Gugus Bintang Pleiades Ternyata Punya Keluarga Besar

CALIFORNIA – Gugus bintang Pleiades yang dikenal sebagai “Tujuh Saudari” atau Messier 45 selama ribuan tahun dipandang sebagai ikon langit malam. Riset terkini mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa Pleiades hanyalah bagian kecil dari struktur bintang yang jauh lebih besar dan rumit.

Para astronom menamakan temuan ini Greater Pleiades Complex, sebuah “keluarga besar” yang terdiri dari sedikitnya 3.091 bintang dengan bentangan hingga 1.950 tahun cahaya.

**Proses Pembentukan dan Evolusi Gugus Bintang**

Bintang terbentuk dari awan debu dan gas yang menggumpal serta runtuh akibat gravitasinya sendiri. Dalam banyak kasus, bintang lahir bersamaan dalam jumlah besar dari satu awan molekul raksasa, membentuk gugus bintang.

Awalnya, bintang-bintang ini terikat kuat secara gravitasi. Namun seiring waktu—puluhan hingga ratusan juta tahun—material pembentuk bintang tersapu oleh angin kosmik dan radiasi. Gugus perlahan “melepaskan diri”, membuat hubungan antarbintang semakin sulit dilacak.

Tantangan besar para astronom adalah menelusuri kembali hubungan bintang-bintang yang telah “tersebar” selama lebih dari 100 juta tahun.

**Revolusi Pemahaman tentang Struktur Pleiades**

Dr. Luke Bouma dari Observatories of the Carnegie Institution for Science dan timnya fokus meneliti Pleiades. Dengan memadukan data dari misi TESS NASA, Gaia ESA, dan Sloan Digital Sky Survey (SDSS), mereka menemukan Pleiades bukanlah gugus kecil yang berdiri sendiri.

“Kami menyebutnya Greater Pleiades Complex,” kata Dr. Bouma. “Struktur ini mencakup setidaknya tiga kelompok bintang yang sudah dikenal, dan kemungkinan dua kelompok tambahan.”

Hampir seluruh bintang dalam struktur besar ini diyakini berasal dari satu kawasan “pembibitan” bintang raksasa yang sama.

**Metodologi Penelitian: Kecepatan Rotasi sebagai Penentu Usia**

Salah satu teknik utama tim adalah memanfaatkan fakta bahwa kecepatan rotasi bintang melambat seiring bertambahnya usia. TESS, yang biasanya digunakan untuk mendeteksi eksoplanet, ternyata mampu memberikan data rotasi bintang dengan presisi tinggi.

Sementara itu, Gaia menyediakan informasi gerakan bintang, dan SDSS memungkinkan analisis komposisi kimia.

“Hanya dengan menggabungkan data Gaia, TESS, dan SDSS kami dapat mengidentifikasi anggota baru Pleiades,” ujar Dr. Bouma. “Masing-masing data tidak cukup secara terpisah. Namun ketika digabungkan, gambarnya langsung jelas—seperti menyusun potongan puzzle.”

Dari kombinasi ketiga sumber data tersebut, muncul pola yang tegas: bintang-bintang memiliki usia, pergerakan, dan komposisi kimia yang hampir identik, serta dahulu berada jauh lebih dekat satu sama lain.

**Signifikansi Budaya dan Ilmiah**

Pleiades bukan sekadar objek astronomi penting, tetapi juga ikon budaya global. Gugus ini disebutkan dalam Perjanjian Lama, Talmud, dirayakan sebagai Matariki oleh masyarakat Māori di Selandia Baru, dan menjadi inspirasi logo Subaru di Jepang.

“Pleiades telah menjadi bagian penting pengamatan manusia sejak zaman kuno,” ujar Dr. Bouma. “Penelitian ini membawa kita selangkah lebih dekat memahami bagaimana Pleiades berubah sejak kelahirannya seratus juta tahun lalu.”

**Implikasi untuk Pemahaman Galaksi**

Riset ini membuka wawasan baru bagi astronom untuk memahami bagaimana bintang-bintang di sekitar Matahari sebenarnya termasuk dalam “keluarga besar” yang kompleks.

Profesor Andrew Mann dari University of North Carolina menegaskan, “Kami semakin menyadari bahwa banyak bintang dekat Matahari merupakan bagian dari keluarga besar dengan struktur yang rumit. Temuan ini membuka cara baru untuk menemukan hubungan tersembunyi tersebut.”

**Teknologi Observasi Modern Mengubah Paradigma**

Studi yang dipublikasikan di Astrophysical Journal ini memberikan gambaran baru tentang bagaimana gugus bintang berkembang, menyebar, dan tetap dapat ditelusuri jutaan tahun setelah kelahirannya.

Greater Pleiades Complex tidak hanya memperluas ukuran “keluarga” Pleiades, tetapi juga membuka jalan bagi pemahaman lebih baik tentang sejarah galaksi.

Dengan teknologi observasi modern, para astronom kini dapat menelusuri “garis keturunan” kosmik bintang-bintang yang tampaknya sudah terpisah jauh—mengungkap bahwa mereka pernah lahir bersama dalam satu “rumah besar” di masa lalu.

Temuan ini menunjukkan bahwa struktur galaksi jauh lebih kompleks dan saling terhubung daripada yang sebelumnya dipahami, membuka peluang penelitian lebih lanjut tentang evolusi dan dinamika bintang dalam skala kosmik.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Kuasa Uang: Politik Uang dalam Pemilu Pasca-Orde Baru

Sel: Eksplorasi Kedokteran dan Manusia Baru

Empati: Menyiapkan Kompetensi Keluarga Indonesia Abad Ke-21