

Al-Yahudu yang berarti “kota Yehuda” merupakan wilayah di Kekaisaran Babilonia tempat orang Yahudi bermukim setelah kerajaan Yehuda ditaklukkan Raja Nebukadnezar II pada 587 SM.

Sekitar 200 sabak dari permukiman tersebut diketahui keberadaannya. Catatan menunjukkan penduduk buangan tetap mempertahankan keyakinan dan sering menggunakan nama Yahweh dalam penamaan diri.

Lokasi Al-Yahudu belum berhasil diidentifikasi, meski kemungkinan terletak di wilayah yang kini menjadi bagian Irak. Munculnya sabak-sabak di pasar antik tanpa catatan penggalian resmi menguatkan dugaan bahwa penjarah telah menemukan lokasinya.

**Wassukanni, Pusat Kekaisaran Mitanni**

Wassukanni merupakan ibu kota Kekaisaran Mitanni yang berjaya antara 1550-1300 SM. Wilayah kekuasaannya mencakup sebagian Suriah timur laut, Anatolia selatan, dan Irak utara.

Kekaisaran ini menghadapi persaingan sengit dari Kekaisaran Het di utara dan Kekaisaran Asyur di selatan yang perlahan merebut wilayahnya.

Lokasi fisik Wassukanni belum ditemukan, meski beberapa pakar menduga terletak di timur laut Suriah. Penduduknya dikenal sebagai bangsa “Huria” dengan bahasa sendiri yang kini hanya dikenali melalui naskah kuno.

**Thinis, Kota Awal Peradaban Mesir**

Thinis (atau Tjenu) merupakan kota kuno di Mesir selatan yang berjaya pada masa awal sejarah peradaban Mesir. Menurut penulis kuno Manetho, kota ini menjadi pusat pemerintahan beberapa raja awal Mesir sekitar 5.000 tahun lalu saat proses penyatuan negara.

Setelah penyatuan, ibu kota Mesir dipindahkan ke Memphis dan Thinis berubah status menjadi ibu kota nome (provinsi) selama periode Kerajaan Lama (2649-2150 SM).

Lokasi pasti Thinis belum berhasil diidentifikasi, meski banyak pihak yakin letaknya dekat Abydos, Mesir Selatan. Dugaan ini diperkuat fakta bahwa banyak elit masyarakat dan keluarga kerajaan dimakamkan di sekitar Abydos sekitar 5.000 tahun silam.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Selidik National Geographic: Irak Kuno