Kisah Adolf Heusinger, Petinggi Militer Nazi Jerman yang Jadi Pernah Jadi Pejabat NATO

COLOGNE – Adolf Heusinger, mantan pejabat tinggi organisasi pertahanan Atlantik Utara (NATO), memiliki masa lalu yang kontroversial sebagai perwira senior militer Nazi di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Sosok ini menjadi contoh bagaimana dinamika geopolitik Perang Dingin mengubah musuh menjadi sekutu dalam menghadapi ancaman bersama.

Setelah kekalahan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II pada 1945, tentara Sekutu membagi wilayah Jerman menjadi dua bagian: Jerman Barat yang dikuasai AS, Inggris, dan Prancis, serta Jerman Timur yang dikelola Uni Soviet. Pembagian ini menandai awal mula Perang Dingin yang berlangsung hingga 1991.

Untuk membendung ekspansi pengaruh Uni Soviet dan ideologi komunis di Eropa, blok Barat kemudian membentuk NATO.

**Karier Awal di Wehrmacht Nazi**

Ketika Perang Dunia II meletus pada 1 September 1939, Komando Tinggi Angkatan Darat Jerman (OKH) di bawah rezim Nazi mengambil kendali operasi militer. Heusinger yang saat itu berpangkat Letnan Kolonel bertugas sebagai Kepala Departemen Operasi (Operationsabteilung) Staf Umum Angkatan Darat Nazi.

Menurut Global Politics, ia mendampingi staf lapangan dan turut merencanakan operasi militer di Polandia, Denmark, Norwegia, Prancis, Belanda, dan Belgia. Atas prestasinya, Heusinger naik pangkat menjadi Kolonel pada 1 Agustus 1940 dan kemudian menduduki jabatan Kepala Departemen Operasi pada Oktober 1940.

Posisi tersebut menempatkannya sebagai orang ketiga dalam hierarki perencanaan Angkatan Darat, setelah Kepala Staf Umum dan Wakil Kepala Staf Umum.

**Era Invasi Soviet dan Promosi Berkelanjutan**

Setelah invasi ke Uni Soviet dimulai pada Juni 1941, OKH memiliki tanggung jawab utama dalam merencanakan operasi di medan perang Timur. Heusinger tetap memangku jabatan sebagai Kepala Operationsabteilung dan terus mendapat promosi: Mayor Jenderal pada 1 Januari 1942, dan Letnan Jenderal pada 1 Januari 1943.

Pada 10 Juni 1944, ia sempat menjabat sementara sebagai Kepala Staf Umum Angkatan Darat, posisi tertinggi dalam struktur komando militer Wehrmacht.

**Insiden Plot Pembunuhan Hitler**

Dalam kapasitasnya sebagai pejabat tinggi militer, Heusinger menghadiri pertemuan di markas “Wolf’s Lair” milik Adolf Hitler pada 20 Juli 1944. Pada hari yang sama, terjadi upaya pembunuhan Hitler menggunakan bom yang dipasang Kolonel Claus von Stauffenberg.

Berdasarkan History Net, Heusinger berada tepat di samping Hitler ketika bom meledak. Ia menderita luka di kepala, lengan, dan kaki, sementara Hitler berhasil selamat dari percobaan pembunuhan tersebut.

Beberapa hari kemudian, saat masih dirawat di rumah sakit, Heusinger ditangkap dan diinterogasi Gestapo (polisi rahasia Nazi) karena dianggap terlibat dalam plot tersebut. Namun, penyelidikan tidak menemukan bukti keterlibatan langsung. Ia dibebaskan pada Oktober 1944 dan ditempatkan di Fuhrerreserve, fasilitas penampungan perwira senior Wehrmacht.

**Penangkapan dan Masa Tahanan**

Pada Maret 1945, Heusinger kembali bertugas aktif sebagai Kepala Departemen Pemetaan Wehrmacht. Namun, pada Mei 1945, bertepatan dengan menyerahnya Jerman dalam Perang Dunia II, ia ditangkap pasukan Sekutu.

Sebagai tawanan perang dari 1945 hingga 1947, Heusinger kemudian bersaksi untuk pihak pembela dalam Sidang Mahkamah Militer AS di Nuremberg.

**Transisi ke Era Jerman Barat**

Setelah dibebaskan, Heusinger menggunakan nama sandi Adolf Horn dan menjadi Kepala Evaluasi untuk Organisasi Gehlen, badan intelijen Jerman Barat yang baru terbentuk, pada periode 1948-1950. Secara bersamaan, ia bertugas sebagai Wakil Kepala Studi Militer Jerman di Divisi Sejarah Angkatan Darat AS.

Pada Januari 1951, Heusinger bersama pejabat lainnya bertemu Komisaris Tinggi AS John Jay McCloy dan Jenderal Dwight Eisenhower untuk membahas rencana persenjataan kembali Jerman. Eisenhower saat itu menjabat sebagai Komandan Tertinggi NATO di Eropa yang didirikan pada 1949.

**Kembali ke Dinas Militer**

Tahun 1950 menandai babak baru karier Heusinger ketika ia diangkat sebagai penasihat urusan militer bagi Konrad Adenauer, Kanselir pertama Jerman Barat.

Dengan terbentuknya Angkatan Bersenjata Jerman Barat (Bundeswehr) pada 1955, ia kembali ke dinas militer aktif. Heusinger diangkat menjadi Letnan Jenderal pada 12 November 1955 dan menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Militer.

Pada Maret 1957, ia mendapat jabatan sebagai Kepala Departemen Angkatan Bersenjata Gabungan Bundeswehr. Tak lama kemudian, Heusinger dipromosikan menjadi Jenderal dan ditunjuk sebagai Inspektur Jenderal Bundeswehr pertama hingga Maret 1961.

**Era Kepemimpinan NATO**

Puncak karier Heusinger tercapai pada April 1961 ketika ia ditunjuk sebagai Ketua Komite Militer NATO di Washington, DC. Jabatan ini merupakan posisi perwira militer tertinggi NATO dan penasihat militer utama bagi sekretaris jenderal.

Heusinger menjadi perwira Jerman pertama yang menduduki posisi tersebut dan menjadi tokoh sentral dalam perdebatan sengit mengenai strategi perang NATO di masa depan.

**Kontribusi Strategis**

Saat ada pandangan bahwa senjata nuklir membuat pasukan konvensional dan teknik operasional menjadi usang, Heusinger menolak pemikiran tersebut. Ia mengadvokasi konsep respons bertahap oleh NATO sekaligus penguatan pasukan konvensional.

Teorinya terbukti tepat pada awal 1960-an ketika Administrasi Presiden John F. Kennedy mengadopsi doktrin “respons fleksibel”.

**Masa Pensiun dan Akhir Hidup**

Heusinger pensiun dari jabatannya di NATO pada April 1964. Ia meninggal dunia pada 30 November 1982 di Cologne, Jerman, dalam


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Perang Padri di Sumatra Barat