STANFORD – Penelitian terbaru Stanford University mengungkap fakta mengejutkan bahwa spesies hiu dengan risiko kepunahan tertinggi bukanlah jenis ikonik seperti hiu putih besar atau hiu martil. Justru hiu dengan karakteristik unik yang hidup di dasar laut dalam dan memiliki diet khusus yang paling terancam punah.
Temuan ini muncul dari analisis mendalam terhadap genus Carcharhinus yang mencakup 35 spesies, sebagian besar berstatus “Rentan,” “Terancam Punah,” atau “Sangat Terancam Punah” menurut International Union for Conservation of Nature.
**Analisis Fosil Ungkap Pola Kepunahan**
Tim peneliti menganalisis lebih dari 1.200 fosil dan gigi modern dari 30 spesies hiu untuk memahami karakteristik yang menentukan tingkat risiko kepunahan. Gigi hiu memberikan informasi krusial tentang ukuran tubuh dan jenis mangsa yang dikonsumsi.
Data tersebut mengungkap pola jelas: hiu dengan morfologi dan diet tidak biasa memiliki probabilitas kepunahan lebih tinggi dibandingkan spesies generalis yang hidup di perairan terbuka.
**Dampak Ekosistem: Lautan Menjadi Lebih Sederhana**
Mohamad Bazzi, sarjana pascadoktoral di Stanford Doerr School of Sustainability, menjelaskan konsekuensi dari kehilangan spesies unik ini. “Studi kami menggambarkan bahwa jika kepunahan hiu besar ini benar-benar terjadi, hiu akan menjadi lebih mirip dan sederhana, dan Anda berakhir dengan dunia yang lebih membosankan dengan keragaman bentuk yang lebih sedikit,” ungkap Bazzi.
Hiu yang kemungkinan bertahan adalah spesies berukuran sedang dan generalis yang menghuni perairan tengah, sementara spesies dengan adaptasi khusus akan hilang.
**Erosi Fungsi Ekosistem yang Ireversibel**
Jonathan Payne, profesor ilmu Bumi dan planet di Stanford, menekankan dampak hilangnya keunikan morfologi hiu terhadap fungsi ekosistem. “Erosi luas dari morfologi hiu yang unik ini berarti bahwa banyak fitur khas dari setiap spesies, dan fungsi yang mereka miliki dalam ekosistem tertentu, akan hilang,” jelasnya.
Hiu berukuran sangat besar membutuhkan makanan dalam jumlah besar sehingga rentan saat mangsa menipis, sedangkan hiu dengan diet spesifik sulit beradaptasi ketika lingkungan berubah.
**Kehilangan Solusi Evolusioner untuk Teknologi Masa Depan**
Kepunahan spesies hiu unik juga berdampak pada potensi pengembangan teknologi dan obat-obatan. Sifat-sifat khas seperti struktur tubuh, resistensi penyakit, atau strategi berburu yang spesifik dapat menginspirasi inovasi medis dan teknologi material.
“Ketika kita membatalkan semua kerja evolusioner ini, kita tidak hanya kehilangan hal-hal yang memberi kita kegembiraan, tetapi kita juga kehilangan potensi solusi evolusioner praktis untuk masalah, seperti pengobatan penyakit atau wawasan tentang material baru,” papar Payne.
**Fenomena Homogenisasi Fenotipik Global**
Pola ini, yang dikenal sebagai homogenisasi fenotipik, telah terdokumentasi pada berbagai kelompok taksonomi termasuk burung, reptil, dan tanaman. Kepunahan cenderung menyisakan spesies “rata-rata” dan menghilangkan variasi morfologi yang ekstrem.
Proses ini merampingkan dunia alami menjadi sistem yang lebih sederhana namun seringkali lebih rapuh secara ekologis.
**Overfishing: Ancaman Terbesar yang Dapat Dikendalikan**
Para peneliti menekankan bahwa penangkapan ikan berlebihan merupakan ancaman utama yang dapat dikontrol manusia. Pembunuhan hiu untuk daging, sirip, dan sebagai tangkapan sampingan memberikan dampak paling destruktif terhadap populasi.
Payne memberikan contoh sukses konservasi northern elephant seal yang hampir punah pada 1800-an namun populasinya pulih setelah perburuan dihentikan.
**Optimisme untuk Pemulihan dalam Dekade ini**
“Orang-orang tidak perlu berpikir tentang konservasi spesies sebagai sesuatu yang teoritis, di mana jika kita membuat perubahan ini, hanya cicit-cicit kita yang mungkin melihat dunia yang berbeda,” kata Payne. “Selama beberapa dekade saja untuk beberapa hiu yang terancam ini, Anda sudah bisa melihat perubahan positif.”
**Urgensi Tindakan Konservasi Global**
Sepertiga dari 500 spesies hiu yang diidentifikasi saat ini berada di ambang kepunahan akibat aktivitas manusia. Polusi, hilangnya habitat, dan eksploitasi berlebihan telah mendorong predator yang telah bertahan selama 400 juta tahun ini ke titik kritis.
**Implikasi untuk Kebijakan Perikanan**
Temuan ini menuntut revisi kebijakan perikanan global yang tidak hanya fokus pada spesies komersial utama, tetapi juga memberikan perlindungan khusus untuk spesies hiu dengan karakteristik unik yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
**Pentingnya Pendekatan Konservasi Berbasis Sains**
Penelitian Stanford ini mendemonstrasikan pentingnya pendekatan konservasi yang didasarkan pada pemahaman mendalam tentang ekologi dan evolusi spesies, bukan hanya popularitas atau nilai ekonomi semata.
**Masa Depan Keanekaragaman Laut**
Jika upaya konservasi segera dilakukan, lautan masih dapat mempertahankan hiu-hiu unik beserta fungsi ekologis yang mereka jalankan. Namun, jendela waktu untuk bertindak semakin menyempit seiring intensifikasi tekanan antropogenik terhadap ekosistem laut global.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: