Bukan Lubang Hitam, di Mana Tempat Tergelap di Tata Surya dan Alam Semesta?

BALTIMORE – Meski ruang angkasa terlihat sebagai hamparan kelam tanpa batas, para astronom berhasil mengidentifikasi lokasi-lokasi dengan tingkat kegelapan tertinggi di Tata Surya dan alam semesta. Berbeda dengan asumsi umum, lubang hitam bukan objek tergelap, melainkan benda-benda dengan tingkat albedo rendah.

Marc Postman, astronom dari Space Telescope Science Institute (STScI) di Baltimore, menjelaskan bahwa kegelapan sejati sulit ditemukan karena adanya cahaya latar yang merembes ke sebagian besar alam semesta. Debu kosmik yang tersebar di angkasa menyebarkan cahaya, membuat ruang antariksa bersinar melebihi pancaran bintang-bintang.

**Spektrum Elektromagnetik Membuat Alam Semesta Bercahaya**

Andreas Burkert, astrofisikawan teoretis dari University of Munich, menegaskan bahwa kegelapan bergantung pada spektrum cahaya yang diamati. Meskipun cahaya tampak membuat beberapa tempat terlihat gelap, gelombang lain dalam spektrum elektromagnetik seperti sinar gamma dan ultraviolet menjangkau hampir seluruh ruang angkasa.

“Ketika dilihat dalam spektrum elektromagnetik penuh, ruang angkasa sebenarnya cukup bercahaya,” ungkap Burkert. Fakta menarik, warna rata-rata alam semesta justru “cosmic latte”, nuansa krem yang mendekati putih.

**Komet Borrelly: Objek Tergelap di Tata Surya**

Guinness Book of World Records mencatat inti Komet Borrelly (19P/Borrelly) sebagai salah satu titik tergelap di Tata Surya. Komet sepanjang 8 kilometer yang terdiri dari debu dan es ini hanya memantulkan kurang dari 3 persen sinar Matahari.

Tingkat kegelapan diukur melalui albedo, yakni jumlah cahaya yang dipantulkan suatu permukaan. Cermin sempurna memiliki albedo 1, sedangkan batu bara hanya 4 persen. Sebagai perbandingan, Bumi memantulkan sekitar 30 persen cahaya Matahari.

**Eksoplanet TrES-2b: Rekor Kegelapan di Alam Semesta**

Di luar Tata Surya, eksoplanet TrES-2b memegang rekor sebagai objek tergelap yang diketahui, memantulkan kurang dari 1 persen cahaya. Para ilmuwan menduga hal ini disebabkan tingginya konsentrasi uap natrium dan titanium oksida gas di atmosfernya.

Planet ini bahkan lebih gelap dari batu bara dan menjadi contoh ekstrem dari objek yang hampir tidak memantulkan cahaya sama sekali.

**Berbagai Penyebab Kegelapan di Antariksa**

Kegelapan di ruang angkasa dapat terjadi karena beberapa faktor berbeda:

**Bayangan Permanen**
Kawah-kawah di kutub Bulan tidak pernah terjangkau sinar Matahari, menciptakan zona kegelapan permanen. Kondisi serupa juga ditemukan di kawah berbayang di Pluto yang sangat jauh dari Matahari.

**Awan Debu Padat**
Kok globules atau inti molekuler yang terdiri dari hidrogen molekuler dan debu silikat menghalangi hampir seluruh cahaya tampak dari bintang sekitarnya. “Mereka tampak seperti lubang di langit,” kata Burkert.

**Lubang Hitam: Gelap karena Cahaya Terjebak**
Burkert menjelaskan bahwa lubang hitam terlihat gelap bukan karena tidak ada cahaya, melainkan karena cahaya terjebak melampaui cakrawala peristiwanya. “Ketika memasuki lubang hitam, sebenarnya sangat terang,” jelasnya.

**Wilayah Jauh dari Sumber Cahaya**
Teleskop New Horizons NASA mendokumentasikan kantong-kantong langit yang gelap semata karena letaknya yang sangat jauh dari sumber cahaya apapun. “Rata-rata, langit di luar sana 10 kali lebih gelap dibandingkan di dekat Bumi,” kata Postman, yang turut menulis studi tahun 2021 dalam The Astrophysical Journal.

**Bumi Beruntung Berada di Zona Relatif Gelap**

Burkert menyimpulkan bahwa Bumi beruntung berada di rongga yang relatif gelap di Bima Sakti. “Kita berada di tengah gelembung besar ini sehingga bisa melihat banyak bintang,” katanya, menekankan pentingnya kegelapan bagi perkembangan astronomi.

Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang distribusi cahaya dan kegelapan di alam semesta, sekaligus menunjukkan kompleksitas faktor-faktor yang menentukan tingkat kegelapan suatu objek atau wilayah di antariksa.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Jatuh ke Lubang Hitam

Ensiklopedia Kisah Alam Semesta

A Brief History of Time: Sejarah Singkat Waktu