Pernah Dianggap Punah, Ini Alasan Rafflesia hasseltii Sulit Ditemukan

BENGKULU – Penemuan mekarnya bunga Rafflesia hasseltii di Sijunjung, Sumatera Barat, pada Rabu (19/11/2024) malam memang menggembirakan para peneliti. Namun, di balik euforia tersebut, status konservasi bunga langka ini justru berada dalam kategori yang mengkhawatirkan.

Profesor Agus Susatya, pakar Rafflesia sekaligus Guru Besar Universitas Bengkulu mengungkapkan, populasi R. hasseltii yang terbatas di habitat aslinya membuat statusnya digolongkan sebagai Critical Endangered atau berisiko kepunahan sangat tinggi di alam liar.

**Pernah Dikira Musnah Total**

Agus menjelaskan bahwa Rafflesia hasseltii sebenarnya sudah diidentifikasi sejak lama, yaitu sekitar tahun 1879. Walaupun penyebarannya cukup luas—dapat dijumpai di Sumatera (Bengkulu, Sumatera Barat) hingga Kalimantan Barat—spesies ini tergolong sangat jarang.

Kelangkaan ini diperburuk oleh kesulitan memprediksi masa berbunga yang membuat informasi mengenai keberadaannya sangat minim.

“Malah di beberapa tahun yang lampau itu dia dianggap punah,” ungkap Prof. Agus saat dihubungi, Kamis (20/11/2024).

Setelah sempat hilang jejak, R. hasseltii kembali muncul dan ditemukan oleh mahasiswa di Jambi. Meski demikian, populasi R. hasseltii secara keseluruhan tetap sangat kecil dan tersebar.

Diketahui, masa mekar R. hasseltii hanya berlangsung tujuh hari dengan waktu puncak selama dua hari saja.

**Populasi Kecil dan Tingkat Kematian Tinggi**

Prof. Agus Susatya menjelaskan bahwa di lokasi penemuan, populasi R. hasseltii tidak pernah mencapai angka yang besar. Kondisi inilah yang memicu klasifikasi status konservasi yang kritis.

“Memang populasinya kecil, ya. Bunganya dalam satu lokasi itu mungkin, saya punya data itu, kurang dari 10 kuncup, ya,” katanya.

Tidak semua kuncup tersebut berhasil mekar sempurna. Banyak kuncup yang mati selama proses perkembangannya. Kombinasi antara populasi yang minim dan tingkat mortalitas (kematian) yang tinggi ini membuat R. hasseltii sangat rentan.

“Kami menggolongkan R. hasseltii status konservasinya lebih ke arah critical endangered,” ujar Prof. Agus.

Dia memberikan peringatan serius: “Dia kalau sebentar lagi kalau enggak ada proteksi, dia akan punah.”

**Upaya Perlindungan di Habitat Asli**

Untuk mencegah kepunahan, Prof. Agus menekankan pentingnya perlindungan in situ (di habitat aslinya). Strategi konservasi yang diterapkan adalah dengan meminimalkan gangguan manusia dan mencegah alih fungsi habitat.

Prof. Agus menyebut edukasi kepada masyarakat lokal menjadi kunci utama.

“Ya, di in situ, di tempatnya. Kita perlindungan di tempatnya dan mengurangi interaksi dengan manusia,” kata dia.

**Tantangan Konservasi Rafflesia**

Konservasi Rafflesia memiliki tantangan unik karena sifat hidupnya yang parasitik pada akar tumbuhan inang. Kerusakan habitat hutan akan langsung berdampak pada kelangsungan hidup spesies ini.

Selain itu, siklus hidup Rafflesia yang panjang—dari infeksi hingga mekar dapat memakan waktu bertahun-tahun—membuat pemantauan populasinya menjadi sangat sulit.

**Ancaman dari Aktivitas Manusia**

Aktivitas manusia seperti pembukaan lahan, illegal logging, dan konversi hutan menjadi ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup R. hasseltii. Fragmentasi habitat membuat populasi yang sudah kecil menjadi semakin terisolasi.

Pariwisata yang tidak terkontrol juga dapat merusak habitat, terutama jika tidak ada regulasi yang ketat mengenai jarak aman pengunjung dari bunga yang sedang mekar.

**Pentingnya Perlindungan Terpadu**

Para ahli menekankan bahwa perlindungan R. hasseltii tidak bisa dilakukan secara parsial. Diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan perlindungan hutan secara keseluruhan, termasuk tumbuhan inangnya.

Kerjasama antara pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan komunitas ilmiah menjadi kunci sukses program konservasi jangka panjang.

**Nilai Ekologis dan Ilmiah**

R. hasseltii memiliki nilai ekologis yang tinggi sebagai bagian dari ekosistem hutan tropis Sumatera. Keunikan biologisnya juga memberikan kontribusi penting bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya dalam memahami evolusi tumbuhan parasitik.

Hilangnya spesies ini akan menjadi kerugian besar tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi khazanah keanekaragaman hayati dunia.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

John Locke dan Akar Pemikiran Kekayaan Intelektual

Taman Nasional Indonesia: Permata Warisan Bangsa