Guru Besar IPB Ungkap Potensi Krokot untuk Obat Tradisional dan Kosmetik Modern

Selama ini tanaman krokot sering dipandang remeh. Tumbuhan ini kerap dijumpai liar di pekarangan, sela-sela trotoar, atau lahan kosong, sehingga banyak yang menganggapnya sebagai gulma pengganggu. Namun, siapa sangka tanaman sederhana ini justru menyimpan potensi besar untuk dunia pengobatan tradisional hingga kosmetika modern.

Fakta mengejutkan tersebut diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Prof. Syarifah Iis Aisyah, yang menyoroti krokot sebagai tanaman multifungsi dengan nilai ilmiah dan ekonomi yang semakin menjanjikan.

**Tanaman Adaptif yang Minim Perawatan**

Menurut Prof. Iis, krokot termasuk tanaman yang sangat mudah tumbuh dan mampu beradaptasi di berbagai kondisi lingkungan tanpa memerlukan perawatan intensif. Inilah yang membuatnya sering dikategorikan sebagai tanaman liar atau gulma.

“Krokot tergolong sebagai tanaman liar karena sifatnya yang menyerupai gulma,” jelasnya.

Meski begitu, tidak semua krokot dipandang negatif. Beberapa jenis justru memiliki bunga berwarna-warni yang indah sehingga banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias penutup tanah (ground cover) atau bedding plant di taman-taman.

“Meskipun termasuk gulma, bunga krokot memiliki nilai estetika yang tinggi dan sering dimanfaatkan untuk mempercantik taman,” tambah Prof. Iis.

**Kandungan Senyawa Bioaktif yang Kaya**

Keunggulan krokot tidak hanya berhenti pada penampilan. Prof. Iis menjelaskan bahwa beberapa jenis krokot memiliki kandungan metabolit sekunder yang tinggi, seperti flavonoid dan antioksidan. Senyawa-senyawa ini berperan penting dalam dunia pengobatan herbal dan kosmetik alami.

“Karena kandungan bioaktifnya yang kaya, jenis krokot tertentu kini dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional,” ujarnya.

Kandungan tersebut menjadikan krokot sebagai salah satu tanaman potensial untuk dikembangkan dalam industri berbasis bahan alam, terutama di tengah meningkatnya tren produk herbal dan kosmetik alami.

**Portulaca oleracea: Primadona Dunia Kosmetik**

Dari berbagai jenis krokot, Portulaca oleracea disebut sebagai spesies yang paling banyak digunakan untuk keperluan pengobatan tradisional dan bahan kosmetik. Meski tampilannya lebih sederhana dengan bunga berkelopak tunggal, jenis ini justru memiliki nilai fungsional yang tinggi.

Portulaca oleracea memang membutuhkan perawatan lebih intensif dibandingkan Portulaca grandiflora, yang dikenal memiliki bunga bertumpuk dan warna lebih mencolok. Namun, kandungan senyawa aktifnya membuat tanaman ini unggul dari sisi manfaat.

**Antosianin Tinggi sebagai Antioksidan Kuat**

Prof. Iis menjelaskan bahwa Portulaca oleracea mengandung antosianin dalam kadar tinggi, terutama pada batang yang berwarna merah marun atau keunguan. Antosianin dikenal sebagai senyawa antioksidan kuat yang sangat dibutuhkan dalam formulasi kosmetik modern.

“Beberapa merek kosmetik telah menggunakan ekstrak Portulaca oleracea sebagai bahan dasar untuk produk alas bedak atau foundation,” ungkapnya.

**Efek Positif untuk Kesehatan Kulit**

Tak hanya bernilai ilmiah, manfaat krokot juga dapat dirasakan langsung oleh pengguna produk kosmetik. Menurut Prof. Iis, penggunaan bahan dasar krokot dalam kosmetik memberikan sejumlah efek positif bagi kulit.

“Penggunaan bahan dasar krokot dalam kosmetik dapat membuat wajah tampak lebih cerah, memberikan efek dingin di kulit, serta meningkatkan tampilan kulit yang lebih glowing,” jelasnya.

**Potensi Ekonomi yang Menjanjikan**

Dengan kombinasi efek fisiologis dan kandungan bioaktif alami, krokot berpotensi menjadi bahan unggulan dalam pengembangan kosmetik ramah lingkungan dan berkelanjutan. Di tengah meningkatnya permintaan produk berbahan alam, tanaman ini memiliki peluang besar untuk dikomersialisasikan.

**Transformasi Status: Dari Gulma ke Komoditas Bernilai**

Penjelasan dari IPB University ini membuka perspektif baru tentang tanaman krokot. Yang selama ini dianggap sebagai gulma ternyata menyimpan potensi besar sebagai bahan obat tradisional dan kosmetika modern.

Di tengah meningkatnya kebutuhan akan bahan alami dan berkelanjutan, krokot berpeluang naik kelas—dari tanaman liar yang diabaikan menjadi komoditas bernilai tinggi berbasis riset dan inovasi.

**Peluang Pengembangan Industri Lokal**

Temuan ini juga membuka peluang bagi pengembangan industri kosmetik dan farmasi berbasis tanaman lokal. Indonesia yang memiliki kekayaan biodiversitas tinggi dapat memanfaatkan tanaman seperti krokot untuk meningkatkan daya saing produk berbahan alam di pasar global.

**Penelitian Lanjutan Diperlukan**

Meski potensinya besar, Prof. Iis menekankan perlunya penelitian lanjutan untuk mengoptimalkan pemanfaatan krokot. Standardisasi ekstraksi, formulasi produk, dan uji klinis menjadi tahapan penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas produk berbahan krokot.

**Edukasi Masyarakat tentang Nilai Tanaman Lokal**

Penemuan ini juga menjadi pengingat pentingnya edukasi masyarakat tentang nilai tanaman-tanaman lokal yang selama ini terabaikan. Banyak tanaman yang dianggap gulma ternyata menyimpan potensi besar untuk berbagai keperluan, termasuk kesehatan dan kecantikan.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Pendidikan Profesi Guru