Thailand dan Kamboja Resmi Teken Perjanjian Damai di Malaysia, Ini Isinya

KUALA LUMPUR – Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet secara resmi menandatangani kesepakatan gencatan senjata yang diperkuat pada Minggu (26/10/2025) di Kuala Lumpur, Malaysia. Prosesi bersejarah ini berlangsung dalam acara pembukaan rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2025.

Penandatanganan perjanjian tersebut disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Kesepakatan ini secara resmi mengakhiri konflik berdarah di kawasan perbatasan kedua negara yang telah menewaskan minimal 48 jiwa dan memaksa sekitar 300.000 warga mengungsi selama bentrokan berlangsung 5 hari pada pertengahan tahun ini.

**Substansi Kesepakatan Perdamaian**

Dalam perjanjian perdamaian terbaru ini, Thailand berkomitmen membebaskan 18 tahanan perang asal Kamboja atas pertimbangan kemanusiaan. Kedua negara juga menyepakati penarikan senjata berat dari kawasan perbatasan dan pembentukan tim pengamat ASEAN untuk memastikan tidak terjadi pelanggaran terhadap gencatan senjata.

Bangkok dan Phnom Penh akan berkolaborasi dalam pembersihan ranjau darat yang menjadi pemicu utama bentrokan. Langkah ini diambil setelah seorang prajurit Thailand mengalami luka parah akibat ledakan ranjau saat melaksanakan patroli perbatasan.

“Deklarasi ini mencerminkan tekad kami untuk menyelesaikan perbedaan secara damai dengan tetap menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah masing-masing,” kata Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul.

Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menegaskan bahwa kesepakatan ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk menyelesaikan konflik melalui jalur damai, tanpa memandang tingkat kerumitan permasalahan yang dihadapi.

**Trump Meraih Pujian dan Nominasi Nobel**

Penandatanganan perjanjian damai Thailand-Kamboja ini dianggap sebagai pencapaian diplomatik signifikan bagi Trump, yang telah berperan sebagai mediator dalam gencatan senjata awal antara kedua negara pada Juli lalu. Upaya diplomasi Trump disebutkan sebagai salah satu alasan Hun Manet mencalonkan Trump untuk penghargaan Nobel Perdamaian atas “kepemimpinan luar biasa dalam mendamaikan kawasan”.

“Ini adalah langkah monumental,” ujar Trump dalam prosesi penandatanganan yang dihiasi slogan besar bertuliskan ‘Delivering Peace’. “Karena komitmen kuat Amerika terhadap stabilitas dan perdamaian di kawasan ini, kami bergerak cepat untuk mencegah konflik ini meluas.”

Trump menyebut kesepakatan tersebut sebagai “perjanjian damai besar” yang dimediasi bersamaan dengan Anwar Ibrahim. Ia menekankan bahwa proses negosiasi dilakukan tanpa keterlibatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

**Fokus Pemantauan dan Penegakan Disiplin**

Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan, yang mewakili ASEAN dalam proses negosiasi, menjelaskan bahwa perjanjian damai Thailand-Kamboja menitikberatkan pada pemantauan lapangan dan penegakan disiplin gencatan senjata.

“Kami menginginkan tidak ada lagi pelanggaran. Setelah 28 Juli lalu, meski gencatan senjata sudah ada, masih terjadi pelanggaran kecil,” ungkap Mohamad. “Kedua negara juga wajib menonaktifkan ranjau dan menarik senjata berat dari perbatasan.”

**Evaluasi Analis dan Dampak Regional**

Para pengamat menilai bahwa meskipun kesepakatan ini belum sepenuhnya menyentuh aspek politik dan ekonomi lintas batas, perjanjian damai Thailand-Kamboja merupakan langkah fundamental menuju stabilitas permanen di Asia Tenggara. Kesepakatan ini juga menunjukkan peran aktif ASEAN dalam memelihara perdamaian regional.

**Agenda Diplomasi Trump Selanjutnya**

Trump dijadwalkan melanjutkan kunjungan diplomatiknya ke Jepang dan Korea Selatan setelah Malaysia dalam rangka tur diplomasi lima hari di Asia. Agenda ini menunjukkan komitmen Amerika Serikat untuk memperkuat hubungan bilateral dan multilateral di kawasan Asia-Pasifik.

**Langkah Menuju Stabilitas Jangka Panjang**

Perjanjian perdamaian ini menandai babak baru dalam hubungan bilateral Thailand-Kamboja setelah mengalami ketegangan yang berujung pada konflik bersenjata. Kedua negara kini berkomitmen untuk menyelesaikan sengketa masa depan melalui mekanisme dialog dan diplomasi.

Kesepakatan ini juga merefleksikan efektivitas diplomasi regional ASEAN dalam menangani konflik antar negara anggota. Pendekatan kolektif yang diterapkan ASEAN terbukti mampu memfasilitasi penyelesaian konflik tanpa intervensi pihak eksternal yang berlebihan.

**Implementasi dan Monitoring**

Pelaksanaan kesepakatan ini akan dipantau secara ketat oleh tim pengamat ASEAN yang telah dibentuk. Mekanisme monitoring ini dirancang untuk memastikan kedua pihak mematuhi komitmen yang telah ditandatangani dan mencegah eskalasi konflik di masa mendatang.

Kesuksesan implementasi perjanjian ini akan menjadi precedent penting bagi penyelesaian konflik regional lainnya di Asia Tenggara dan menguatkan kredibilitas ASEAN sebagai organisasi regional yang efektif dalam menjaga stabilitas dan perdamaian.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Masalalu Selalu Aktual Jilid I

Seri Sastra Dunia: Dan Damai di Bumi!

Nat Geo Kisah-kisah Alkitab Perjanjian Lama