Ilmuwan Petakan Risiko Komet Antarbintang Menghantam Bumi, Ini Lokasi Paling Berisiko

MICHIGAN – Penemuan objek antarbintang (ISO) seperti Oumuamua dan 3I/ATLAS memicu pertanyaan mengenai ancaman yang mereka timbulkan bagi Bumi. Meski astronom menyimpulkan kemungkinan benturan dalam masa hidup manusia sangat kecil, para peneliti kini berhasil menghitung lokasi dan waktu paling rentan di planet ini terhadap hantaman tamu antarbintang tersebut.

Tim peneliti menegaskan bahwa perbedaan risiko antara waktu dan tempat teraman dengan yang paling berbahaya relatif kecil.

**Kecepatan Menakutkan Objek Antarbintang**

Selama jutaan tahun, Bumi telah mengalami dampak kosmik besar dari ribuan komet dan asteroid “lokal” yang tercatat mendekati planet ini. Namun ancaman dari objek antarbintang memiliki karakteristik berbeda.

Dr. Darryl Seligman dari Michigan State University, Dr. Dušan Marčeta dari University of Belgrade, dan Dr. Eloy Peña-Asensio dari Politecnico di Milano meneliti jalur kedatangan objek antarbintang dan menerjemahkannya ke dalam zona ancaman di Bumi.

Para peneliti mencatat bahwa kecepatan relatif yang lebih tinggi dari objek antarbintang berarti benda kecil dapat menimbulkan kerusakan setara dengan objek lokal yang lebih besar.

Kecepatan paling mungkin objek antarbintang saat menghantam Bumi, relatif terhadap pergerakan planet, mencapai 72 kilometer per detik atau 162.000 mph. Sebagai pembanding, asteroid dalam orbit Matahari menghantam dengan kecepatan 11-73 kilometer per detik.

**Estimasi Historis Benturan**

Para ilmuwan memperkirakan antara 1 hingga 10 objek antarbintang berdiameter sekitar 100 meter seharusnya telah menghantam Bumi sepanjang sejarah.

Meski secara teoritis objek antarbintang dapat datang dari segala arah, kemungkinan besar pengunjung ini berasal dari dekat bidang galaksi yang dapat dikenali dengan melacak jalur Bima Sakti di langit, bukan dari lintang galaksi tinggi. Hal ini disebabkan sebagian besar bintang yang pernah diorbiti objek antarbintang berada di bidang galaksi tersebut.

**Pengaruh Gravitasi Matahari**

Meskipun objek antarbintang tidak terikat gravitasi Matahari, mereka tetap dipengaruhi olehnya. Gravitasi Matahari memfokuskan orbit, terutama objek yang bergerak lebih lambat saat pertama kali mendekat.

Menggunakan pola-pola ini, tim memodelkan perilaku 260 miliar “objek sintetik” yang mengikuti distribusi probabilitas kedatangan.

**Khatulistiwa dan Musim Dingin Paling Berisiko**

Pemodelan mengungkap zona paling rentan terhadap hantaman objek antarbintang:

**Lokasi:** Benturan paling mungkin terjadi di dekat khatulistiwa Bumi.

**Waktu:** Frekuensi hantaman memuncak pada musim dingin Belahan Bumi Utara—tepat ketika banyak penduduk lintang utara mencari kehangatan tropis.

**Dampak Maksimal:** Objek dengan kecepatan tertinggi yang menghasilkan ledakan terbesar terkonsentrasi pada musim semi.

Secara mengejutkan, meskipun Bima Sakti paling menonjol di langit selatan, terdapat tingkat benturan yang sedikit lebih tinggi di Belahan Bumi Utara.

**Risiko Tetap Minimal**

Para ilmuwan kembali mengingatkan bahwa peluang objek semacam itu menghantam Bumi di musim apa pun tetap sangat kecil. Selain itu, perbedaan antara bulan paling rentan dan bulan teraman juga relatif minimal.

“Membedakan kawah benturan antarbintang dari kawah benturan Tata Surya secara morfologis akan menjadi tantangan,” catat para peneliti, karena sebagian besar kawah benturan kuno sudah terhapus oleh aktivitas tektonik atau atmosfer.

Penelitian ini masih dalam proses peninjauan sejawat (peer review), namun naskah pracetaknya telah tersedia melalui arXiv.

Temuan ini memberikan pemahaman baru tentang pola kedatangan objek antarbintang dan membantu ilmuwan mempersiapkan strategi mitigasi yang lebih baik, meskipun kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut sangat rendah dalam skala waktu manusia.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Buku Teks tentang Penilaian Skala Besar Pencapaian Pendidikan

A Brief History of Time: Sejarah Singkat Waktu

Seri Tempo: Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil