Hakuto-R Abadikan Foto Menakjubkan Bumi Sesaat Sebelum Jatuh di Bulan

Beberapa hari menjelang wahana pendarat Bulan Hakuto-R milik Jepang mengalami kegagalan dan menabrak permukaan Bulan, kameranya berhasil menangkap sebuah momen spektakuler. Foto tersebut memperlihatkan Bumi yang biru dan bercahaya, muncul perlahan di atas horizon Bulan yang kelabu—diabadikan tepat ketika terjadi gerhana Matahari total di Bumi.

Pada momen tersebut, Bulan sepenuhnya menutupi Matahari untuk sebagian wilayah planet ini. Hakuto-R adalah pendarat Bulan robotik kompak yang dioperasikan oleh perusahaan Jepang ispace, sedang mengorbit sekitar 60 mil di atas permukaan Bulan ketika citra itu direkam.

**Citra Menakjubkan dari Cakrawala Lunar**

Dalam foto yang kini viral di media sosial, kamera Hakuto-R mengarah ke belakang dan menangkap Bumi yang tampak “menggantung” di atas lengkungan permukaan Bulan. Bayangan Bulan terlihat jelas sebagai noda gelap yang melintasi wilayah Australia, menandai jalur gerhana yang membuat siang berubah menjadi senja selama beberapa menit.

Misi Hakuto-R dipimpin oleh Takeshi Hakamada, pendiri dan CEO ispace. Ia dan timnya ingin membuktikan bahwa perusahaan swasta mampu mengirim perangkat keras dan data ke Bulan—membuka pintu menuju layanan logistik komersial antara Bumi dan Bulan.

**Perjalanan Panjang Menuju Pendaratan**

Hakuto-R diluncurkan dari Bumi menggunakan roket SpaceX Falcon 9, kemudian menempuh jalur melingkar di wilayah cislunar—ruang antara Bumi dan Bulan. Jalur hemat energi ini memang menghemat bahan bakar, tetapi membuat perjalanan membutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum akhirnya tiba di orbit Bulan.

Setelah masuk orbit, tim menguji beberapa manuver pengereman, kemudian menargetkan lokasi pendaratan di dekat Kawah Atlas di sisi dekat Bulan bagian timur laut.

**Kegagalan Dramatis pada Fase Terakhir**

Namun pada akhir April 2023, ketika pendaratan final berlangsung, pusat kendali di Tokyo tiba-tiba kehilangan sinyal. Telemetri—data vital seperti kecepatan, orientasi, hingga status sistem—mendadak terputus.

Menurut laporan investigasi berikutnya, gangguan perangkat lunak sensor membuat komputer Hakuto-R salah membaca ketinggiannya setelah melewati tebing Bulan. Komputer mengira wahana masih berada pada ketinggian aman, padahal sebenarnya sudah terlalu dekat dengan permukaan.

Akibatnya, sistem terus menyalakan mesin hingga bahan bakar habis, sebelum akhirnya jatuh bebas beberapa kilometer terakhir.

**Kompleksitas Pendaratan Lunak di Bulan**

Meskipun terdengar sederhana, pendaratan di Bulan adalah salah satu tantangan terbesar eksplorasi antariksa. Tanpa atmosfer, tidak ada udara untuk membantu memperlambat kecepatan. Semua pengendalian harus dilakukan dengan pembakaran mesin yang sangat presisi.

NASA dalam sebuah whitepaper terbaru menjelaskan bahwa sistem pengukur ketinggian, deteksi rintangan, dan koreksi jalur otomatis adalah komponen yang sangat krusial. Jika salah satu saja gagal, pendarat bisa turun terlalu cepat, miring, atau menabrak batuan tersembunyi.

**Pola Kegagalan yang Berulang**

Studi terbaru tentang kegagalan pendarat robotik menunjukkan pola yang berulang: kaki pendaratan yang tidak stabil, kesalahan pembacaan sensor laser, hingga bug pada perangkat lunak. Peneliti menyimpulkan bahwa teknik pendaratan Bulan masih dalam tahap berkembang dan setiap misi baru memberikan pelajaran berharga.

**Nilai Ilmiah Foto Gerhana Hakuto-R**

Di balik dramanya, foto Hakuto-R memiliki nilai ilmiah yang signifikan. Gambar tersebut merekam bayangan Bulan di Bumi dari luar atmosfer—sesuatu yang sangat jarang terjadi. Ilmuwan dapat membandingkan posisi dan bentuk bayangan ini dengan model prediksi gerhana untuk mengecek akurasi simulasi mereka.

Selain itu, foto ini menambah koleksi citra ikonik Bumi dari angkasa, seperti Earthrise milik Apollo 8. Terlihat jelas atmosfer tipis berwarna biru, pusaran sistem cuaca, dan tutup es di kutub.

**Kontribusi untuk Pencarian Eksoplanet**

Citra seperti ini membantu peneliti mempelajari bagaimana cahaya dipantulkan oleh planet yang penuh kehidupan—pengetahuan penting untuk mencari eksoplanet mirip Bumi di masa depan.

Hakuto-R bahkan menawarkan geometri langka: foto gerhana dari ketinggian orbit Bulan. Ini menjadi satu titik data baru tentang bagaimana planet tampak ketika sebagian wilayahnya jatuh ke dalam bayangan total.

**Arah Eksplorasi Bulan Pasca-Hakuto-R**

Meskipun misi pertama berakhir dengan kecelakaan, ispace tidak mundur. Jadwal untuk misi lanjutan tetap berjalan, termasuk mengirim rover dan paket sains untuk pemerintah maupun perusahaan swasta. Setiap percobaan memberikan peningkatan pada sistem navigasi, algoritma pendaratan, dan operasi permukaan.

**Pembelajaran untuk Kolaborasi Global**

Pelajaran dari Hakuto-R juga memperkaya kolaborasi global dalam eksplorasi Bulan. Kini semakin banyak misi yang melibatkan kerja sama antara badan antariksa nasional dan perusahaan swasta. Semua pengalaman ini menjadi fondasi bagi aktivitas yang lebih rutin di orbit dan permukaan Bulan—termasuk mendukung misi berawak di era Artemis.

**Teknologi Pendaratan yang Terus Berkembang**

Kegagalan Hakuto-R menjadi bagian dari kurva pembelajaran industri eksplorasi Bulan. Setiap misi yang gagal memberikan data berharga tentang tantangan teknis yang belum terpecahkan, mulai dari navigasi otonom hingga sistem redundansi untuk kondisi darurat.

**Dampak Ekonomi Industri Lunar**

Meskipun misi berakhir dengan kegagalan, Hakuto-R telah membuktikan bahwa perusahaan swasta dapat mencapai orbit Bulan dengan biaya yang relatif rendah. Hal ini membuka peluang bagi pengembangan industri ekonomi lunar yang lebih luas, termasuk penambangan sumber daya dan infrastruktur komunikasi.

**Warisan Visual untuk Generasi Mendatang**

Foto spektakuler yang dihasilkan Hakuto-R akan menjadi bagian dari arsip visual eksplorasi ruang angkasa manusia. Citra ini tidak hanya memiliki nilai il


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Jatuh ke Lubang Hitam

40 Tahun Komatsu Indonesia Menggeluti Industri Alat Berat

Sistem Pendidikan Finlandia: Belajar Cara Mengajar