Itik dan Entok: Dua Unggas yang Serupa tapi Tak Sama

BOGOR – Meskipun sama-sama menjadi unggas air unggulan Indonesia sebagai sumber protein hewani, itik dan entok memiliki perbedaan fundamental. Perbedaan ini bermula dari klasifikasi ilmiah, yang kemudian berpengaruh pada morfologi hingga tingkah laku keduanya.

Menurut Gilang Ayuningtyas, SPt, MSi, dosen Program Studi Teknologi dan Manajemen Ternak Sekolah Vokasi IPB University, itik dan entok berasal dari famili yang sama namun berbeda genus.

**Klasifikasi Ilmiah dan Asal-usul Berbeda**

Secara ilmiah, itik dan entok memang berada dalam satu keluarga besar. Namun, perbedaan genus membuat keduanya memiliki karakteristik yang berbeda secara genetik dan fisik.

“Keduanya memang berasal dari famili yang sama, yaitu Anatidae, namun berbeda genus. Itik termasuk genus Anas, sedangkan entok termasuk Cairina,” jelas Gilang dikutip dari laman resmi IPB University.

Karena perbedaan genus ini, itik memiliki nama latin Anas platyrhynchos, sementara entok bernama Cairina moschata.

Dari segi asal-usul, itik banyak ditemukan di Eropa, China, dan sebagian Afrika, sedangkan entok berasal dari Amerika Tengah. Kini, keduanya telah menjadi unggas lokal Indonesia.

“Itik lokal Indonesia antara lain itik Cihateup, Alabio, Tegal, Mojosari, dan Magelang. Sementara entok dikenal masyarakat sebagai itik Manila karena masuk ke Indonesia melalui Filipina,” terangnya.

**Morfologi Kontras: Ramping vs Berotot**

Perbedaan fisik kedua unggas ini sangat mencolok. Itik cenderung ramping dan entok cenderung lebih berotot. Gilang merinci perbedaan fisiknya:

“Itik bertubuh ramping, leher panjang, dan memiliki suara nyaring. Sementara entok berotot lebih besar, kepalanya dihiasi benjolan merah di sekitar paruh yang disebut caruncle, serta suaranya lebih parau,” papar Gilang.

**Perbedaan Perilaku dan Naluri**

Perbedaan genetik juga memengaruhi perilaku dan naluri kedua unggas ini. Itik dikenal memiliki sifat yang lebih waspada dan cenderung hidup berkelompok. Sebaliknya, entok memiliki sifat yang lebih tenang dan memiliki naluri mengeram yang kuat.

Oleh karena naluri mengeram yang kuat inilah, entok kerap dimanfaatkan dalam dunia peternakan. Entok sering digunakan sebagai induk pengeram telur itik untuk menetaskan telur, atau perannya digantikan dengan mesin tetas buatan.

**Potensi Ekonomi dan Diversifikasi Protein**

Gilang menegaskan bahwa pengembangan kedua jenis unggas ini secara seimbang sangat penting.

“Itik dan entok berperan penting dalam diversifikasi sumber protein hewani dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis sumber daya genetik unggas lokal Indonesia,” pungkas Gilang Ayuningtyas.

Keberagaman karakteristik antara itik dan entok ini memberikan potensi pengembangan peternakan yang lebih optimal. Sifat waspada dan berkelompok pada itik memudahkan pengelolaan dalam sistem pemeliharaan terbuka, sedangkan sifat tenang dan naluri mengeram kuat pada entok membuatnya cocok untuk program pembibitan dan penetasan alami.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang perbedaan karakteristik ini, peternak dapat mengoptimalkan produktivitas masing-masing jenis unggas sesuai dengan tujuan dan kondisi lingkungan pemeliharaan.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Aku, Kamu, Kita: Belajar Berbeda

Melintas Perbedaan: Suara Perempuan, Agensi, Politik Solidaritas

Si Bolang: Tiga Cerita Seru tentang Kerja Sama