Benda langit yang tergolong langka, Komet Lemmon, akan melintas mendekati Bumi dalam periode Jumat (25/10/2025) hingga Selasa (28/10/2025). Peneliti utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, menyebut komet ini memiliki karakteristik istimewa.
“Ini tergolong komet langka dengan periode panjang, lebih dari 1000 tahun. Karena komet cukup redup, pengamatan harus menggunakan teleskop atau binokuler,” ujar Thomas kepada Kompas.com pada Jumat.
**Visibilitas di Wilayah Indonesia**
Komet Lemmon dapat diamati dari Indonesia karena posisinya yang selalu berada di sekitar area Matahari terbenam atau terbit. Thomas menjelaskan bahwa benda langit ini dapat terlihat di seluruh daerah yang memungkinkan pengamatan aktivitas Matahari.
Namun, terdapat beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk mengamati komet ini dengan optimal. “Syaratnya cuaca cerah, jauh dari polusi cahaya, dan medan pandang tidak terhalang pohon atau bangunan,” kata Thomas.
Waktu terbaik untuk pengamatan adalah sesudah maghrib di arah ufuk barat, tepatnya di sekitar titik Matahari terbenam. Lokasi dengan kondisi langit gelap dan minim gangguan cahaya buatan akan memberikan hasil pengamatan yang lebih baik.
**Sejarah Penemuan**
Komet ini mendapat nama dari lokasi penemuannya oleh astronom David C. Fuls pada 3 Januari 2025. Penemuan tersebut terjadi saat Fuls melakukan survei di Gunung Lemmon, Arizona, Amerika Serikat.
Survei yang bertujuan mendeteksi objek dekat Bumi ini dilakukan oleh Observatorium Steward Universitas Arizona menggunakan teleskop reflektor Cassegrain berukuran 1,5 meter. Pada awal penemuan, komet hanya tampak sebagai titik cahaya dengan magnitudo +21,5.
Pengamatan berkelanjutan mengidentifikasi aktivitas pada titik cahaya tersebut, yang kemudian mengarah pada penetapan resminya sebagai komet. Para ilmuwan melakukan analisis orbit untuk memahami karakteristik pergerakan benda langit ini.
**Orbit dan Periode Kembali**
Perhitungan orbit mengungkap bahwa Komet Lemmon terakhir mengunjungi wilayah dekat Bumi lebih dari seribu tahun yang lalu. Temuan ini menegaskan status komet sebagai benda langit dengan periode orbit sangat panjang.
Para astronom memperkirakan komet akan mencapai magnitudo +10 ketika berada pada jarak terdekat dengan Matahari. Tingkat kecerahan ini masih memerlukan alat bantu optik untuk pengamatan yang optimal.
**Fenomena Penampakan Unik**
Komet Lemmon sempat menghilang dari pandangan ketika melewati konjungsi Matahari pada 2 Juli 2025. Hilangnya penampakan ini disebabkan oleh silau cahaya Matahari yang menutupi komet.
Benda langit ini kembali muncul pada pertengahan Agustus 2025 dengan intensitas cahaya yang lebih terang. Peningkatan kecerahan ini diduga terjadi akibat ledakan aktivitas pada inti es komet, fenomena yang umum terjadi ketika komet mendekati Matahari.
**Pentingnya Pengamatan Komet Langka**
Kesempatan mengamati Komet Lemmon menjadi momen berharga mengingat periode orbitnya yang sangat panjang. Dengan interval kembali lebih dari 1000 tahun, generasi saat ini mungkin menjadi yang terakhir dapat menyaksikan penampakan komet ini.
Pengamatan komet juga memberikan data penting bagi penelitian astronomi tentang komposisi dan perilaku benda-benda langit dari wilayah terluar tata surya. Komet periode panjang seperti Lemmon membawa informasi tentang kondisi awal pembentukan tata surya.
**Tips Pengamatan**
Untuk pengamat di Indonesia yang ingin menyaksikan Komet Lemmon, disarankan mempersiapkan teleskop atau binokuler dengan kualitas baik. Pilih lokasi pengamatan yang jauh dari pencahayaan kota dan pastikan cuaca mendukung dengan langit cerah.
Pengamatan paling efektif dilakukan setelah matahari terbenam dengan mengarahkan pandangan ke arah barat. Kesabaran diperlukan karena komet mungkin tidak langsung terlihat jelas, terutama bagi pengamat pemula.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: