Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019

JAKARTA – Fenomena astronomi spektakuler akan menghiasi langit Indonesia pada Rabu, 5 November 2025. Bulan Purnama terbesar dan terterang tahun ini, yang dikenal sebagai Beaver Moon, akan mencapai jarak terdekat dengan Bumi dalam enam tahun terakhir.

Supermoon Beaver ini merupakan fenomena kedua dari rangkaian tiga supermoon berturut-turut sepanjang 2025, setelah supermoon 7 Oktober dan akan disusul supermoon 4 Desember mendatang.

**Jarak Terdekat dalam 6 Tahun**

Supermoon Beaver akan berada pada jarak sekitar 356.980 kilometer dari Bumi, menjadikannya Bulan Purnama paling dekat dengan planet ini sepanjang tahun dan bahkan terdekat sejak Februari 2019.

“Supermoon 5 November adalah yang terbesar karena berada pada jarak terdekat di antara supermoon lainnya, 357.000 km dari rata-rata 384.000 km,” jelaskan peneliti utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset Inovasi Nasional, Thomas Djamaluddin.

**Mekanisme Orbit Elips dan Perigee**

Fenomena supermoon terjadi karena orbit Bulan berbentuk elips, sehingga ada periode ketika Bulan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi yang disebut perigee, bersamaan dengan fase purnama.

Menurut NASA, Bulan Purnama yang berada di perigee tampak sekitar 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dibandingkan saat berada di titik terjauhnya dari Bumi atau apogee. Proximitas yang semakin dekat menghasilkan intensitas cahaya Bulan yang lebih kuat.

**Dampak Pasang Surut Maksimum**

Konsekuensi dari supermoon adalah terjadinya air pasang maksimum yang berpotensi menyebabkan banjir rob di wilayah pesisir Indonesia. Gravitasi Bulan yang lebih kuat akibat jarak yang lebih dekat akan mempengaruhi pola pasang surut air laut.

**Kondisi Observasi di Indonesia**

Thomas menerangkan bahwa supermoon 5 November dapat diamati dari seluruh wilayah Indonesia sepanjang malam. “Sama dengan pengamatan purnama, sejak terbit Bulan sampai terbenam saat pagi hari,” ungkapnya.

Namun, kondisi cuaca seperti awan tebal dan hujan dapat mengganggu observasi fenomena ini. Meski demikian, masih terdapat peluang kondisi cerah sepanjang malam atau setidaknya celah di antara awan yang memungkinkan Bulan terlihat jelas.

**Etimologi Beaver Moon dari Tradisi Amerika Utara**

Istilah “Beaver Moon” merupakan nama tradisional untuk Bulan Purnama November yang berasal dari berbagai suku asli Amerika Utara. Penamaan ini merujuk pada periode ketika berang-berang nokturnal di Kanada dan timur laut Amerika Serikat aktif membangun bendungan musim dingin mereka di bawah sinar Bulan Purnama.

**Variasi Nama Tradisional Lainnya**

Nama alternatif untuk bulan purnama November meliputi Frost Moon, Snow Moon, Trading Moon, Mourning Moon, dan Darkest Depths Moon. Suku Anishinaabeg menyebutnya Baashkaakodin Giizis yang bermakna Bulan Pembekuan.

**Rangkaian Supermoon 2025**

Supermoon November ini adalah bagian dari trilogi supermoon berturut-turut, dimulai dengan Harvest Moon pada Oktober, dan akan ditutup oleh Cold Moon pada Desember yang juga akan tampak lebih besar dari ukuran normal.

**Perbedaan Visual Signifikan**

Perbandingan visual supermoon dengan bulan purnama biasa menunjukkan perbedaan yang dapat diamati mata telanjang. Peningkatan 14 persen dalam ukuran apparent dan 30 persen dalam kecerahan menciptakan pengalaman visual yang mencolok bagi pengamat.

**Periode Optimal Pengamatan**

Waktu terbaik untuk mengamati supermoon adalah ketika Bulan berada rendah di cakrawala, baik saat terbit maupun terbenam, karena ilusi optik membuat Bulan tampak lebih besar dibandingkan saat berada tinggi di langit.

**Fotografi Astro dan Dokumentasi**

Supermoon November memberikan kesempatan ideal untuk fotografi astronomi. Jarak yang lebih dekat memungkinkan detail permukaan Bulan terlihat lebih jelas, termasuk kawah dan maria yang dapat diabadikan dengan peralatan fotografi standar.

**Implikasi Maritim dan Pesisir**

Fenomena supermoon berimplikasi pada aktivitas maritim dan wilayah pesisir Indonesia. Pasang tinggi yang lebih ekstrem memerlukan kewaspadaan ekstra bagi nelayan, operator pelabuhan, dan masyarakat di daerah rawan banjir rob.

**Edukasi Astronomi Publik**

Supermoon November menjadi momentum edukasi astronomi yang ideal untuk meningkatkan literasi sains masyarakat tentang mekanika orbital dan fenomena astronomis yang dapat diamati dari Bumi.

**Penelitian Selenologi**

Proximitas Bulan yang lebih dekat juga memberikan kesempatan penelitian selenologi yang lebih detail, memungkinkan observasi struktur geologis permukaan Bulan dengan resolusi yang lebih tinggi.

**Siklus Lunar dan Kalender Tradisional**

Supermoon dalam tradisi berbagai budaya sering dikaitkan dengan siklus pertanian, ritual keagamaan, dan penanda waktu dalam kalender lunar tradisional yang masih digunakan beberapa komunitas di Indonesia.

**Fenomena Langit Lainnya November 2025**

Selain supermoon, November 2025 juga akan dihiasi fenomena astronomi lainnya seperti hujan meteor dan kemunculan komet, menjadikan bulan ini periode yang kaya akan kejadian langit yang dapat diamati.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Breaking the Spell: Agama sebagai Fenomena Alam