JAKARTA – Media sosial X dan Instagram dihebohkan beredarnya informasi yang mengklaim Bumi kini memiliki “bulan kedua” selain satelit alami yang telah dikenal selama ini. Kabar tersebut menyebar luas setelah berbagai akun mengutip pemberitaan media luar negeri yang merujuk pada temuan Universitas Hawaii, Amerika Serikat.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa Bumi baru saja memiliki objek ruang angkasa berupa asteroid kecil bernama 2025 PN7. Namun, apakah objek ini benar-benar dapat dikategorikan sebagai bulan kedua Bumi?
**Klarifikasi Astronom Indonesia**
Astronom amatir Indonesia Ma’rufin Sudibyo memberikan penjelasan mengenai status sebenarnya dari 2025 PN7. Menurutnya, objek dengan diameter sekitar 20 meter ini merupakan asteroid dekat Bumi kelas Arjuna.
“Kelas Arjuna adalah kelompok asteroid dekat Bumi yang memiliki kemiripan orbit dengan orbit Bumi dalam hal inklinasi, periode orbital, dan eksentrisitas,” jelas Ma’rufin kepada Kompas.com, Rabu (22/10/2025).
Sebagai asteroid kelas Arjuna, 2025 PN7 memiliki periode revolusi tepat satu tahun berdasarkan epok 31 Agustus 2025. Hal ini membuat asteroid tersebut dikategorikan memiliki resonansi orbital 1:1 terhadap Bumi, sehingga gravitasi planet ini sangat memengaruhi perilakunya.
**Bukan Bulan Sesungguhnya**
Meski demikian, Ma’rufin menegaskan bahwa sebutan “bulan kedua” untuk 2025 PN7 tidaklah tepat. Asteroid ini tetap mengelilingi Matahari, berbeda dengan Bulan yang benar-benar beredar mengelilingi Bumi.
“Karena memiliki periode revolusi sama dengan Bumi, maka dari sudut pandang Bumi, asteroid ini terlihat selalu berada di dekat Bumi. Namun hanya menjauh dan mendekat saja,” jelasnya.
Jarak terdekat asteroid 2025 PN7 ke Bumi adalah 299.000 kilometer, sementara titik terjauhnya mencapai puluhan juta kilometer. Kondisi ini membuat objek tersebut dikategorikan sebagai quasi-satellite atau quasi-natural satellite.
**Definisi Quasi-Satellite**
Dalam bahasa Indonesia, quasi-satellite dapat diterjemahkan sebagai “bulan seolah-olah” karena tampak mengelilingi Bumi padahal sebenarnya tetap beredar mengelilingi Matahari. Oleh karena itu, penyebutan sebagai “bulan kedua” kurang akurat secara ilmiah.
“2025 PN7 nampak seolah-olah mengelilingi Bumi, padahal faktanya tetap beredar mengelilingi Matahari,” tegas Ma’rufin.
**Proses Pembentukan Asteroid**
Ma’rufin menjelaskan bahwa proses pembentukan 2025 PN7 serupa dengan asteroid pada umumnya. Prosesnya diawali dengan planetisimal yang gagal membentuk planet di antara orbit Mars dan Jupiter, sehingga terbentuk asteroid-asteroid sabuk utama.
Gangguan gravitasi Jupiter, benturan antarasteroid, tekanan radiasi foton Matahari, dan ketidakseimbangan penyinaran Matahari menyebabkan sebagian kecil asteroid sabuk utama terlempar dari lokasi asalnya dan berubah menjadi asteroid dekat Bumi.
“Populasi asteroid dekat Bumi klasik membentang dari orbit Venus hingga Mars. Pada kelas-kelas tersebut dinamika orbit masih terus bekerja, sehingga beberapa dapat menjadi asteroid dekat Bumi kelas Arjuna,” paparnya.
**Tidak Berbahaya bagi Bumi**
Mengenai potensi bahaya, Ma’rufin menyatakan bahwa 2025 PN7 saat ini tidak memiliki ancaman bagi Bumi. Dengan statusnya sebagai quasi-satellite, asteroid ini hanya akan mendekati Bumi hingga jarak 299.000 kilometer saja. Situasi ini diprediksi akan bertahan hingga dekade 2080.
“Sejauh ini belum ada potensi tumbukan terhadap Bumi,” tegasnya.
**Asteroid Serupa Lainnya**
Ma’rufin menyebutkan bahwa terdapat beberapa asteroid lain yang berperilaku seperti 2025 PN7. Di antaranya asteroid 164207 Cardea, asteroid 469219 Kamo’oalewa, asteroid (277810) 2006 FV35, asteroid 2013 LX28, asteroid 2014 OL339, dan asteroid 2023 FW13.
“Semuanya tidak pernah lebih dekat ke Bumi hingga jarak tertentu, yang setara dengan jarak Bumi-Bulan atau lebih besar lagi,” imbuhnya.
**Dinamika Orbit yang Kompleks**
Dinamika orbit asteroid kelas Arjuna sangat ditentukan oleh interaksi gravitasi Bumi. Namun, terdapat faktor-faktor minor yang saling memengaruhi, seperti ketidakseimbangan penyinaran Matahari dan efek tekanan radiasi foton Matahari.
Kondisi ini menyebabkan orbit dapat berubah secara dinamis di masa depan. Meski demikian, potensi tumbukan terhadap Bumi sejauh ini belum teridentifikasi.
**Pentingnya Edukasi Astronomi**
Kasus viral asteroid 2025 PN7 ini menunjukkan pentingnya literasi sains, khususnya astronomi, di kalangan masyarakat. Informasi yang tidak akurat dapat menyebar dengan cepat melalui media sosial tanpa verifikasi yang memadai.
Para ahli astronomi Indonesia terus berupaya memberikan penjelasan ilmiah yang akurat untuk mencegah penyebaran informasi yang dapat menimbulkan kebingungan atau kepanikan di masyarakat.
Fenomena quasi-satellite seperti 2025 PN7 sebenarnya tidak langka dalam sistem tata surya. Objek-objek serupa telah lama diamati dan dipelajari oleh para astronom untuk memahami dinamika gravitasi dan evolusi sistem tata surya.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: