Mengapa Ikan Laut Dalam Berevolusi Menjadi Bentuk-Bentuk Aneh?

COLUMBUS – Kehidupan di kedalaman laut yang gelap, dingin, dan bertekanan ekstrem telah mengembangkan strategi bertahan hidup yang unik. Sebuah penelitian terkini mengungkapkan bagaimana ikan-ikan di perairan dalam berevolusi selama jutaan tahun dan mengapa spesies yang mendiami zona kedalaman berbeda memiliki variasi bentuk tubuh yang begitu beragam.

**Analisis Ribuan Spesies Ikan Laut Dalam**

Elizabeth Santos dari The Ohio State University memimpin riset yang menganalisis hampir 3.000 spesies ikan laut dalam. Tim peneliti membandingkan morfologi tubuh, habitat, serta riwayat evolusi setiap spesies.

Temuan menunjukkan bahwa laut dalam bukanlah lingkungan yang homogen. Kondisi di dasar laut sangat berbeda dengan perairan terbuka, sehingga mendorong evolusi menuju bentuk tubuh yang kontras.

**Dikotomi Evolusi: Pelagis versus Bentik**

Santos mengelompokkan ikan laut dalam menjadi dua kategori utama:

**Pelagis:** mengapung di kolom air, jauh dari dasar laut
**Bentik:** hidup menempel atau dekat dengan substrat dasar

Hasil studi menunjukkan ikan pelagis memiliki variasi morfologi paling ekstrem—mulai dari anglerfish bulat menyerupai bola hingga belut memanjang seperti pita. Sebaliknya, ikan bentik menampilkan keseragaman: tubuh ramping, meruncing, dan efisien untuk navigasi stabil di dekat dasar perairan.

“Kami menemukan evolusi mendorong bentuk tubuh ke arah yang berbeda tergantung apakah ikan itu bentik atau pelagis,” kata Santos. “Kita sering menganggap laut dalam sebagai satu kesatuan, padahal kenyataannya sangat beragam.”

**Kecepatan Evolusi Berbanding Terbalik dengan Keragaman**

Salah satu temuan paling menarik adalah korelasi antara kedalaman habitat dengan kecepatan evolusi. Semakin dalam seekor ikan hidup, semakin cepat bentuk tubuhnya berevolusi. Namun kecepatan tidak selalu menghasilkan keberagaman.

Ikan bentik berevolusi cepat tetapi tetap mirip satu sama lain. Sedangkan ikan pelagis berevolusi lebih lambat namun menghasilkan morfologi yang jauh lebih bervariasi.

“Kolonisasi ke zona pelagis dalam tampaknya menjadi jalur yang lebih umum untuk menghasilkan keanekaragaman dibanding bentik,” ujar Santos.

Di perairan terbuka, spesies baru terus berdatangan dan bercampur dengan penduduk lama, menciptakan mozaik evolusi yang penuh bentuk tubuh tak berkerabat. Di dasar laut, evolusi cenderung berputar di tempat—satu garis keturunan memecah menjadi spesies baru, tetapi mempertahankan morfologi yang serupa.

**Adaptasi dalam Dunia Tanpa Cahaya**

Mulai kedalaman 200 meter, cahaya matahari hampir hilang total. Tanpa cahaya, tidak ada tumbuhan, dan predator harus mengandalkan adaptasi ekstrem untuk bertahan hidup.

Tubuh panjang dan ramping mendominasi zona ini. Bentuk tersebut membantu menghemat energi dalam suhu dingin dan air tenang. Ikan demersal seperti grenadier dan halosaur menggunakan gerakan bergelombang untuk menempuh jarak jauh tanpa mengeluarkan energi besar.

“Di kolom air dalam, Anda tidak akan menemukan banyak perenang kuat,” kata Santos. “Lingkungannya gelap. Banyak ikan hanya melayang dan menunggu makanan datang.”

**Kebebasan Evolusi Melawan Aturan Konvensional**

Di permukaan, bentuk tubuh ikan mengikuti aturan ketat—perenang cepat harus aerodinamis, ikan karang cenderung pipih. Namun di laut dalam, aturan tersebut runtuh.

Karena tidak perlu bergerak cepat, ikan pelagis bebas berevolusi menjadi bentuk yang tidak konvensional: ada yang menyerupai balon, ada yang panjang seperti pita, ada pula anglerfish dengan umpan bioluminesensi.

Dalam dunia minim cahaya dan minim kompetisi kecepatan, evolusi seolah diberi kebebasan bereksperimen tanpa batasan hidrodinamika tradisional.

**Pemetaan Jalur Evolusi Kompleks**

Tim Santos juga memetakan bagaimana ikan bergerak melintasi habitat selama jutaan tahun. Ada spesies yang perlahan turun mengikuti dasar laut; ada juga yang masuk ke laut dalam melalui kolom air. Setiap perpindahan membuka jalur evolusi baru.

Santos menyebutnya sebagai “mozaik” jalur evolusi, di mana tidak ada satu aturan pun yang berlaku universal untuk semua spesies.

**Frontier Terakhir Penelitian**

Meski teknologi semakin maju, laut dalam tetap menjadi satu-satunya wilayah di Bumi yang hampir tidak tersentuh manusia. Misterinya masih sangat besar, begitu pula potensi penemuan bentuk-bentuk kehidupan baru.

“Tempat yang belum didominasi manusia di planet ini hanyalah laut dalam—dan masih banyak misteri di sana,” kata Santos. “Penelitian ini membawa kita selangkah lebih dekat memahami bahwa evolusi bekerja sangat berbeda tergantung lokasi spesies di laut dalam.”

Studi ini juga melibatkan Sarah Friedman dari NOAA Alaska Fisheries Science Center dan Christopher Martinez dari University of California, Irvine. Hasil lengkapnya dipublikasikan dalam jurnal Evolution.

Temuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana evolusi bekerja dalam lingkungan ekstrem, sekaligus memperkaya pemahaman tentang keanekaragaman hayati di salah satu habitat paling misterius di planet ini.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Seri Nat Geo: Mengapa Tidak? 1.111 Jawaban Beraneka Pertanyaan

Evolusi: Dari Teori ke Fakta

Genom: Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab