Lebah Baru Australia Dinamai Lucifer Karena Punya Tanduk Mirip Iblis

PERTH – Ilmuwan Australia mengumumkan penemuan spesies lebah baru yang memukau berkat sepasang tanduk kecil di wajah betinanya yang membuatnya dijuluki “Lucifer”. Temuan ini bermula saat Kit Prendergast, ekolog lebah liar dari Curtin University, meneliti penyerbuk untuk flora langka di kawasan Goldfields, Australia Barat.

**Awal Mula Penemuan Unik**

“Saya menemukan spesies ini ketika meneliti tanaman langka di Goldfields dan melihat lebah dengan ciri khas luar biasa,” kata Prendergast. “Lebah betinanya memiliki tanduk kecil yang menakjubkan di bagian wajah.”

Rasa ingin tahu mendorong Prendergast mengumpulkan beberapa spesimen untuk kajian lebih mendalam. Observasi mikroskopis mengungkap bahwa lebah ini berukuran 8-9 milimeter, dengan lebah betina memiliki dua tanduk sepanjang 0,9 milimeter yang menonjol di antara kedua mata.

**Konfirmasi Spesies Baru**

Analisis DNA memastikan spesies ini tidak cocok dengan data apa pun dalam basis data maupun koleksi museum. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Hymenoptera Research pada 10 November ini memberikan Prendergast hak untuk menamakan temuannya.

Setelah diskusi dengan rekan peneliti, mereka sepakat bahwa penampilan tanduk tersebut pantas mendapat nama yang mencerminkan kesan “setan”.

“Kami memutuskan tanduk mirip iblis itu memerlukan nama yang menakutkan pula,” tuturnya. Pilihan akhir jatuh pada Megachile lucifer.

Selain karena tanduk yang menyeramkan, ada alasan personal yang menggelitik. Prendergast mengaku tengah menonton serial “Lucifer” saat menulis deskripsi spesies ini, sehingga pemilihan nama menjadi keputusan yang mudah.

Namun, ia menambahkan bahwa “lucifer” dalam bahasa Latin berarti pembawa cahaya, berharap spesies ini “membawa pencerahan pada keajaiban lebah-lebah asli Australia.”

**Misteri Fungsi Tanduk**

Meski beberapa lebah asli Australia mememiliki tanduk, tidak ada yang sebesar dan melengkung seperti milik lebah Lucifer. Para peneliti belum memahami fungsi pasti tanduk tersebut.

Riset sebelumnya menunjukkan tanduk pada lebah betina dapat berfungsi untuk mempertahankan diri dari kompetitor saat berebut bunga atau mengusir betina lain dari lokasi sarang.

**Habitat dan Ancaman Konservasi**

Spesies baru ini ditemukan di kawasan Bremer Ranges, yang juga menjadi habitat bunga langka Marianthus aquilonaris—tanaman yang sedang diteliti Prendergast saat lebah Lucifer pertama kali teridentifikasi.

Karena kedua spesies mendiami area yang sama, keduanya berpotensi terancam oleh gangguan habitat atau perubahan iklim.

“Karena spesies baru ini ditemukan di wilayah kecil yang sama dengan bunga liar terancam punah, keduanya berisiko akibat gangguan habitat,” jelasnya.

Para peneliti menyarankan survei tambahan untuk menemukan lokasi sarang lebah ini. Sementara itu, pohon-pohon dengan lubang kecil yang berpotensi menjadi sarang perlu mendapat perlindungan.

**Tantangan Dokumentasi Lebah Australia**

Australia memiliki lebih dari 2.000 spesies lebah asli, namun sekitar 500 di antaranya belum dideskripsikan secara ilmiah. Menurut Tobias Smith, peneliti lebah dari University of Queensland, lebah asli Australia masih “kurang diteliti dan minim data.”

Prendergast menekankan bahwa kurangnya pemahaman terhadap lebah—termasuk yang mungkin menjadi penyerbuk tanaman langka—dapat membawa risiko besar.

“Tanpa mengetahui lebah mana yang ada dan tanaman apa yang mereka butuhkan, kita bisa kehilangan keduanya sebelum sempat menyadarinya,” tegasnya.

Penemuan ini menyoroti pentingnya penelitian berkelanjutan terhadap keanekaragaman hayati Australia, sekaligus mengingatkan urgensi konservasi habitat untuk melindungi spesies yang baru ditemukan maupun yang terancam punah.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Aku Senang Ada: Lebah dan Serangga