Ular Purba Terekam Menyelinap di Laut Pulau Komodo

NUSA TENGGARA TIMUR – Eksplorasi bawah laut di sekitar Pulau Komodo mengungkap keberadaan predator laut langka yang memiliki kemampuan penyamaran luar biasa. Seorang penyelam malam berhasil merekam penampakan ular laut purba yang menyerupai lumut hidup bergerak di dasar perairan.

John Roney, videografer bawah laut berpengalaman, mengabadikan momen ketika menemukan sosok yang awalnya dikira tumbuhan laut. Objek berwarna hijau keabu-abuan itu bergerak lambat dan menghipnotis, namun ternyata merupakan seekor ular laut jenis marine file snake (Acrochordus granulatus).

**Strategi Kamuflase Unik di Dasar Laut**

“Salah satu aspek paling memukau dari ular laut ini adalah kemampuan penyamarannya,” ungkap Roney melalui platform media sosialnya. Tekstur kulit kasar ular tersebut menjadi tempat tumbuhnya alga, menciptakan penampilan hijau keabu-abuan yang menyatu sempurna dengan lingkungan mangrove dan padang lamun.

Lapisan alga yang menempel pada kulit ular terbentuk karena kebiasaan hewan ini menghabiskan waktu berjam-jam tanpa bergerak di dasar laut. Strategi ini memungkinkan predator untuk menunggu mangsa yang lengah melintas di sekitarnya.

**Adaptasi Sempurna untuk Kehidupan Akuatik**

Meskipun bukan anggota kelompok ular laut sejati, marine file snake merupakan hewan sepenuhnya akuatik. Acrochordus granulatus adalah spesies terkecil dalam keluarga Acrochordidae dan satu-satunya yang menghabiskan seluruh hidupnya di muara serta perairan pesisir.

Di Indonesia, spesies ini dikenal dengan sebutan ular karung belang atau ular kadut. Ironisnya, meski mahir di air, ular ini hampir tidak berdaya saat berada di daratan karena struktur tubuhnya yang telah beradaptasi total untuk berenang.

**Anatomi Khusus untuk Predator Malam**

Karakteristik paling menonjol dari ular ini adalah kulitnya yang memiliki sisik berduri halus dengan tekstur menyerupai amplas. Di balik lapisan sisik tersebut terdapat tuberkel khusus yang mengandung ujung saraf, berfungsi sebagai organ sensorik tambahan.

Kemampuan sensorik ini memungkinkan ular merasakan getaran air ketika mangsa bergerak di sekitarnya—keahlian vital bagi predator nokturnal. Selain itu, ekor yang pipih secara lateral dan kemampuan memipihkan tubuh secara horizontal membantu pergerakan efisien di dalam air.

**Ketergantungan pada Air Tawar**

Meski hidup di laut, ular ini tetap memerlukan air tawar untuk bertahan hidup. Dalam lingkungan laut, hewan ini memanfaatkan lapisan air tawar tipis yang terbentuk di permukaan setelah hujan turun. Kulit yang higroskopis (menyerap kelembapan) membantu mencegah dehidrasi saat sesekali keluar dari air.

**Distribusi Luas di Kawasan Indo-Pasifik**

Jangkauan habitat marine file snake sangat ekstensif, meliputi pesisir India, Asia Tenggara, Kepulauan Indonesia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, hingga Australia bagian utara. Di Indonesia, spesies ini dapat ditemukan di perairan Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores, Timor, Ambon, dan pesisir Papua.

**Pola Makan Beragam Sesuai Habitat**

Penelitian yang dilakukan ahli biologi Harold Voris di Selat Malaka menunjukkan bahwa ular ini memangsa berbagai jenis ikan kecil seperti gobi, udang-udangan, dan siput laut. Namun, mengingat distribusinya yang luas, pola makan dapat bervariasi tergantung pada ketersediaan mangsa di masing-masing lokasi.

Dalam kondisi penangkaran, spesies ini menunjukkan fleksibilitas diet dengan mampu memangsa beragam jenis ikan, menunjukkan adaptabilitas yang tinggi terhadap sumber makanan yang tersedia.

**Warisan Evolusioner dari Era Purba**

Keberadaan marine file snake merepresentasikan salah satu contoh menarik evolusi reptil purba yang berhasil bertahan hingga masa kini. Kombinasi kemampuan beradaptasi ekstrem—mulai dari kulit penyerap air hingga sensor pergerakan bawah laut—menunjukkan bagaimana kehidupan laut menciptakan makhluk dengan strategi bertahan hidup yang canggih.

**Predator Tersembunyi dengan Strategi Menunggu**

“Penampilannya seperti potongan lumut yang hidup, padahal sebenarnya predator purba yang sabar dan cerdas,” kata Roney menggambarkan keunikan temuan ini. Strategi berburu dengan menunggu secara pasif menunjukkan efisiensi energi yang luar biasa dalam ekosistem laut.

**Pentingnya Konservasi Habitat Pesisir**

Temuan ini menegaskan kekayaan biodiversitas perairan Indonesia, khususnya di kawasan konservasi seperti Taman Nasional Komodo. Keberadaan spesies purba seperti marine file snake menekankan pentingnya upaya pelestarian habitat pesisir dan muara sebagai rumah bagi kehidupan laut yang unik.

**Kontribusi untuk Penelitian Biologi Laut**

Dokumentasi visual yang dilakukan oleh penyelam seperti Roney memberikan kontribusi berharga bagi penelitian biologi laut. Pengamatan langsung perilaku alami spesies langka di habitat aslinya menyediakan data yang sulit diperoleh melalui penelitian laboratorium.

Penemuan ini juga mengingatkan bahwa masih banyak misteri kehidupan laut yang menunggu untuk diungkap, terutama di perairan Indonesia yang memiliki tingkat endemisme tinggi dan ekosistem laut yang kompleks.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Si Bolang: 7 Cerita dari Negeri Naga Purba

Genom: Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab

Behind the Strike! 10 Tahun Mancing Mania