Supermoon Emas 5 November, Mengapa Bulan Purnama Ini Jadi yang Terbesar di 2025?

JAKARTA – Pengamat langit akan disuguhkan pertunjukan istimewa pada Rabu malam, 5 November 2025, ketika bulan purnama mencapai konfigurasi terdekat dengan Bumi sepanjang tahun ini. Fenomena yang dikenal sebagai Supermoon Beaver atau Supermoon Emas ini menawarkan penampakan bulan dengan ukuran dan kecerahan maksimal.

Konfigurasi orbital Bulan pada November 2025 memiliki karakteristik unik yang menjadikannya fenomena paling spektakuler dalam kategori supermoon tahun ini.

**Terminologi Ilmiah vs Populer**

Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia, menjelaskan bahwa istilah “Supermoon” yang populer sejak 1979 sebenarnya lebih berkaitan dengan astrologi ketimbang astronomi formal.

“Supermoon itu istilah astrologi. Dalam astronomi tidak ada padanan katanya karena memang dianggap tidak memiliki nilai ilmiah spesifik. Tapi untuk kepentingan populer, kata itu sering dipadankan dengan Bulan Purnama Perigean atau Purnama Perigean saja,” ungkap Marufin kepada Kompas.com pada Selasa, 4 November 2025.

Purnama Perigean didefinisikan sebagai fase bulan maksimum (mendekati 100 persen) yang terjadi saat atau di sekitar titik perigee—posisi terdekat Bulan dengan Bumi dalam orbitnya. Proximitas ini membuat Bulan tampak lebih besar dibanding penampakan normal.

**Jarak Terdekat Sepanjang Tahun**

Keistimewaan Supermoon November 2025 terletak pada pencapaian titik perigee terkecil sepanjang tahun. Marufin merinci data astronomis yang mendukung klaim ini.

“Perigee Bulan pada November 2025 adalah yang terkecil sepanjang tahun ini. Titik perigee itu akan dicapai pada 6 November 2025 pukul 05.30 WIB pada jarak 356.800 km dari pusat Bumi ke pusat Bulan,” jelasnya.

Fase puncak purnama akan tercapai lebih awal, yakni pada 5 November 2025 pukul 20.20 WIB. Karena selang waktu antara puncak purnama dan perigee kurang dari 24 jam, peristiwa ini memenuhi kriteria Bulan Purnama Perigean.

**Perhitungan Ukuran Visual**

Meski dijuluki “terbesar,” perbedaan ukuran visual Supermoon dengan bulan purnama reguler relatif kecil dan lebih dapat dibuktikan melalui astrofotografi daripada observasi mata telanjang.

Dengan jejari Bumi 6.400 kilometer, penduduk planet akan melihat Bulan pada saat purnama perigean memiliki diameter sudut 0° 34′, sedikit lebih besar ketimbang ukuran tampak bulan purnama normal yaitu 0° 30′.

Secara kuantitatif, Supermoon November ini tampak sekitar 7 persen lebih besar dan 15 persen lebih cerah dibanding bulan purnama biasa yang berada pada jarak rata-rata.

**Komparasi dengan Supermoon Lain di 2025**

Tahun 2025 menghadirkan serangkaian supermoon berturut-turut dengan karakteristik orbital serupa, namun berbeda dalam nilai jarak perigean:

– Supermoon November 2025 (Beaver Moon): Jarak perigean terkecil (356.800 km)
– Supermoon Desember 2025 (Cold Moon): Jarak perigean terkecil kedua (356.900 km)
– Supermoon Oktober 2025 (Harvest Moon): Jarak perigean terkecil ketiga (359.800 km)

**Implikasi Observasional**

Kombinasi jarak terdekat dan timing puncak purnama yang optimal menjadikan Supermoon Emas pada 5 November sebagai grand finale fenomena bulan paling dramatis tahun ini. Pengamat dapat menyaksikan pertunjukan ini tanpa peralatan khusus, meski astrofotografi akan menghasilkan dokumentasi yang lebih mengagumkan.

**Kondisi Optimal untuk Pengamatan**

Supermoon November dapat diamati dengan mata telanjang dari lokasi mana pun yang memiliki langit cerah. Penampakan terbaik akan terjadi saat bulan berada di posisi paling tinggi di langit, memberikan kontras maksimal dengan latar belakang langit malam.

**Nilai Pendidikan Astronomi**

Fenomena ini memberikan kesempatan edukasi publik tentang mekanika orbital dan dinamika sistem Bumi-Bulan. Meski perbedaan visual relatif subtil, Supermoon membantu masyarakat memahami variabilitas jarak orbital dan dampaknya terhadap penampakan visual benda langit.

**Dokumentasi dan Astrofotografi**

Bagi penghobi astrofotografi, Supermoon November menawarkan peluang mengabadikan detail permukaan bulan dengan resolusi optimal karena proximitas maksimal. Perbandingan dengan foto bulan purnama normal dapat memberikan ilustrasi konkret tentang perbedaan ukuran yang disebutkan dalam perhitungan astronomi.

**Konteks Astronomis Global**

Fenomena Supermoon November 2025 tidak hanya menarik perhatian astronom Indonesia, tetapi juga komunitas internasional karena merupakan bulan purnama terdekat dalam tahun kalender ini, menjadikannya event astronomi yang istimewa secara global.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Breaking the Spell: Agama sebagai Fenomena Alam