Dokter residen di Inggris akan melancarkan aksi mogok kerja selama lima hari pada 14-19 November 2025, menurut pengumuman Asosiasi Medis Inggris (BMA). Aksi ini merupakan pemogokan ke-13 yang dilakukan sejak 2023 dan diprediksi akan memperparah beban NHS dalam menghadapi lonjakan virus musim dingin serta memperpanjang daftar tunggu pasien rumah sakit.
Ketua komite dokter residen BMA, Jack Fletcher, menyatakan bahwa mogok kerja menjadi respons atas janji-janji yang tidak jelas dari pemerintah terkait sistem pengupahan dokter. “Ini bukan tempat yang kami inginkan,” ujar Fletcher seperti dikutip Sky News pada Kamis (23/10/2025).
Menteri Kesehatan Inggris mengecam keputusan BMA sebagai tindakan yang tidak masuk akal dan gegabah karena dinilai membahayakan keselamatan pasien.
**Akar Permasalahan Aksi Mogok**
Fletcher menjelaskan bahwa pemogokan dipicu kegagalan perundingan dengan Menteri Kesehatan selama seminggu terakhir. Negosiasi tersebut membahas tuntutan kenaikan gaji 29 persen dan permasalahan kesulitan perekrutan dokter muda.
“Kami telah menghabiskan minggu terakhir dalam pembicaraan dengan pemerintah, mendesak Menkes untuk mengakhiri skandal dokter yang menganggur,” tutur Fletcher. Survei internal BMA menunjukkan bahwa separuh dokter tahun kedua di Inggris mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Fletcher mengkritik sistem rekrutmen yang buruk, yang menurutnya menyebabkan keterampilan dokter terbuang sia-sia sementara jutaan pasien masih menunggu perawatan. Ia menganggap surat dari Menteri Kesehatan hanya berisi janji-janji samar tentang lapangan kerja, menunjukkan ketidakpekaan pemerintah terhadap krisis yang sedang berlangsung.
**Respons Keras Menteri Kesehatan**
Menteri Kesehatan Inggris Wes Streeting memberikan tanggapan tegas terhadap rencana pemogokan BMA. “Sungguh tidak masuk akal, BMA buru-buru melakukan aksi mogok seminggu setelah diskusi dengan pemerintah,” kata Streeting.
Streeting mendesak BMA untuk menghentikan pemogokan yang dianggapnya tidak perlu dan kembali ke meja perundingan. Ia menegaskan bahwa pemerintah ingin bekerja sama meningkatkan kualitas hidup dokter residen dan menciptakan NHS yang siap menghadapi tantangan masa depan.
**Kritik Politik dari Partai Oposisi**
Pemimpin Partai Konservatif, Kemi Badenoch, mengkritik keras aksi tersebut dan menyatakan partainya akan melarang pemogokan serupa jika berkuasa. “Mereka seharusnya tidak mogok. Kebijakan konservatif melarang mogok kerja dokter, sama seperti polisi dan tentara tidak boleh mogok,” tegas Badenoch.
Badenoch menambahkan bahwa diperlukan standar layanan kesehatan yang memadai dan undang-undang yang menjamin tingkat layanan minimum, yang menurutnya dibatalkan oleh Partai Buruh.
**Dampak Terhadap NHS dan Pasien**
Kepala Eksekutif NHS Providers, Daniel Elkeles, menyebutkan bahwa aksi mogok kerja telah dipersiapkan dengan matang menjelang musim dingin. Meskipun demikian, pasien tetap berisiko menanggung konsekuensi dari aksi ini.
Para dokter residen mengklaim telah mengalami penurunan gaji dalam hal daya beli sejak 2008. Pemogokan sebelumnya dilakukan pada Juli 2025, menunjukkan eskalasi konflik yang berkepanjangan antara profesi medis dan pemerintah.
**Tantangan NHS di Musim Dingin**
Kepala rumah sakit memperingatkan bahwa pemogokan ini akan sangat mempersulit NHS dalam mengelola lonjakan kasus virus musim dingin yang biasanya terjadi pada periode November-Februari. Kombinasi antara peningkatan pasien dan berkurangnya tenaga medis diprediksi akan menciptakan tekanan ekstrem pada sistem kesehatan nasional.
Aksi mogok kerja ini mencerminkan krisis yang lebih luas dalam sistem kesehatan Inggris, di mana konflik antara tuntutan kesejahteraan dokter dan kebutuhan pelayanan pasien menjadi semakin sulit untuk diselesaikan. Pihak-pihak terkait masih belum menemukan solusi komprehensif untuk mengatasi permasalahan struktural yang mendasari konflik ini.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: