Batas Tektonik Afrika dan Asia Perlahan Menjauh, Ada Apa?

MESIR – Perbatasan tektonik antara Afrika dan Asia perlahan-lahan saling menjauh. Bukti terbaru menunjukkan bahwa sebuah retakan di dekat perbatasan kedua benua tersebut secara bertahap terpisah dengan kecepatan yang sangat lambat.

Pergerakan ini terjadi di Teluk Suez Rift (Gulf of Suez Rift), sebuah patahan dalam di kerak bumi yang membentang di sepanjang jalur laut sempit antara daratan utama Mesir dan Semenanjung Sinai, jembatan darat tempat bertemunya Afrika dan Asia.

Patahan ini merupakan ujung dari retakan yang lebih besar, Red Sea Rift, yang memisahkan antara lempeng tektonik Arab dan Afrika sekitar 25 juta tahun silam.

**Patahan yang Ternyata Masih Aktif**

Teluk Suez Rift sebelumnya dianggap sebagai patahan “gagal” yang sudah tidak aktif. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa retakan di kerak bumi ini ternyata lebih “hidup” dari yang diperkirakan.

Dengan memaparkan bentuk Suez Rift dan posisi terumbu karang kuno yang kini berada di atas permukaan laut, para ahli geologi menemukan bahwa kerak bumi di area ini mengalami perenggangan hingga 0,55 milimeter setiap tahun.

Para peneliti meyakini temuan ini dapat menulis ulang buku teks geologi tentang patahan. Alih-alih hanya berstatus “aktif” atau “mati”, patahan mungkin berkedip di sepanjang spektrum aktivitas, kadang-kadang bergerak diam-diam ketika dianggap sudah selesai.

**Implikasi terhadap Klasifikasi Patahan**

“Dengan terus mengalami perenggangan, Suez Rift tidak sesuai dengan klasifikasi patahan gagalnya, mungkin karena kedekatannya dengan batas lempeng aktif,” ungkap tim peneliti.

“Temuan ini menyoroti kebutuhan untuk menilai kembali patahan yang seharusnya tidak aktif secara global, menguji apakah deselerasi tanpa kegagalan sebagai jalur evolusioner umum dalam patahan intrakontinental,” tambah mereka.

**Potensi Pembentukan Laut Baru di Afrika Timur**

Pergerakan halus Teluk Suez Rift tidak diperkirakan akan merobek Asia dan Afrika dalam waktu dekat, karena pergerakan lempeng tektonik adalah proses yang kompleks dan membutuhkan jutaan tahun.

Namun, di tempat lain di wilayah tersebut, kekuatan tektonik diam-diam sedang mengatur panggung untuk pergeseran benua yang dramatis.

Tidak jauh dari Teluk Suez, terdapat aktivitas signifikan dalam Sistem Celah Afrika Timur (East African Rift System), salah satu patahan terbesar di dunia yang membentang melalui banyak negara.

**Proses Pemisahan Bertahap**

Bukti menunjukkan bahwa aktivitas ini dapat menyebabkan lempeng tektonik Somalia secara bertahap terlepas dari lempeng Nubia yang lebih besar, menyebabkan laut baru membanjiri celah tersebut.

Secara esensial, ini akan menghasilkan pemotongan Afrika Timur dari daratan induk.

Meskipun proses ini tidak akan terjadi dalam jutaan tahun mendatang, Suez dan celah Afrika Timur menggambarkan bahwa bumi jauh dari bola batu yang statis dan tidak berubah.

**Dinamika Kontinu Permukaan Bumi**

Permukaan planet ini mungkin terasa kaku dan abadi dari sudut pandang manusia, tetapi sebenarnya terus-menerus secara halus membentuk kembali dirinya sendiri.

Studi ini diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters.

**Signifikansi Ilmiah Penemuan**

Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang dinamika patahan tektonik yang selama ini dianggap tidak aktif. Temuan bahwa Suez Rift masih mengalami perenggangan menunjukkan perlunya evaluasi ulang terhadap klasifikasi patahan global.

Kecepatan perenggangan 0,55 milimeter per tahun meskipun sangat lambat, tetapi konsisten dan terukur, menunjukkan bahwa proses geologis berlangsung dalam skala waktu yang jauh melampaui kehidupan manusia.

**Metodologi Penelitian**

Para ahli geologi menggunakan kombinasi analisis bentuk geologis dan posisi terumbu karang fosil untuk mengukur pergerakan kerak bumi. Terumbu karang yang kini berada di atas permukaan laut menjadi indikator penting perubahan elevasi dan pergerakan tektonik.

Pendekatan ini memberikan bukti konkret tentang aktivitas tektonik yang sebelumnya tidak terdeteksi dengan metode konvensional.

**Dampak terhadap Penelitian Geologi**

Temuan ini mengubah pemahaman tentang evolusi patahan intrakontinental dan menunjukkan bahwa transisi dari aktivitas tinggi ke rendah dalam sistem patahan mungkin lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya.

Penelitian ini juga menekankan pentingnya monitoring jangka panjang terhadap sistem patahan yang dianggap tidak aktif, karena mereka mungkin masih berkontribusi terhadap deformasi kerak bumi secara signifikan dalam skala geologis.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Seri Tempo: 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika