Bukan Kebetulan, Ini Alasan Mayoritas Manusia Pakai Tangan Kanan

JAKARTA – Sekitar 85-90 persen populasi dunia memiliki preferensi menggunakan tangan kanan, sementara 10-15 persen lainnya kidal, dan hanya sebagian kecil yang ambidextrous. Paul Rodway, dosen senior psikologi dari University of Chester, Inggris, menyatakan bahwa tidak pernah ditemukan populasi manusia dengan dominasi kidal yang lebih tinggi dibandingkan pengguna tangan kanan.

Fenomena dominasi tangan kanan ini disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, lingkungan, dan proses evolusi yang kompleks.

**Pengaruh Genetik Sejak Fase Prenatal**

Kecenderungan lateralisasi tangan dimulai sejak perkembangan janin dalam rahim. Clyde Francks, profesor genomik pencitraan otak di Max Planck Institute dan Radboud University Medical Center, Belanda, menjelaskan bahwa preferensi ini sudah terdeteksi melalui pergerakan fetus.

Hasil pemindaian ultrasound menunjukkan pada minggu ke-10 kehamilan, mayoritas janin menggerakkan lengan kanan lebih aktif dibandingkan lengan kiri. Pada minggu ke-15, sebagian besar janin menghisap ibu jari tangan kanan.

Riset mengidentifikasi sekitar 40 gen yang berkontribusi dalam pembentukan preferensi lateralisasi. Gen-gen tersebut tidak secara langsung menentukan dominasi tangan, melainkan mempengaruhi pola perkembangan otak yang umumnya mengfavorkan tangan kanan sebagai dominan.

**Variasi Acak dalam Kasus Kidal**

Menurut Francks, mayoritas kejadian kidal terjadi akibat variasi acak selama perkembangan neurologis embrio tanpa pengaruh genetik atau lingkungan spesifik. Hal ini menjelaskan mengapa proporsi kidal relatif stabil di berbagai populasi meskipun tidak memiliki keuntungan reproduktif jelas.

Mekanisme developmental noise ini menciptakan keragaman lateralisasi yang tetap mempertahankan minoritas kidal dalam populasi global.

**Tekanan Sosial dan Faktor Budaya**

Lingkungan kultural memainkan peran signifikan dalam ekspresi dominasi tangan. Di beberapa negara Asia, Arab, dan Afrika, tangan kiri dianggap tidak higienis sehingga anak-anak kidal dipaksa beralih menggunakan tangan kanan melalui kondisioning dan sanksi sosial.

“Budaya dengan tekanan sosial kuat terhadap penggunaan tangan kiri menunjukkan prevalensi kidal yang lebih rendah,” ungkap Rodway. Namun, stabilitas proporsi kidal sekitar 10-15 persen di masyarakat tanpa bias kultural memperkuat pengaruh biologis fundamental.

**Keuntungan Evolusioner Tangan Kanan**

Bukti arkeologi mendukung hipotesis evolutionary advantage pengguna tangan kanan. Studi tahun 2011 menunjukkan bahwa manusia purba predominantly menggunakan tangan kanan dalam aktivitas toolmaking dan weapon handling.

Rodway dan tim mengusulkan teori frequency-dependent selection yang menghubungkan dominasi tangan kanan dengan keunggulan dalam pertempuran. Pengguna tangan kanan secara natural mengarahkan serangan ke dada kiri lawan, lokasi jantung pada mayoritas manusia.

Keunggulan taktis ini memberikan survival advantage yang secara gradual meningkatkan frekuensi right-handedness dalam populasi ancestral.

**Balanced Polymorphism dalam Populasi**

Meskipun pengguna tangan kanan memiliki keuntungan numerik, individu kidal mempertahankan advantage melalui unpredictability factor. Kelangkaan mereka membuat pola gerakan lebih sulit diprediksi, memberikan keunggulan dalam combat dan competitive sports.

“Dengan trade-off antara keuntungan dan kerugian yang saling bertentangan, evolusi mencapai equilibrium yang mempertahankan proporsi stabil kedua phenotype,” jelas Rodway.

**Spesialisasi Hemisferik Otak**

Asymmetric hand preference berkorelasi dengan lateralisasi fungsi otak, khususnya dominasi hemisfer kiri untuk language processing dan motor control. Spesialisasi ini meningkatkan efisiensi cognitive dengan mengalokasikan fungsi spesifik ke hemisfer tertentu.

Concentrating motor skills pada satu tangan memungkinkan development fine motor control yang superior dibandingkan distribusi equal pada kedua tangan, menjelaskan rareness genuine ambidexterity.

**Implikasi untuk Penelitian Neurosains**

Understanding handedness mechanisms provides insights tentang brain development, genetic regulation, dan evolutionary psychology. Handedness serves sebagai model system untuk studying asymmetric trait evolution dan frequency-dependent selection dalam human populations.

Research continuation diperlukan untuk mengidentifikasi specific genetic variants yang berkontribusi pada individual handedness variation dan interaksi kompleks antara genetic predisposition dengan environmental influences.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Warkop: Main-Main Jadi Bukan Main