Nenek Moyang Buaya Hidup 240 Juta Tahun Lalu, Bukan Dinosaurus

BRASIL – Para ilmuwan akhirnya berhasil mengidentifikasi nenek moyang buaya dan aligator modern. Ternyata bukan dinosaurus, melainkan reptil karnivora yang hidup pada Periode Trias, sekitar 240 juta tahun silam, jauh sebelum masa kejayaan dinosaurus.

Spesies tersebut adalah Tainrakuasuchus bellator, anggota Pseudosuchia yang sepintas menyerupai dinosaurus. Reptil ganas yang mampu menyerang dengan sigap ini termasuk dalam kelompok predator archosaur awal.

**Pemburu Gesit dengan Anatomi Presisi**

Tainrakuasuchus bellator memiliki panjang sekitar 2,4 meter dan bobot sekitar 60 kilogram. Predator ini diyakini dapat bergerak cepat yang mendukung aktivitas berburunya, alih-alih mengandalkan kekuatan penghancur tulang.

Menurut Rodrigo Temp Müller, peneliti utama dari Universidade Federal de Santa Maria, struktur anatominya sangat sesuai untuk perburuan presisi.

“Profil itu menunjuk pada pemburu presisi, mampu menerkam secara tiba-tiba, sentakan kepala yang cepat, dan gigitan pengunci untuk menahan mangsa sehingga tidak bisa melarikan diri.”

Tubuh makhluk ini dilindungi pelat tulang kulit yang disebut osteoderms, mengingatkan pada buaya masa kini.

**Bukan Dinosaurus Meski Tampak Mirip**

Meski sekilas menyerupai dinosaurus, Müller menekankan perbedaan fundamental keduanya.

“Meskipun penampilannya secara superfisial menyerupai dinosaurus, Tainrakuasuchus bellator tidak termasuk dalam kelompok itu,” tegas Müller.

Salah satu perbedaan paling nyata dengan dinosaurus terlihat pada struktur panggulnya, dimana sendi pinggul dan tulang pahanya sangat berbeda.

**Era Sebelum Dominasi Dinosaurus**

Müller menjelaskan bahwa penemuan Tainrakuasuchus bellator mencerminkan kompleksitas ekosistem pada periode tersebut. Predator ini hidup berdampingan dengan pseudosuchian lain yang jauh lebih besar, namun berhasil mengukir relung di antara berbagai predator puncak dan menengah dengan ukuran tubuh serta gaya berburu yang berbeda.

“Penemuannya membantu menerangi momen kunci dalam sejarah kehidupan, periode yang mendahului kebangkitan dinosaurus,” katanya.

**Penemuan Fosil Langka**

Fosil sebagian kerangka—fragmen rahang bawah, bagian kolom vertebra, dan potongan cingulum panggul—ditemukan pada Mei 2024 di dekat Dona Francisca, Brasil selatan.

Müller mengakui betapa langkanya menemukan fosil pseudosuchian.

“Meskipun keragaman pseudosuchian, mereka masih kurang dipahami, karena fosil dari beberapa garis keturunan mereka sangat langka dalam catatan fosil,” kata Müller.

**Bukti Koneksi Benua Purba**

Nama genus reptil ini, Tainrakuasuchus, menggabungkan bahasa Guarani dan Yunani (tain = gigi, rakua = runcing, suchus = buaya), merujuk pada giginya yang melengkung dan mencengkeram.

Sementara nama spesiesnya, bellator (bahasa Latin untuk “pejuang” atau “petarung”), dipilih untuk menghormati rakyat Rio Grande do Sul di tengah bencana banjir.

Perbandingan menunjukkan Tainrakuasuchus terkait dengan Mandasuchus tanyauchen dari Tanzania.

**Jejak Pangaea dalam Fosil**

Hubungan Amerika Selatan-Afrika ini masuk akal pada Periode Trias.

“Koneksi antara hewan dari Amerika Selatan dan Afrika ini dapat dipahami mengingat paleogeografi Periode Trias,” kata Müller.

“Pada saat itu, benua-benua masih bersatu, yang memungkinkan penyebaran organisme secara bebas di seluruh wilayah yang sekarang dipisahkan oleh lautan.”

**Komunitas Reptil Beragam Pra-Dinosaurus**

Penemuan Tainrakuasuchus bellator mengajarkan bahwa sebelum dinosaurus menguasai Bumi, padang rumput sudah menopang komunitas reptil yang beragam.

“Ini menunjukkan bahwa, di tempat yang sekarang adalah Brasil selatan, reptil telah membentuk komunitas yang beragam yang diadaptasi untuk berbagai strategi bertahan hidup,” tutup Müller.

**Implikasi Evolusioner**

Temuan ini memberikan wawasan baru tentang evolusi crocodylomorpha, kelompok yang mencakup buaya modern dan kerabat punah mereka. Tainrakuasuchus bellator menunjukkan bahwa nenek moyang buaya sudah mengembangkan berbagai strategi berburu yang canggih.

Penelitian ini juga memperkuat pemahaman bahwa diversifikasi archosaur terjadi jauh sebelum dinosaurus mendominasi ekosistem terestrial.

**Metodologi Penelitian**

Para peneliti menggunakan analisis morfologi komparatif dan filogenetik untuk menentukan posisi Tainrakuasuchus bellator dalam pohon evolusi archosaur. Perbandingan dengan spesies terkait dari Afrika menguatkan hipotesis tentang pola distribusi hewan pada Periode Trias.

Analisis tulang dan gigi fosil mengungkap adaptasi khusus untuk perburuan aktif, berbeda dengan strategi ambush yang umum pada buaya modern.

**Signifikansi Paleogeografis**

Penemuan ini memperkuat bukti bahwa selama Periode Trias, fauna Amerika Selatan dan Afrika memiliki kesamaan yang tinggi akibat persatuan benua dalam superbenua Pangaea.

Pola distribusi ini memberikan petunjuk penting tentang bagaimana perpisahan benua mempengaruhi evolusi dan diversifikasi reptil archosaur di kemudian hari.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Nat Geo Reptilpedia

1000 Fakta tentang Dinosaurus

Ensiklopedia Saintis Cilik: Dinosaurus