Bulan Purnama 5 November Disebut Supermoon Emas, Apakah Warnanya Keemasan?

JAKARTA – Supermoon Beaver yang akan menghiasi langit Indonesia pada Rabu, 5 November 2025, menjadi fenomena astronomi paling istimewa tahun ini. Bulan purnama terbesar dan tercemerlang 2025 ini mendapat julukan “Golden Supermoon” di berbagai belahan dunia, namun warna emas tersebut ternyata hanya dapat disaksikan di lokasi geografis tertentu.

Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia, menjelaskan mekanisme ilmiah di balik fenomena visual yang menawan ini.

**Ilusi Optik Golden Supermoon: Bukan Perubahan Warna Intrinsik**

Julukan “Golden Supermoon” tidak merujuk pada perubahan warna bulan secara hakiki, melainkan efek optik yang bergantung pada posisi pengamat dan sudut matahari. Warna keemasan hanya muncul sesaat ketika bulan baru terbit atau menjelang tenggelam.

“Golden Supermoon ditujukan kepada fenomena Supermoon yang terlihat bersamaan dengan Bulan terbit atau Bulan terbenam. Karena hanya pada saat terbit dan terbenamnya Matahari saja, kita melihat benda-benda langit yang ada di atas horizon barat/timur bergelimang cahaya kekuningan/keemasan,” terang Marufin saat dihubungi Selasa, 4 November 2025.

**Mekanisme Sains: Hamburan Rayleigh dan Mie**

Warna keemasan yang memukau merupakan hasil proses fisika atmosfer yang disebut hamburan Rayleigh dan Mie pada cahaya matahari. Proses ini menyaring gelombang cahaya biru dan hijau, menyisakan spektrum merah dan kuning yang bergelombang panjang.

Efek visual ini berlangsung dalam jangka waktu terbatas, yakni hingga satu jam setelah matahari terbit atau mulai satu jam sebelum matahari tenggelam. Timing yang singkat ini menjadikan Golden Supermoon sebagai fenomena eksklusif.

**Distribusi Geografis Golden Supermoon**

Marufin mengungkap bahwa efek warna emas Supermoon 5 November tidak akan terlihat dari seluruh dunia secara bersamaan. “Dalam kasus Supermoon 5 November, sesungguhnya Golden Supermoon hanya dialami oleh daerah-daerah di sebelah barat Indonesia, misalnya India hingga Iran. Wilayah itu akan melihat Golden Supermoon saat Bulan terbit,” jelasnya.

Kawasan Amerika Utara, termasuk Amerika Serikat dan Kanada, akan menyaksikan Golden Supermoon pada saat bulan terbenam. Perbedaan timing ini disebabkan rotasi bumi dan posisi relatif bulan terhadap berbagai zona waktu.

**Keunggulan Supermoon November: Jarak Perigee Terpendek**

Supermoon terbentuk ketika bulan mencapai titik terdekat dengan bumi (perigee) bersamaan dengan fase purnama. Meski terdapat tiga supermoon berturut-turut di penghujung 2025, Supermoon November memiliki karakteristik unik.

Rangkaian supermoon meliputi Harvest Moon Oktober, Beaver Moon November, dan Cold Moon Desember. Marufin menegaskan bahwa jarak perigee menjadi pembeda fundamental antar supermoon tersebut.

“Karakter orbit pada saat Purnama Perigean atau Supermoon terjadi pada dasarnya sama semua. Yang membedakan hanyalah pada nilai jarak perigean. Untuk November ini jarak perigeannya adalah yang terkecil sepanjang 2025,” ungkap Marufin.

**Hierarki Jarak Supermoon 2025**

Data astronomi menunjukkan hierarki jarak perigee ketiga supermoon. Supermoon November mencatat jarak perigee terpendek, diikuti Cold Moon Desember dengan jarak 356.900 kilometer. Harvest Moon Oktober menempati posisi ketiga dengan jarak perigee 359.800 kilometer.

Jarak yang paling dekat menjadikan Supermoon 5 November tampak paling besar dan paling cemerlang dibandingkan bulan purnama lainnya sepanjang tahun.

**Konteks Budaya Amerika Utara**

Marufin mengingatkan bahwa terminologi seperti Harvest Moon, Beaver Moon, dan Cold Moon bukanlah istilah astronomi murni. “Perlu digarisbawahi juga bahwa istilah Harvest Moon, Beaver Moon, dan Cold Moon bukanlah istilah astronomi murni. Lebih merupakan bagian dari tradisi Amerika Utara,” tegasnya.

Penamaan tersebut mencerminkan tradisi yang menghubungkan fenomena bulan purnama dengan siklus alam dan aktivitas agraris atau perilaku fauna setempat.

**Etimologi Beaver Moon**

Beaver Moon mendapat nama karena bersamaan dengan periode berang-berang secara aktif membangun sarang sebagai persiapan hibernasi musim dingin. Aktivitas intensif hewan ini menjadi penanda alami transisi musim bagi masyarakat tradisional Amerika Utara.

Cold Moon merujuk simbolisme panen terakhir tahun sebelum memasuki musim dingin, menggambarkan siklus tahunan pertanian dan persiapan menghadapi kondisi cuaca ekstrem.

**Implikasi Visual dan Fotografi**

Fenomena Golden Supermoon menawarkan peluang fotografi astronomi yang mengandalkan timing precis dan lokasi strategis. Kontras antara warna keemasan dengan latar belakang langit transisi menciptakan komposisi visual yang memukau.

**Variabilitas Atmosferik**

Intensitas dan saturasi warna keemasan dipengaruhi kondisi atmosfer lokal, termasuk kelembaban, partikel debu, dan polusi udara. Kondisi atmosfer yang bersih menghasilkan efek warna yang lebih dramatis.

**Relevansi Sains Atmosfer**

Fenomena ini mendemonstrasikan prinsip-prinsip optik atmosfer dalam konteks yang accessible bagi publik. Hamburan cahaya menjadi konsep fisika yang dapat diamati langsung tanpa instrumentasi khusus.

**Kontinuitas Tradisi Observasi**

Penamaan bulan purnama berdasarkan aktivitas musiman mencerminkan hubungan historis manusia dengan siklus astronomi. Tradisi ini menunjukkan integrasi pengetahuan astronomi dengan kehidupan praktis masyarakat agraris.

**Edukasi Publik Astronomi**

Golden Supermoon menjadi medium efektif untuk edukasi astronomi publik, menggabungkan fenomena visual yang atraktif dengan penjelasan sains yang mendalam tentang mekanika orbital dan optik atmosfer.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Breaking the Spell: Agama sebagai Fenomena Alam

Warna Asli Nusantara