Mengapa Ada Negara yang Pakai Setir Kanan dan Ada yang Pakai Setir Kiri? Ini Sejarahnya

Sistem lalu lintas dunia terbagi menjadi dua kategori utama berdasarkan sisi jalan yang digunakan untuk berkendara. Indonesia menerapkan aturan berkendara di sebelah kiri, sementara Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan sejumlah negara lain menggunakan sisi kanan jalan. Perbedaan ini bukan tanpa alasan, melainkan memiliki akar sejarah yang panjang dan menarik.

**Pengaruh Napoleon Bonaparte terhadap Sistem Lalu Lintas Eropa

Salah satu faktor krusial yang membentuk sistem lalu lintas di sebelah kanan adalah pengaruh Napoleon Bonaparte, kaisar Perancis yang berkuasa pada awal abad ke-19. Ketika Revolusi Perancis berlangsung dan periode sesudahnya, pemerintahan baru berupaya memutus tradisi aristokrat dan menghapuskan hierarki sosial yang mengakar.

Langkah simbolis yang diambil adalah mewajibkan kendaraan berjalan di sisi kanan jalan. Ketika pasukan Napoleon melakukan ekspansi dan menguasai berbagai kawasan di Eropa, kebiasaan ini ikut menyebar dan mengubah tradisi lokal yang telah berlangsung selama berabad-abad. Akibatnya, sistem lalu lintas di sisi kanan menjadi standar di sebagian besar negara kontinental Eropa.

**Tradisi Berkendara Amerika Serikat**

Di Amerika Serikat, perkembangan sistem lalu lintas memiliki latar belakang yang berbeda. Pada abad ke-18, pedati berukuran besar yang ditarik oleh banyak kuda menjadi alat transportasi utama untuk mengangkut barang. Kusir biasanya duduk di sisi kiri kuda terakhir agar tangan kanan dapat memegang cambuk, sedangkan tangan kiri mengendalikan tali kekang.

Posisi duduk ini memberikan pandangan yang lebih optimal terhadap lalu lintas dari arah berlawanan dan memberikan ruang gerak yang cukup di sisi kiri. Karena pedati-pedati secara alami berpapasan di sebelah kiri, maka secara logis mereka harus bergerak di sisi kanan jalan.

Tradisi ini semakin menguat ketika Henry Ford memproduksi mobil Model T dengan posisi kemudi di sisi kiri. Keputusan desain ini memperkuat kebiasaan mengemudi di sisi kanan jalan di Amerika Serikat dan pada akhirnya menyebar ke berbagai negara.

**Akar Tradisi Inggris di Sisi Kiri**

Sebaliknya, sistem lalu lintas di sisi kiri yang diadopsi Inggris memiliki sejarah yang lebih panjang. Mayoritas populasi yang bertangan kanan menjadi faktor determinan dalam menentukan sisi jalan yang dipilih. Pada masa Romawi Kuno, para kusir mengendalikan kereta kuda menggunakan tali kekang di tangan kanan, sementara tangan kiri memegang cambuk untuk mengurangi risiko mencederai kusir lain yang berpapasan.

Posisi ini juga memberikan keunggulan strategis bagi para pejuang yang bertarung dari atas kuda. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa bangsa Romawi kemungkinan besar mengoperasikan kereta dan pedati mereka di sisi kiri jalan.

Hingga tahun 1700-an, lalu lintas kuda dan pedati masih relatif jarang, sehingga pilihan untuk berkendara di sisi kiri atau kanan umumnya bergantung pada kebiasaan lokal masing-masing daerah.

**Legalisasi Sistem Lalu Lintas**

Lalu lintas di sisi kiri akhirnya ditetapkan secara hukum di Inggris melalui peraturan pemerintah yang disahkan pada tahun 1773 dan 1835. Di sisi lain, Perancis telah memilih sistem sisi kanan sejak abad ke-18.

Kedua negara adikuasa ini kemudian menyebarkan sistem lalu lintas mereka ke wilayah-wilayah jajahan. Inggris membawa tradisi berkendara di sisi kiri ke koloni-koloninya, sementara Perancis menerapkan sistem sisi kanan di daerah-daerah yang dikuasainya.

**Persebaran Global dan Adaptasi Modern**

Saat ini, sistem lalu lintas sisi kiri masih diterapkan di Inggris dan sebagian besar bekas koloninya, termasuk Indonesia, Jepang, Thailand, dan sejumlah negara lain. Adopsi sistem ini di Indonesia berkaitan erat dengan sejarah kolonialisme, di mana Belanda yang menguasai Nusantara mengikuti standar Eropa yang telah dipengaruhi oleh berbagai faktor sejarah.

Seiring meningkatnya penggunaan mobil di abad ke-20, banyak negara memutuskan untuk beralih ke sistem sisi kanan guna menyesuaikan diri dengan negara-negara tetangga. Kanada, Italia, dan Spanyol melakukan perubahan pada era 1920-an, diikuti sebagian besar negara Eropa Timur pada dekade 1930-an.

Negara-negara Skandinavia menunggu hingga tahun 1960-an sebelum akhirnya beralih ke sisi kanan. Transisi paling dramatis terjadi di Swedia pada tahun 1967, di mana pemerintah menghabiskan sekitar 120 juta dollar AS untuk mempersiapkan masyarakat beralih dari sisi kiri ke sisi kanan jalan.

**Pertimbangan Praktis dalam Era Modern**

Setelah memperoleh kemerdekaan, banyak negara bekas jajahan berusaha menyesuaikan sistem lalu lintas mereka dengan negara-negara tetangga untuk mempermudah hubungan lintas perbatasan. Faktor ekonomi, perdagangan, dan integrasi regional menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan ini.

Namun demikian, perubahan sistem lalu lintas bukanlah perkara sederhana. Selain memerlukan investasi infrastruktur yang besar, perubahan ini juga membutuhkan edukasi masyarakat yang intensif dan periode adaptasi yang cukup panjang untuk memastikan keselamatan di jalan raya.

**Implikasi Kontemporer**

Hingga kini, perbedaan sistem lalu lintas antara negara-negara masih menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi wisatawan dan pelaku bisnis internasional. Namun, standardisasi global dalam hal ini tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat mengingat kompleksitas dan biaya yang diperlukan untuk melakukan perubahan menyeluruh.

Sistem lalu lintas yang berbeda-beda ini menjadi salah satu warisan sejarah yang terus hidup hingga hari ini, mengingatkan kita pada pengaruh yang mendalam dari peristiwa-peristiwa masa lalu terhadap kehidupan modern.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Kajian Lintas Media: Kelisanan dan Keberaksaraan

Buku Teks tentang Penilaian Skala Besar Pencapaian Pendidikan

Virus, Manusia, Tuhan: Refleksi Lintas Iman tentang Covid-19