MANILA – Peneliti internasional berhasil mengidentifikasi enam spesies kelelawar baru di Filipina, menggandakan jumlah spesies kelelawar hidung tabung yang dikenal di kawasan tersebut. Temuan ini memperkuat bukti kekayaan biodiversitas yang masih belum terungkap di kepulauan Filipina.
**Kelompok Kelelawar Hidung Tabung**
Keenam spesies baru ini masuk dalam kategori kelelawar hidung tabung (tube-nosed bats) yang memiliki karakteristik moncong yang unik. Hasil penelitian telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah Zootaxa, menandai pencapaian signifikan dalam taksonomi mamalia Asia Tenggara.
**Revolusi Data Spesies**
Sebelum penelitian dimulai, hanya dua spesies kelelawar hidung tabung yang tercatat secara resmi di Filipina. Burton Lim, asisten kurator mamalia di Royal Ontario Museum dan penulis pendamping studi, memimpin riset yang mengubah pemahaman tentang diversitas kelelawar di wilayah ini.
“Sebelum penelitian dimulai, hanya ada dua spesies kelelawar hidung tabung yang dilaporkan dari Filipina,” ungkap Lim seperti dikutip Popular Science. Tim peneliti menghabiskan bertahun-tahun melakukan pengujian genetik dan analisis morfologi terhadap spesimen yang dikumpulkan dari berbagai pulau.
**Proses Identifikasi yang Panjang**
Penelitian ini mengkonfirmasi satu spesies lama sekaligus mengidentifikasi enam spesies baru yang sebelumnya tidak dikenal ilmu pengetahuan. Kelelawar-kelelawar ini memiliki ukuran sangat kecil dengan berat berkisar antara 4 hingga 14 gram.
Beberapa spesimen telah dikumpulkan sejak lama, termasuk yang berasal dari tahun 1988, menunjukkan kompleksitas proses identifikasi spesies baru dalam dunia taksonomi mamalia.
**Tantangan Penelitian Lapangan**
Jodi Sedlock dari Lawrence University, penulis pendamping studi, menjelaskan bahwa penelitian memerlukan waktu panjang karena sifat kelelawar yang sulit dilacak. “Kelelawar ini sangat sulit ditangkap, sehingga koleksi yang diperiksa dalam studi ini dikumpulkan selama bertahun-tahun melalui berbagai ekspedisi—satu kelelawar pada satu waktu,” papar Sedlock.
**Penamaan Spesies Baru**
Keenam spesies baru tersebut diberi nama ilmiah Murina alvarezi, Murina baletei, Murina hilonghilong, Murina luzonensis, Murina mindorensis, dan Murina philippinensis. Penamaan ini mengikuti konvensi taksonomi internasional dengan mempertimbangkan karakteristik geografis dan morfologi.
**Misteri Fungsi Hidung Tabung**
Meskipun fungsi pasti hidung berbentuk tabung pada kelelawar ini belum dipahami sepenuhnya, Sedlock berteori bahwa moncong unik tersebut kemungkinan memberikan kemampuan indra penciuman arah yang lebih baik dibanding spesies kelelawar lainnya.
**Posisi Filipina sebagai Hotspot Biodiversitas**
Dengan penemuan ini, total spesies kelelawar asli Filipina mencapai 85 spesies. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari spesies kelelawar yang ditemukan di Amerika Serikat, memperkuat posisi Filipina sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia.
**Urgensi Penelitian Biodiversitas**
Judith Eger, kurator emerita mamalia di Royal Ontario Museum, menekankan pentingnya penemuan ini dalam konteks yang lebih luas. “Penelitian ini mengilustrasikan betapa banyak hal yang masih belum diketahui tentang spesies tak terhitung yang hidup berdampingan dengan manusia,” ungkap Eger.
**Implikasi untuk Konservasi**
Eger menambahkan bahwa memperluas pengetahuan tentang keanekaragaman hayati sangat krusial untuk pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Hal ini tidak hanya penting bagi kepentingan manusia, tetapi juga untuk kelangsungan hidup spesies lain yang vital bagi ekosistem planet.
**Metodologi Penelitian Modern**
Studi ini menggabungkan pendekatan genetik dan morfologi untuk mengidentifikasi spesies baru. Penggunaan teknologi DNA barcoding dan analisis filogenetik memungkinkan peneliti membedakan spesies yang secara fisik hampir identik namun memiliki perbedaan genetik signifikan.
**Kelelawar sebagai Indikator Ekosistem**
Kelelawar hidung tabung memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai predator serangga dan penyerbuk tanaman. Keberadaan beragam spesies kelelawar mengindikasikan kesehatan ekosistem hutan tropis yang masih terjaga di berbagai pulau di Filipina.
**Tantangan Masa Depan**
Penemuan spesies baru ini juga menimbulkan tantangan konservasi, mengingat habitat alami kelelawar terancam oleh deforestasi dan perubahan penggunaan lahan. Upaya perlindungan habitat menjadi krusial untuk memastikan kelangsungan hidup spesies yang baru ditemukan.
**Kolaborasi Internasional**
Penelitian ini melibatkan kolaborasi antara Royal Ontario Museum, Field Museum, dan berbagai institusi penelitian lainnya, menunjukkan pentingnya kerja sama internasional dalam upaya memahami dan melestarikan biodiversitas global.
Temuan ini menegaskan bahwa masih banyak spesies yang belum ditemukan, khususnya di wilayah tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati seperti Asia Tenggara.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: