Para ilmuwan berhasil menemukan jejak meteorit langka jenis CI chondrite di permukaan Bulan untuk pertama kali dalam sejarah eksplorasi antariksa. Penemuan ini berasal dari tujuh butir debu mikroskopis yang dikumpulkan misi Chang’e-6 China dari sisi jauh Bulan—wilayah yang belum pernah dijelajahi manusia secara langsung.
Temuan ini bukan sekadar soal debu kosmik biasa. CI chondrite dikenal sebagai meteorit kaya air dan senyawa volatil, serta dianggap sebagai salah satu material paling primitif yang tersisa dari masa awal Tata Surya.
**Bukti Bertahan di Tanah Bulan**
Fakta bahwa fragmen rapuh ini dapat bertahan di tanah Bulan membuka petunjuk baru tentang bagaimana air dan unsur penting lain mungkin pernah dihantarkan ke Bulan—dan Bumi—miliaran tahun lalu.
Misi Chang’e-6 mencatat sejarah dengan membawa pulang lebih dari 1,8 kilogram sampel tanah dan batuan dari sisi jauh Bulan. Lokasi pendaratan berada di Cekungan Apollo, sebuah kawah yang terletak di dalam South Pole-Aitken Basin, salah satu struktur tumbukan terbesar dan tertua di Bulan.
**Lokasi Strategis untuk Penelitian**
Wilayah ini diyakini menyingkap batuan purba dari bagian dalam kerak Bulan, menjadikannya tempat ideal untuk mencari jejak tumbukan asteroid kuno.
Penelitian ini dipimpin oleh Jintuan Wang, ahli geokimia dari Chinese Academy of Sciences (CAS). Fokus risetnya adalah bagaimana meteorit memindahkan material—termasuk air—antar asteroid, planet, dan satelit alami pada masa awal Tata Surya.
**Keistimewaan CI Chondrite**
CI chondrite adalah jenis meteorit yang sangat rapuh, berpori, dan kaya air, sehingga biasanya hancur saat memasuki atmosfer Bumi atau saat menghantam permukaan planet. Itulah sebabnya, hanya sedikit sekali CI chondrite yang pernah ditemukan di Bumi.
Bulan, yang tidak memiliki atmosfer, justru menjadi arsip alami tumbukan kosmik. Namun, kondisi ini juga berarti meteorit menghantam permukaan Bulan dengan kecepatan sangat tinggi—cukup untuk menguapkan atau melempar kembali material rapuh ke angkasa.
**Kejutan Ilmiah**
Karena itu, keberadaan material CI chondrite yang masih dapat diidentifikasi di tanah Bulan menjadi kejutan besar bagi para ilmuwan.
Di laboratorium Bumi, tim peneliti menyaring lebih dari 5.000 fragmen kecil dari sampel Chang’e-6. Sebagian besar merupakan regolit Bulan—lapisan debu dan batuan hancur.
**Analisis Mikroskopis Detail**
Fokus utama diarahkan pada butiran yang mengandung olivin, mineral magnesium-besi yang umum ditemukan pada batuan vulkanik dan meteorit.
Dengan menggunakan mikroskop elektron pemindai dan analisis kimia skala mikro, para peneliti mengidentifikasi tujuh fragmen kecil kaya olivin yang terperangkap dalam material Bulan.
“Rasio besi, mangan, dan nikel pada fragmen ini sangat cocok dengan yang ditemukan pada meteorit mirip CI,” tulis Wang dan timnya dalam studi tersebut.
**Tekstur Lelehan Tumbukan**
Fragmen-fragmen ini juga memperlihatkan tekstur lelehan tumbukan—kristal olivin yang terjebak dalam matriks kaca—menunjukkan bahwa material asteroid sempat meleleh akibat benturan, lalu mendingin sangat cepat sehingga komposisi kimianya tetap terjaga.
Para ilmuwan telah lama menduga bahwa air dan zat volatil di Bulan berasal dari tumbukan asteroid kaya karbon pada masa awal pembentukannya. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa asteroid karbonan kemungkinan menyumbang sebagian besar air Bulan.
**Bukti Fisik Langsung**
Temuan CI chondrite dari Chang’e-6 kini menjadi bukti fisik langsung bahwa asteroid jenis ini benar-benar menghantam Bulan.
Wang dan timnya memperkirakan bahwa sekitar 30 persen material meteorit di tanah Bulan mungkin berasal dari penumbuk mirip CI chondrite. Jika benar, maka sebagian besar objek yang menghantam sistem Bumi-Bulan di masa lalu kemungkinan kaya air dan senyawa volatil.
**Implikasi untuk Bumi**
Implikasinya besar: jika asteroid-asteroid ini menghantam Bulan, mereka hampir pasti juga menghantam Bumi, membawa air dan material organik yang berperan penting dalam pembentukan samudra dan kondisi awal kehidupan.
Misi asteroid seperti Ryugu dan Bennu telah menunjukkan bahwa benda langit kecil dapat menyimpan air dan senyawa organik. Kini, Bulan memperkuat gambaran tersebut dengan menyimpan rekaman jangka panjang debu asteroid purba yang mungkin sudah lama hilang dari Bumi akibat proses geologi.
**Metode untuk Misi Masa Depan**
Para peneliti menekankan bahwa metode mereka dalam mengidentifikasi material asing di sampel Bulan dapat digunakan pada misi pengambilan sampel berikutnya, untuk mengungkap seberapa umum material mirip CI chondrite di Tata Surya bagian dalam.
**Publikasi Bergengsi**
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), menandai langkah penting dalam memahami hubungan antara asteroid, Bulan, dan asal-usul air di planet kita.
**Arsip Sejarah Kosmik**
Penemuan ini menunjukkan bahwa Bulan berfungsi sebagai arsip sejarah bombardement yang dialami sistem Bumi-Bulan pada masa awal. Tidak seperti Bumi yang mengalami proses geologi aktif yang menghapus jejak-jejak kuno, Bulan menyimpan rekaman purba ini dengan lebih baik.
**Teknologi Identifikasi Canggih**
Kemampuan untuk mengidentifikasi material meteorit dalam sampel Bulan menunjukkan kemajuan signifikan dalam teknologi analisis mikroskopis. Metode ini membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut tentang komposisi dan asal-usul material di permukaan Bulan.
**Kontribusi Misi Chang’e-6**
Keberhasilan misi Chang’e-6 dalam mengumpulkan sampel dari sisi jauh Bulan memberikan kontribusi tak ternilai bagi pemahaman ilmuwan tentang sejarah awal Tata Surya. Sampel dari lokasi yang belum pernah dijelajahi ini memberikan perspektif baru tentang bombardement meteorit purba.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait:
Si Pamutung: Sebuah Pemukiman Kuno di Pedalaman Sumatera Utara