Anak-anak di India Alami Kebutaan Massal Usai Bermain Pistol Karbida Saat Diwali

Perayaan festival Diwali di India berubah menjadi tragedi ketika sedikitnya 170 anak mengalami cedera mata serius bahkan kebutaan akibat mainan pistol karbida buatan sendiri. Insiden ini terjadi di dua negara bagian, dengan korban terbanyak berasal dari Madhya Pradesh dan Bihar.

Di Madhya Pradesh, 14 anak dilaporkan mengalami kehilangan penglihatan permanen, sementara 120 lainnya dirawat intensif selama tiga hari karena luka mata berat. Angka serupa juga tercatat di Bihar, dengan 50 anak mengalami kebutaan dan berbagai cedera lainnya.

**Bahaya Tersembunyi Mainan Murah**

Pistol karbida yang memicu tragedi ini merupakan alat sederhana buatan lokal dengan harga terjangkau sekitar 150-200 rupee atau setara Rp 28.000-37.000. Meskipun terlihat seperti mainan biasa, perangkat ini menggunakan reaksi kimia antara kalsium karbida dan air yang menghasilkan ledakan keras dan berpotensi merusak.

Konstruksinya yang terdiri dari pipa plastik atau timah sederhana membuat banyak anak meremehkan risiko bahayanya. Senjata karbida ini dijual bebas di pasar-pasar lokal meski pernah ada larangan peredarannya.

Rumah Sakit Hamidia di Bhopal mencatat lonjakan drastis pasien anak dengan cedera mata, menerima 26 kasus dalam 72 jam pascaperayaan Diwali. Sebagian besar korban mengalami kerusakan mata saat mainan gagal meledak dan mereka mengintip ke dalam lubang pipa.

**Mekanisme Cedera dan Dampak Kesehatan**

Neha, salah satu korban, menceritakan pengalamannya. “Kami membeli senapan karbida rakitan. Ketika meledak, salah satu mata saya terbakar total. Saya tidak bisa melihat apa-apa,” katanya dari tempat tidur rumah sakit.

Ledakan karbida dapat merusak kornea dan merobek retina dalam sekejap. Kesalahan waktu sepersekian detik ketika anak-anak mengintip saat senjata tidak meledak terbukti fatal bagi penglihatan mereka.

Selain kerusakan mata, campuran kalsium karbida dan air menghasilkan gas asetilen yang berbahaya jika terhirup. Gas ini dapat memicu peradangan otak, hipoksia, sakit kepala, pusing, dan gangguan kognitif jangka panjang termasuk kehilangan memori.

**Pengaruh Media Sosial**

Tren pembuatan pistol karbida saat Diwali diduga dipicu oleh konten viral di media sosial, khususnya Instagram Reels dan YouTube Shorts. Hashtag “senjata karbida” menjadi populer dengan berbagai unggahan orang menembakkan mainan tersebut.

Raj Vishwakarma, korban lainnya, mengaku terinspirasi dari video online. “Saya melihat video di media sosial dan mencoba membuat petasan di rumah. Petasan itu meledak di wajah, dan saya kehilangan penglihatan,” ujarnya.

Beberapa kreator konten bahkan membuat tutorial pembuatan pistol karbida rumahan, tanpa memberikan peringatan memadai tentang risiko keselamatannya.

**Tindakan Penegakan Hukum**

Polisi telah menangkap enam orang di distrik Vidisha yang terbukti menjual pistol karbida secara ilegal. Pihak berwenang di Madhya Pradesh juga melancarkan operasi penegakan hukum di berbagai wilayah.

Di kota Berasia, petugas berhasil menyita 19 senjata karbida dari peredaran. Pejabat senior administrasi Ravish Kumar Srivastava membentuk tim investigasi khusus untuk memantau daerah-daerah berisiko tinggi.

**Tuntutan Keluarga Korban**

Keluarga korban menuntut pertanggungjawaban pemerintah atas kelalaian dalam mengawasi peredaran mainan berbahaya. Mereka menilai otoritas terkait mengabaikan peraturan yang sudah ada mengenai penjualan karbida.

Sarikh Khan, ayah Aris (15) yang dirawat di RS Hamidia, menyuarakan kemarahannya. “Senjata semacam itu seharusnya tidak dijual di pasaran sejak awal. Tindakan tegas harus diambil terhadap mereka yang memproduksi dan menjualnya,” katanya.

Orangtua Hemant Panthi (14) dan korban lainnya juga mendesak larangan total terhadap pistol karbida serta kompensasi untuk biaya pengobatan anak-anak mereka.

**Upaya Pencegahan**

Insiden ini memicu evaluasi menyeluruh terhadap pengawasan mainan dan bahan kimia berbahaya yang beredar di pasar. Pemerintah daerah mulai melakukan kampanye edukasi tentang bahaya pistol karbida, khususnya menjelang festival-festival besar.

Rumah sakit setempat juga meningkatkan kesiapsiagaan untuk menangani kasus serupa di masa mendatang. Tim medis mengembangkan protokol khusus untuk penanganan cedera mata akibat ledakan karbida.

**Dampak Jangka Panjang**

Tragedi ini meninggalkan trauma mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat sekitar. Sebagian besar anak yang mengalami kebutaan permanen memerlukan rehabilitasi jangka panjang dan adaptasi gaya hidup baru.

Kasus ini juga menjadi peringatan keras tentang bahaya konten viral di media sosial yang dapat mempengaruhi perilaku anak-anak tanpa pertimbangan keselamatan yang memadai. Perlunya literasi digital dan pengawasan orangtua terhadap konsumsi konten anak menjadi pembelajaran penting dari insiden ini.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Mata, Cinta, dan Terang Semesta