JAKARTA – Gempa berkekuatan Magnitudo (M) 5,8 mengguncang wilayah Laut Banda, Maluku Tengah, pada Kamis, 20 November 2024 pukul 13.59.44 WIB. Meskipun berkekuatan cukup besar, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan gempa ini tidak berpotensi tsunami.
**Lokasi dan Karakteristik Gempa**
Hasil analisis terbaru BMKG menunjukkan episenter gempabumi terletak pada koordinat 3,69° LS; 128,40° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 23 km arah tenggara Ambon, Maluku. Gempa ini diklasifikasikan sebagai gempa menengah karena memiliki kedalaman 116 km.
**Penyebab: Deformasi Lempeng Laut Banda**
Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, S.Si., M.Si., menjelaskan mekanisme geofisika di balik gempa yang berpusat di dekat Ambon ini.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam Lempeng Laut Banda,” ungkap Dr. Daryono.
Analisis mekanisme sumber lebih lanjut menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar turun (Oblique-Normal). Mekanisme ini melibatkan kombinasi gerakan geser (mendatar) dan turun (normal) pada bidang sesar.
**Guncangan Meluas hingga Papua Barat**
Meskipun kedalaman gempa mencapai 116 km, guncangan dirasakan cukup luas hingga ke provinsi tetangga. Amahai, Pulau Seram, Maluku merasakan guncangan terkuat dengan skala intensitas III-IV MMI (bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah).
Daerah Ambon, Kairatu, Namlea, Saparua, Piru, dan Sorong merasakan intensitas III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan truk berlalu).
Guncangan paling lemah dirasakan di Fak-Fak, Papua Barat dan Obi, Maluku Utara dengan skala intensitas II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
**Tidak Ada Potensi Tsunami**
Hasil pemodelan resmi BMKG menunjukkan bahwa gempa M 5,8 ini tidak berpotensi tsunami.
Hingga pukul 14.20 WIB, Daryono memastikan bahwa monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).
“Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi,” tegas Dr. Daryono.
**Konteks Seismologi Regional**
Wilayah Maluku merupakan bagian dari sabuk gempa Cincin Api Pasifik yang memiliki aktivitas seismik tinggi. Posisinya yang berada di pertemuan beberapa lempeng tektonik membuat daerah ini rawan mengalami gempa bumi.
Lempeng Laut Banda yang berada di wilayah ini merupakan salah satu struktur geologi kompleks yang aktif mengalami deformasi. Proses ini menghasilkan gempa-gempa dengan berbagai karakteristik, mulai dari gempa dangkal hingga menengah.
**Respons Masyarakat dan Kesiapsiagaan**
Meskipun gempa ini tidak menimbulkan kerusakan signifikan, kejadian ini mengingatkan masyarakat di wilayah Maluku dan sekitarnya untuk selalu siaga terhadap potensi gempa.
Gempa dengan kedalaman menengah seperti ini umumnya memiliki dampak guncangan yang lebih luas namun intensitasnya relatif lebih rendah dibandingkan gempa dangkal dengan magnitudo serupa.
**Pentingnya Informasi Resmi**
BMKG terus melakukan pemantauan aktivitas seismik di wilayah tersebut untuk memastikan tidak ada gempa susulan yang berpotensi berbahaya. Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi resmi dari BMKG dan tidak mudah terpancing isu tidak bertanggung jawab yang dapat menimbulkan kepanikan.
Sistem peringatan dini tsunami yang dimiliki Indonesia juga terbukti berfungsi dengan baik dalam mengevaluasi potensi tsunami dari gempa ini.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait:
Kembali ke Kampung Adat: Meniti Jalan Perubahan di Tanah Papua