JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini darurat menyusul evolusi cepat Bibit Siklon Tropis 97S yang kini resmi berubah menjadi Siklon Tropis Fina. Siklon ini terbentuk sejak 19 November 2024 pukul 01.00 WIB dan saat ini berada di Laut Arafuru, selatan Pulau Tanimbar.
**Siklon Kategori 1 dengan Pertumbuhan Cepat**
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyatakan bahwa siklon ini telah mencapai Kategori 1 dengan parameter yang mengkhawatirkan.
“Kekuatan siklon tercatat pada kategori 1, dengan kecepatan angin maksimum sekitar sistem mencapai 40 knot (75 kilometer per jam) dan tekanan minimum 993 hPa. Siklon Fina terpantau bergerak ke arah timur-timur laut dengan kecepatan 4 knot (8 kilometer per jam), dan saat ini bergerak cukup dekat ke wilayah Indonesia,” ungkap Guswanto dalam keterangan resminya.
Pertumbuhan Siklon Fina yang cepat mendorong BMKG segera mengeluarkan peringatan dini. Guswanto memperkirakan perkembangan siklon akan terus menguat dalam 24 jam mendatang.
**Proyeksi Peningkatan Status ke Kategori 2**
“Pertumbuhan yang cepat ini mendorong BMKG untuk segera mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi dampak cuaca ekstrem, khususnya hujan lebat hingga sangat lebat dan gelombang laut kategori berbahaya, di wilayah Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT),” tambah Guswanto.
Dalam 24 jam ke depan, kecepatan angin maksimum diprediksi meningkat drastis menjadi 55 knot (100 kilometer per jam) dan dapat menaikkan statusnya menjadi Kategori 2. Posisi siklon diperkirakan tetap berada di Laut Arafuru tenggara Pulau Tanimbar dengan pergerakan ke arah timur-timur laut.
**Dampak Multisektor di Indonesia Timur**
Berdasarkan analisis BMKG, Siklon Tropis Fina membawa dampak langsung dan tidak langsung ke wilayah Indonesia Timur dengan rincian sebagai berikut:
**Ancaman Hujan Ekstrem**: Berpotensi terjadi di seluruh wilayah Maluku, khususnya Kabupaten Maluku Barat Daya, Kepulauan Tanimbar, dan Kepulauan Aru. Hujan sedang hingga lebat juga diperkirakan terjadi di seluruh wilayah NTT.
**Gelombang Tinggi Berbahaya**: Ancaman gelombang tinggi kategori berbahaya (1,5-4,0 meter) berpotensi terjadi di Laut Arafuru bagian barat dan tengah.
**Gelombang Kategori Sedang**: Gelombang setinggi 1,25-2,5 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia selatan NTT, perairan selatan NTT, Laut Sawu, perairan Kepulauan Leti hingga Kepulauan Tanimbar, dan Laut Banda.
**Kesiapsiagaan dan Koordinasi Daerah**
Mengingat pertumbuhan Siklon Tropis Fina yang cepat, Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, mengimbau seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana.
“Pemerintah daerah di Maluku dan NTT diimbau untuk meningkatkan koordinasi dan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana seperti banjir, banjir bandang, dan kerusakan akibat angin kencang,” ujar Andri Ramdhani.
**Peringatan untuk Aktivitas Maritim**
Nelayan dan operator kapal disarankan untuk menunda atau membatasi aktivitas pelayaran, khususnya di Laut Arafuru dan perairan yang berpotensi terdampak gelombang tinggi berbahaya.
“Dengan kerja sama dan kewaspadaan bersama, kita dapat meminimalisir dampak yang mungkin terjadi. BMKG melalui TCWC Jakarta akan terus memantau pergerakan Siklon Tropis Fina secara intensif dan akan memberikan pembaruan informasi secara berkala,” pungkas pihak BMKG.
**Sistem Pemantauan Berkelanjutan**
BMKG akan terus melakukan pemantauan intensif terhadap perkembangan Siklon Tropis Fina dan memberikan update informasi secara berkala untuk membantu kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah di wilayah yang berpotensi terdampak.
Siklon ini menjadi pengingat pentingnya sistem peringatan dini yang efektif dalam menghadapi fenomena cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi di wilayah Indonesia, khususnya di kawasan timur yang lebih rentan terhadap pembentukan siklon tropis.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: