Dunia Kehilangan Hutan Setara 18 Lapangan Bola per Menit, Ini Dampak Deforestasi

Hutan menutupi hampir sepertiga daratan planet ini dan menjadi rumah bagi sebagian besar kehidupan di Bumi. Selain menjadi sumber vital yang menopang mata pencaharian miliaran orang, hutan berperan sebagai benteng pertama bagi kesehatan manusia dan mitigasi perubahan iklim.

Namun, manfaat krusial ini terancam oleh dua fenomena berbahaya: deforestasi (penggundulan hutan permanen) dan degradasi hutan. Secara global, hutan menghadapi ancaman serius yang membahayakan seluruh kehidupan di Bumi.

**Akar Masalah: Ekspansi Pertanian dan Infrastruktur**

Menurut laporan WWF, penyebab utama deforestasi adalah ekspansi pertanian, didorong oleh meningkatnya permintaan dan pergeseran pola makan menuju konsumsi daging yang lebih tinggi. Selain itu, komoditas pertanian seperti kedelai dan minyak sawit digunakan dalam berbagai produk, mulai dari pakan ternak hingga biofuel.

“Perluasan pertanian, karena peningkatan permintaan dan pergeseran pola makan ke konsumsi daging yang lebih besar, bertanggung jawab atas sebagian besar deforestasi dunia,” demikian penekanan dalam laporan tersebut.

Infrastruktur—khususnya jalan, rel kereta api, jalur listrik, dan bendungan—juga menjadi pendorong utama deforestasi, terutama bila perencanaan dan pembangunannya buruk. Di Amazon Brasil, misalnya, 95 persen deforestasi terjadi dalam radius sekitar 5,6 kilometer dari jalan.

**Degradasi Hutan: Ancaman Tersembunyi**

Sementara itu, penyebab utama degradasi hutan meliputi kegiatan penebangan liar, penggembalaan ternak, dan pembangunan jalan. Berbeda dengan deforestasi yang menghilangkan hutan sepenuhnya, degradasi hutan menurunkan kualitas dan fungsi ekosistem hutan secara bertahap.

**Laju Kehilangan yang Mengkhawatirkan**

Kehilangan hutan saat ini berlangsung dengan kecepatan yang mencengangkan. Pada 2024, dunia kehilangan 16,6 juta hektar hutan hujan primer tropis, setara dengan laju 18 lapangan sepak bola per menit.

Dua pertiga dari kehilangan tutupan hutan global terjadi di wilayah tropis dan subtropis, membentuk 24 titik panas deforestasi yang tersebar di Amerika Latin, Afrika sub-Sahara, Asia Tenggara, dan Oseania.

**Amazon: Korban Terbesar Deforestasi**

Di Amazon saja, sekitar 17 persen hutan telah hilang dalam 50 tahun terakhir, terutama karena konversi hutan untuk peternakan sapi. Deforestasi yang kerap dipicu oleh pembukaan lahan dengan kebakaran ini tidak hanya mengubah struktur hutan, tetapi juga mengancam keanekaragaman hayati, mengubah siklus air dan kesuburan tanah, serta menghancurkan mata pencaharian masyarakat lokal.

**Transformasi dari Penyerap Karbon Menjadi Sumber Emisi**

Kehilangan hutan memicu serangkaian perubahan yang memengaruhi kehidupan secara lokal maupun global:

**Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca**
Hutan merupakan penyerap karbon yang vital. Hutan tropis saja menyimpan lebih dari 228 hingga 247 gigaton karbon. Namun, ketika hutan ditebang atau dibakar, hutan justru melepaskan karbon alih-alih menyerapnya. Pada 2022, deforestasi menyumbang sekitar 7 persen dari emisi global.

**Kehilangan Keanekaragaman Hayati**
Sebagian besar spesies darat menghuni hutan. Ketika hutan hilang, spesies menjadi lebih rentan terhadap perburuan dan akhirnya punah. Hilangnya habitat ini mengancam jutaan spesies flora dan fauna.

**Gangguan Siklus Air dan Tanah**
Tanpa pohon, erosi tanah meningkat, menyebabkan tanah subur hanyut ke sungai. Hutan juga kehilangan kemampuan menciptakan curah hujan lokal, mengakibatkan perubahan pola presipitasi dan aliran sungai.

**Ancaman terhadap Mata Pencaharian**
Deforestasi mengganggu kehidupan miliaran orang, termasuk masyarakat adat dan komunitas lokal yang secara tradisional mengelola hampir 2 juta mil persegi kawasan hutan total.

**Dampak Ekonomi yang Mengkhawatirkan**

Kehilangan hutan tidak hanya berdampak ekologis, tetapi juga ekonomi. Industri yang bergantung pada jasa ekosistem hutan, seperti ekowisata, pengobatan tradisional, dan sumber daya air bersih, mengalami kerugian signifikan akibat deforestasi.

**Perubahan Iklim Lokal dan Global**

Hutan berperan penting dalam mengatur iklim lokal melalui evapotranspirasi. Kehilangan hutan menyebabkan peningkatan suhu lokal dan perubahan pola cuaca yang dapat mempengaruhi produktivitas pertanian di sekitarnya.

**Ancaman terhadap Ketahanan Pangan**

Ironisnya, meskipun pertanian menjadi penyebab utama deforestasi, kehilangan hutan justru mengancam ketahanan pangan jangka panjang. Hilangnya keragaman genetik tanaman liar, gangguan penyerbukan alami, dan degradasi tanah mengurangi produktivitas pertanian.

**Krisis Air Bersih**

Deforestasi mengganggu siklus hidrologi, mengurangi ketersediaan air bersih untuk konsumsi manusia dan pertanian. Hutan berperan sebagai “spons” alami yang menyerap dan menyaring air hujan.

**Munculnya Penyakit Zoonosis**

Kehilangan habitat memaksa satwa liar berinteraksi lebih dekat dengan manusia, meningkatkan risiko penularan penyakit dari hewan ke manusia (zoonosis). Pandemi COVID-19 diduga terkait dengan gangguan habitat alami.

**Urgensi Tindakan Global**

Data mengkhawatirkan ini menunjukkan perlunya tindakan global yang terkoordinasi untuk menghentikan deforestasi. Tanpa langkah konkret, dunia akan kehilangan salah satu aset terpenting dalam menghadapi krisis iklim dan keanekaragaman hayati.

**Solusi Berkelanjutan**

Diperlukan pendekatan holistik yang menggabungkan konservasi hutan, praktik pertanian berkelanjutan, perencanaan infrastruktur yang bijaksana, dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk memutus siklus destruktif deforestasi.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Pemuja Sepak Bola