Penemuan arkeologi yang menarik perhatian baru saja terungkap di situs “Kota Daud”, Yerusalem. Para peneliti berhasil menemukan sebuah medali timbal langka berusia 1.300 tahun yang menampilkan gambar menorah berabang tujuh pada kedua sisinya—lambang kandil suci yang dulu digunakan di Bait Suci Kedua.
Temuan ini menciptakan misteri besar bagi para ilmuwan. Medali tersebut berasal dari akhir abad ke-6 atau awal abad ke-7, periode ketika Yerusalem berada di bawah kendali Kekaisaran Bizantium Kristen yang secara resmi melarang orang Yahudi memasuki kota tersebut.
**Ditemukan di Reruntuhan Bizantium**
Medali berbentuk cakram ini ditemukan di dalam sebuah bangunan era Bizantium Akhir yang terkubur di bawah lapisan puing-puing konstruksi dari masa pemerintahan Umayyah.
Ayayu Belete, seorang pekerja arkeologi dari yayasan nirlaba City of David, menceritakan momen penemuan yang terjadi secara tidak sengaja.
“Suatu hari saat saya sedang menggali di dalam sebuah struktur kuno, tiba-tiba saya melihat sesuatu yang berbeda, berwarna abu-abu, di antara tumpukan batu. Saya mengambil benda itu dan melihat bahwa itu adalah liontin dengan gambar menorah di atasnya,” kata Ayayu Belete.
**Karakteristik Unik Artefak**
Medali ini terbuat hampir seluruhnya dari timbal. Salah satu sisinya terawat dengan sangat baik, sementara sisi lainnya tertutup patina alami akibat cuaca selama berabad-abad.
Peneliti mencatat bahwa ini adalah medali timbal kedua dengan simbol menorah yang pernah ditemukan di dunia.
**Dugaan Amulet Tersembunyi**
Kehadiran benda ini di Yerusalem pada masa pelarangan memicu diskusi sengit di kalangan ahli. Yuval Baruch, arkeolog distrik Yerusalem dari Israel Antiquities Authority (IAA), menduga bahwa benda ini bukanlah sekadar perhiasan biasa, melainkan sebuah jimat atau amulet yang kemungkinan besar disembunyikan oleh pemiliknya.
“Fakta bahwa medali itu terbuat dari timbal menunjukkan bahwa benda ini dipakai sebagai jimat—dan mungkin disembunyikan—daripada sebagai perhiasan. Timbal dianggap sebagai bahan yang umum dan sangat populer untuk membuat jimat pada masa itu,” jelas Baruch.
**Bukti Kehadiran Yahudi di Era Larangan**
Temuan ini memberikan perspektif baru bahwa meskipun ada dekrit kekaisaran yang melarang orang Yahudi tinggal di kota tersebut, mereka ternyata tidak pernah benar-benar berhenti datang ke Yerusalem.
Para ahli berspekulasi apakah pemilik medali ini adalah seorang pedagang, utusan administratif, atau peziarah rahasia yang masuk secara sembunyi-sembunyi.
**Makna Historis Menorah Tujuh Cabang**
Menorah berabang tujuh pada medali ini memiliki makna historis yang sangat kuat. Berbeda dengan menorah berabang sembilan yang digunakan untuk merayakan Hanukkah saat ini, versi tujuh cabang hanya digunakan di Bait Suci Kedua Yerusalem yang dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 Masehi.
**Signifikansi Spiritual di Tengah Tekanan Politik**
Penggambaran ganda menorah pada kedua sisi cakram tersebut menunjukkan signifikansi mendalam dari simbol ini bagi pemiliknya di masa lalu, sekaligus menjadi bukti fisik kegigihan spiritual di tengah tekanan politik Kekaisaran Bizantium sebelum kota itu jatuh ke tangan Persia dan kemudian kekhalifahan Islam.
**Konteks Sejarah Byzantium**
Pada periode ini, Kekaisaran Bizantium menerapkan kebijakan yang sangat ketat terhadap komunitas Yahudi. Larangan masuk ke Yerusalem merupakan bagian dari upaya kristenisasi kota suci tersebut.
**Teknik Pembuatan Jimat Kuno**
Penggunaan timbal sebagai bahan dasar menunjukkan bahwa medali ini dibuat khusus sebagai benda spiritual. Timbal dipercaya memiliki kekuatan magis dan sering digunakan untuk membuat amulet pelindung pada masa itu.
**Implikasi Arkeologis**
Penemuan ini memperkaya pemahaman tentang kehidupan komunitas Yahudi di Yerusalem pada masa Bizantium. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada pembatasan resmi, praktik keagamaan tetap berlanjut secara sembunyi-sembunyi.
**Metodologi Penelitian**
Tim arkeologi menggunakan teknik penggalian stratigrafis untuk mengidentifikasi lapisan sejarah yang berbeda. Analisis kontekstual membantu menentukan periode pembuatan medali dengan akurasi tinggi.
**Preservasi Artefak**
Kondisi medali yang relatif baik memungkinkan peneliti untuk menganalisis detail iconografi menorah. Patina alami justru membantu melestarikan struktur asli logam timbal.
**Relevansi Kontemporer**
Temuan ini memberikan wawasan berharga tentang resiliensi komunitas agama dalam menghadapi pembatasan politik. Hal ini juga menunjukkan pentingnya Yerusalem sebagai pusat spiritual lintas periode sejarah.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait:
Ommelanden: Perkembangan Masyarakat dan Ekonomi di Luar Tembok Kota Batavia, 1684-1740