Dalam kurun waktu kurang dari dua pekan, Komet 31P/ATLAS akan mencapai posisi terdekatnya dengan Bumi pada jarak 269 juta kilometer (1,8 Astronomical Units). Saat momen kosmik ini semakin dekat, peluang mengamati objek luar biasa ini kian terbuka lebar, termasuk melalui tangkapan tak terduga dari observatorium yang awalnya tidak mengarah ke sana.
**Objek Antarbintang yang Menarik Perhatian**
Komet ini merupakan objek antarbintang yang sangat menarik karena diduga jauh lebih tua dari Tata Surya kita. Statusnya sebagai “objek abadi” membuatnya menjadi target ideal, bahkan seringkali “memfotobom” observasi komet lain.
**Pengamatan Teleskop Hubble Ungkap Detail Menakjubkan**
Teleskop ruang angkasa Hubble, yang kini memasuki tahun ke-35 beroperasi di luar angkasa, menjadi salah satu yang paling awal mengabadikan Komet 31P/ATLAS. Pengamatan terbaru yang diambil pada 30 November menunjukkan komet itu tampak lebih cerah setelah melewati titik terdekatnya dengan Matahari (perihelion) sebulan sebelumnya.
**Wahana JUICE ESA Tangkap Pemandangan Spektakuler**
Kejutan terbesar datang dari misi JUICE (Jupiter Icy moons Explorer) milik European Space Agency (ESA). Wahana yang sedang dalam perjalanan menuju Jupiter ini secara tidak sengaja mengabadikan komet tersebut pada 2 November dan 25 November.
Meskipun data set lengkap JUICE baru diharapkan tiba pada Februari 2026, tim JUICE mengunduh dan membagikan sebagian gambar dari observasi pertama.
**Posisi Strategis Ungkap Struktur Komet**
Berkat posisi relatifnya—berjarak 66 juta kilometer dari Komet 31P/ATLAS di antara komet dan Matahari—JUICE mendapatkan pemandangan fantastis. Wahana itu tidak hanya melihat koma (coma), atmosfer komet yang kabur, tetapi juga dua ekornya.
**Dua Jenis Ekor Komet Teridentifikasi**
**Ekor Plasma:** Terdiri dari partikel bermuatan yang didorong Matahari dalam garis lurus.
**Ekor Debu (Anti-tail):** Terbuat dari potongan material komet yang lebih besar, ekor ini tampak mengarah ke arah Matahari.
**Koma Komet Menunjukkan Karakteristik Unik**
Koma dari Komet 31P/ATLAS juga menunjukkan keanehan. Para ilmuwan menduga keanehan ini terkait dengan temuan sebelumnya yang menyarankan bahwa komet antarbintang ini memiliki cryovolcanoes atau gunung berapi es.
**Menjadi ‘Photobomber’ Berbagai Misi NASA**
Komet ini menjadi objek langit yang begitu dominan hingga tanpa sengaja muncul dalam data observasi misi-misi lain yang fokus pada objek berbeda.
**Misi PUNCH**
Ilmuwan yang menggunakan misi PUNCH (Polarimeter to Unify the Corona and Heliosphere) NASA sedang melacak Komet 2025 R2 (SWAN) dengan frekuensi tinggi. Di tengah data penting itu, Komet 31P/ATLAS muncul sebagai cameo.
**Misi STEREO**
Objek antarbintang ini juga berhasil ditangkap oleh misi STEREO (Solar Terrestrial Relations Observatory) NASA, yang seharusnya terlalu redup untuk dilihat oleh wahana tersebut. Melalui pemrosesan gambar yang cerdik dan penumpukan beberapa eksposur, instrumen Heliospheric Imager-1 berhasil mengungkap keberadaan komet tersebut.
**Puncak Pendekatan pada 19 Desember**
Pendekatan terdekat Komet 31P/ATLAS ke Bumi akan terjadi pada 19 Desember. Dengan banyaknya observatorium luar angkasa dan berbasis darat yang kini memperhatikannya, para ilmuwan memprediksi akan ada ‘banjir’ citra baru sebagai hadiah akhir tahun.
**Signifikansi Ilmiah Pengamatan**
Pengamatan komprehensif terhadap komet antarbintang ini memberikan wawasan berharga tentang materi primitif dari luar Tata Surya. Data yang dikumpulkan dari berbagai misi akan membantu ilmuwan memahami komposisi dan karakteristik objek-objek yang berasal dari sistem bintang lain.
**Koordinasi Antarorganisasi Luar Angkasa**
Kolaborasi tidak terencana antara berbagai misi NASA dan ESA menunjukkan bagaimana koordinasi dalam eksplorasi ruang angkasa dapat menghasilkan data yang lebih kaya. Meskipun setiap misi memiliki tujuan primer yang berbeda, observasi sekunder seperti ini memberikan nilai tambah signifikan.
**Teknologi Pemrosesan Citra Canggih**
Kemampuan untuk mendeteksi dan menganalisis objek yang relatif redup seperti komet antarbintang ini menunjukkan kemajuan teknologi pemrosesan citra dan instrumentasi luar angkasa. Teknik penumpukan eksposur dan pemrosesan data yang cerdik memungkinkan deteksi objek yang sebelumnya dianggap terlalu redup untuk diamati.
**Peluang Observasi Publik**
Meskipun Komet 31P/ATLAS tidak akan terlihat dengan mata telanjang, astronom amatir dengan teleskop yang memadai mungkin dapat mengamatinya selama periode pendekatan terdekat. Para astronom menyarankan untuk menggunakan teleskop dengan apertur minimal 8 inci untuk kemungkinan observasi terbaik.
**Dampak pada Penelitian Komet Masa Depan**
Pengamatan multi-platform terhadap Komet 31P/ATLAS ini akan menjadi model untuk studi komet antarbintang di masa depan. Data yang dikumpulkan akan membantu mengembangkan strategi observasi yang lebih efektif untuk objek-objek serupa yang mungkin melintas di Tata Surya.
**Warisan Saintifik Jangka Panjang**
Dengan data yang terus dikumpulkan hingga Februari 2026, studi tentang Komet 31P/ATLAS akan memberikan kontribusi jangka panjang bagi pemahaman kita tentang evolusi sistem planet dan komposisi materi antarbintang. Informasi ini crucial untuk memahami sejarah pembentukan galaksi dan distribusi materi di alam semesta.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait:
Seri Klasik Semasa Kecil: Prim & Prim-3, Petualangan di Luar Angkasa