Cold Moon, sebutan populer untuk bulan purnama Desember, akan menghiasi langit malam pada 4 Desember 2025. Fenomena ini menandai sekaligus menutup rangkaian bulan purnama di penghujung tahun. Namun, di balik popularitas istilah tersebut, terdapat perbedaan mendasar antara terminologi umum (Cold Moon atau Supermoon) dengan istilah yang digunakan dalam dunia astronomi.
**Asal-usul Istilah Cold Moon**
Cold Moon adalah terminologi populer yang berkembang di Amerika Serikat dan Kanada, merujuk pada bulan purnama dalam kaitannya dengan dunia pertanian dan musim setempat. Astronom Amatir Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa penamaan ini murni berdasarkan musim.
“Disebut Cold Moon karena merupakan Bulan Purnama di puncak musim dingin (Desember), terlepas apakah statusnya Supermoon (Purnama Perigean) atau Minimoon (Purnama Apogean),” jelas Marufin Sudibyo kepada Kompas.com, Rabu (3/12/2025).
Dengan demikian, setiap bulan purnama yang terjadi di bulan Desember akan selalu disebut Cold Moon karena bertepatan dengan puncak musim dingin di belahan Bumi Utara.
**Perbedaan Terminologi Astronomi**
Meski Cold Moon tahun 2025 ini memiliki status ganda sebagai Supermoon, Marufin Sudibyo menegaskan bahwa istilah Supermoon sendiri merupakan istilah astrologi yang baru diperkenalkan kurang dari 50 tahun lalu (sekitar tahun 1979).
Dalam astronomi, istilah Supermoon tidak memiliki padanan kata baku karena dianggap tidak memiliki nilai ilmiah yang spesifik. Untuk kepentingan populer, istilah ini dipadankan dengan Purnama Perigean atau Purnama Makro.
**Konsep Purnama Perigean**
Purnama Perigean disebut demikian karena fenomena ini berupa Bulan purnama (fase maksimum mendekati 100 persen) yang terjadi pada saat atau di sekitar titik Perigean Bulan (titik terdekat orbit Bulan ke Bumi). Karena berada di titik terdekat, Bulan akan tampak sedikit lebih besar dibanding ketampakan normalnya.
“Sehingga dipandang dari Bumi, maka Bulan akan tampak lebih besar sedikit dibanding dengan ketampakan normal,” kata dia.
**Keterbatasan Pengamatan Visual**
Namun, Marufin Sudibyo mengingatkan bahwa perbedaan ukuran ini hanya bisa dibuktikan melalui astrofotografi.
“Meski perbandingan besar tidaknya hanya bisa dibuktikan secara astrofotografi. Tidak bisa lewat pandangan mata tanpa alat saja,” tegasnya.
**Perbandingan dengan Supermoon November**
Marufin juga menjelaskan perbandingan antara Supermoon Desember dengan Supermoon sebelumnya di bulan November.
“Perbedaan Supermoon Desember dengan Supermoon November terletak pada ukuran tampak (terlihat)-nya. Karena jarak Bumi-Bulan pada Supermoon Desember lebih besar dari November, maka kali ini Supermoon akan tampak sedikit lebih kecil,” jelasnya.
**Signifikansi sebagai Penutup Tahun**
Fenomena Cold Moon yang terjadi pada 4 Desember 2025 ini merupakan penutup rangkaian Supermoon di tahun tersebut, menjadikannya momen penting bagi para pengamat langit.
**Konteks Budaya dan Tradisi**
Penamaan Cold Moon mencerminkan bagaimana berbagai peradaban menggunakan fase bulan sebagai penanda waktu dan musim. Dalam tradisi Amerika Utara, bulan purnama Desember juga dikenal dengan nama lain seperti Long Night Moon karena terjadi mendekati solstis musim dingin.
**Dampak pada Pengamatan Astronomi**
Cold Moon Desember memiliki karakteristik unik karena posisinya yang tinggi di langit malam. Hal ini disebabkan oleh geometri orbit yang membuat bulan purnama Desember berada pada posisi berlawanan dengan Matahari yang sedang berada di titik terendah (solstis musim dingin).
**Relevansi bagi Astronomi Amatir**
Bagi para penggemar astronomi amatir, Cold Moon menawarkan kesempatan terbaik untuk pengamatan dan fotografi bulan karena posisinya yang tinggi dan durasi visibilitas yang panjang di langit malam.
**Perbedaan Regional dalam Penamaan**
Sementara di Amerika Utara dikenal sebagai Cold Moon, berbagai budaya dunia memiliki nama berbeda untuk bulan purnama Desember, mencerminkan kondisi lokal dan tradisi masing-masing wilayah.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: