Inilah Cara “Berbicara” pada Burung Camar agar Mereka Menjauh

EXETER – Interaksi antara manusia dan burung camar di kawasan pesisir dapat dikelola melalui pengaturan nada bicara, demikian hasil riset terbaru dari University of Exeter. Penelitian tersebut mengungkap bahwa herring gull mampu membedakan emotional cues dalam intonasi manusia dan merespons dengan tingkat kewaspadaan berbeda.

Tim peneliti melakukan eksperimen menggunakan umpan berupa kentang goreng dalam wadah tertutup untuk menarik perhatian burung camar. Ketika burung mendekati objek, speaker memutar salah satu dari tiga jenis rekaman audio yang telah disiapkan.

Varian rekaman meliputi pernyataan tenang “Pergi sana, ini makananku”, kalimat identik dengan intonasi berteriak, serta kicauan burung robin sebagai kontrol netral. Seluruh rekaman disamakan tingkat volumenya untuk memastikan hanya faktor prosodi yang mempengaruhi respons burung.

**Perbedaan Signifikan dalam Respons Burung**

Observasi terhadap 61 burung camar di sembilan lokasi pesisir Cornwall menghasilkan pola yang konsisten. Hampir 50 persen burung yang mendengar teriakan segera terbang meninggalkan area dalam waktu satu menit.

Sebaliknya, peringatan dengan nada tenang namun tegas memicu respons berbeda. Burung cenderung berhenti mendekati atau berjalan mundur sambil tetap mengawasi, namun tidak terbang panik seperti saat mendengar teriakan.

Kontrol menggunakan kicauan burung robin menunjukkan 70 persen burung tetap mendekati sumber makanan hingga eksperimen berakhir, mengindikasikan tidak ada efek pengusiran dari suara netral tersebut.

**Analisis Acoustic Cues dan Interpretasi Emosional**

Hasil eksperimen menunjukkan burung camar memiliki kemampuan sophisticated dalam membaca emotional content suara manusia. Meskipun volume identik, perbedaan nada, ritme, dan tekanan intonasi menghasilkan respons behavioral yang distinct.

Teriakan dengan karakteristik pitch tinggi dan ritme cepat diinterpretasikan sebagai ancaman level tinggi, memicu fight-or-flight response. Sementara peringatan tenang dengan intonasi stabil memberikan sinyal bahaya moderat yang cukup untuk deterrent effect tanpa menimbulkan kepanikan.

Kemampuan ini sebelumnya banyak ditemukan pada hewan domestik seperti anjing dan kuda, namun jarang terobservasi pada wildlife yang hidup bebas. Herring gull urban yang berinteraksi harian dengan manusia tampaknya telah mengembangkan adaptasi untuk memproses prosodic information sebagai survival strategy.

**Implikasi untuk Wildlife Management Urban**

Temuan ini menawarkan pendekatan humanis dalam mengelola konflik manusia-satwa liar di area perkotaan. Daripada menggunakan metode agresif seperti physical intimidation, vocal deterrent terbukti effective sekaligus wildlife-friendly.

Burung camar merupakan spesies yang mendapat perhatian konservasi, sehingga metode non-violence penting untuk coexistence yang sustainable. Pendekatan ini memungkinkan humans dan seagulls berbagi space coastal urban tanpa konflik destruktif.

Research leader menekankan bahwa mayoritas burung camar tidak akan mengambil risiko direct theft jika mereka detect warning signals dari manusia. Understanding ini fundamental untuk developing effective deterrent strategies.

**Kecerdasan Adaptif Burung Camar Urban**

Studi sebelumnya telah mengkonfirmasi kecerdasan tinggi herring gull, termasuk kemampuan mengikuti human gaze direction dan memahami human behavioral patterns. Penelitian current menambahkan evidence baru: burung camar memproses human vocal prosody untuk risk assessment.

Adaptasi cognitive ini mencerminkan neuroplasticity yang remarkable, memungkinkan species untuk thriving dalam urban environment yang dinamis. Kemampuan interpretasi acoustic cues memberikan competitive advantage dalam navigating human-dominated landscapes.

**Rekomendasi Praktis untuk Interaksi Harian**

Berdasarkan findings, peneliti menyarankan graduated response approach: observasi initial terhadap burung, pemberian peringatan tegas dan jelas, escalation ke teriakan singkat jika diperlukan.

Strategi ini bertujuan establishing clear boundaries tanpa unnecessary stress pada wildlife. Ignoring seagulls atau using pleasant sounds justru kontraproduktif karena tidak memberikan deterrent signals yang diperlukan.

**Limitasi dan Arah Penelitian Future**

Eksperimen dilakukan dalam controlled conditions dengan makanan tertutup dan tanpa human presence sebagai food owner. Variables yang belum dieksplorasi meliputi pengaruh female voices, different languages, food accessibility, dan group dynamics.

Integration visual cues seperti eye contact dan hand gestures juga memerlukan investigasi lebih lanjut untuk comprehensive understanding interaksi manusia-camar dalam real-world scenarios.

**Broader Implications untuk Urban Ecology**

Penelitian ini mendemonstrasikan bahwa urban wildlife actively listening dan processing human communications. Dengan slight modifications dalam cara berkomunikasi, manusia dapat significantly reduce conflict potential dan menciptakan safer interactions untuk both species.

Publikasi lengkap dalam jurnal Current Biology memperkuat evidence base untuk science-informed urban wildlife management strategies yang prioritize coexistence over confrontation dalam increasingly urbanized coastal environments.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Ensiklopedia Saintis Junior: Eksperimen Sains