Kaleidoskop 2025: 5 Temuan Arkeologi Spektakuler, Salah Satunya Titik Terang Makam Cleopatra

Tahun 2025 menjadi saksi bagaimana teknologi mutakhir dan metode penggalian konvensional berkolaborasi mengungkap misteri yang terpendam ribuan tahun. Dari makam raja yang hilang di hutan Belize hingga pemetaan kapal perang di dasar laut, penemuan arkeologi tahun ini memberikan perspektif baru tentang sejarah peradaban manusia.

Penggunaan sekuensing DNA kuno, citra satelit, dan pemetaan bawah air telah mentransformasi cara kerja ilmuwan. Meski demikian, banyak penemuan terbesar tahun ini tetap berawal dari penggalian klasik yang memerlukan kesabaran tinggi.

**Lima Penemuan Arkeologi Paling Memukau 2025**

**1. Makam Raja Pendiri Dinasti Maya di Hutan Belize**

Setelah hampir empat dekade menggali di hutan Belize, arkeolog Arlen dan Diane Chase menemukan sebuah makam kerajaan berusia 1.700 tahun. Makam ini diduga milik Te K’ab Chaak, penguasa legendaris yang mendirikan dinasti Maya yang berkuasa selama lima abad.

Di dalam makam tersebut, ditemukan topeng kematian mosaik dari batu giok dan cangkang, serta perhiasan giok yang menakjubkan. Temuan ini menjadi kunci penting dalam memahami hubungan antara suku Maya dengan kota besar Teotihuacan.

**2. Pelabuhan Tenggelam dan Petunjuk Makam Cleopatra**

Tahun ini, para arkeolog membuat penemuan yang mungkin dapat membantu melacak keberadaan makam Ratu Cleopatra. Selama dua dekade, penjelajah National Geographic, Kathleen Martínez, telah mencari tempat peristirahatan terakhir Cleopatra—bukan di Aleksandria, tempat yang diyakini sebagian besar pakar sebagai lokasi pemakamannya, melainkan di sebuah kuil yang kurang dikenal di dekatnya bernama Taposiris Magna.

Pencariannya membawa tim ke Laut Mediterania, di mana mereka menemukan sebuah pelabuhan tenggelam yang berasal dari era sang ratu. Para penyelam yang dipimpin oleh penjelajah National Geographic, Bob Ballard, memetakan lantai-lantai yang terpoles, pilar-pilar raksasa yang menjulang, serta jangkar-jangkar di bawah permukaan ombak.

Temuan ini mengubah pandangan terhadap Taposiris Magna sebagai pusat maritim yang penting sekaligus pusat keagamaan. Menurut Martinez, temuan tersebut memperkuat argumen bahwa Cleopatra memilih lokasi itu untuk makamnya.

**3. Kuburan Kapal Perang Dunia II di Kepulauan Solomon**

Selain upayanya mencari Cleopatra, Ballard juga memimpin ekspedisi laut dalam ke Iron Bottom Sound di Kepulauan Solomon pada Juli untuk mengeksplorasi kapal-kapal Perang Dunia II yang karam. Dasar laut di sana merupakan “pemakaman” yang sunyi bagi lebih dari seratus kapal Sekutu dan Jepang yang hancur selama Pertempuran Guadalcanal.

Dalam ekspedisi ini, Ballard dan timnya menggunakan ROV (wahana kendali jarak jauh) untuk mensurvei 13 bangkai kapal, termasuk kapal perusak Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, Teruzuki, dan bagian haluan yang hancur dari kapal AS, U.S.S. New Orleans.

Tim tersebut juga mengunjungi kembali kapal penjelajah Australia, HMAS Canberra, yang tenggelam dalam Pertempuran Pulau Savo, serta memeriksa sisa-sisa reruntuhan U.S.S. DeHaven, salah satu kapal terakhir yang hilang dalam pertempuran Guadalcanal.

**4. Makam Firaun Thutmose II yang Hilang**

Makam Raja Thutmose II sempat luput dari pencarian para arkeolog selama lebih dari satu abad, sebelum akhirnya tim gabungan dari Inggris dan Mesir mengumumkan penemuannya pada Februari lalu.

Thutmose II, yang beristrikan saudara tirinya, ratu ternama (yang kemudian menjadi firaun) Hatshepsut, memerintah pada tahun 1493 hingga 1479 SM, di masa awal Dinasti ke-18. Ini merupakan makam kerajaan pertama yang ditemukan di dekat Lembah Para Raja sejak penemuan makam Raja Tutankhamun.

Di dalamnya, para arkeolog menemukan dinding-dinding yang dihiasi pahatan hieroglif serta langit-langit yang dicat dengan pemandangan angkasa yang indah.

**5. Megastruktur Andes: Memecahkan Misteri Lubang dan Perangkap Berburu**

Penelitian mendalam terhadap megastruktur di Andes menulis ulang sejarah kehidupan masyarakat pegunungan kuno. Di sepanjang pegunungan Andes, manusia pernah merekayasa seluruh lanskap untuk mengoordinasikan perdagangan, menghitung upeti, hingga menangkap mangsa yang gesit.

Di Peru, para peneliti kemungkinan akhirnya berhasil memecahkan misteri ribuan lubang yang dikenal sebagai “Band of Holes” di lereng gunung terpencil bernama Monte Sierpe. Mereka menduga sekitar 5.000 lubang tersebut digunakan sebagai pasar dan sistem akuntansi oleh masyarakat Chincha, yang kemudian diperluas oleh suku Inka.

**Teknologi Drone Ungkap Fungsi Lubang Misterius**

Para peneliti menggunakan drone untuk melihat lubang tersebut dari ketinggian. Pemetaan drone serta analisis sisa-sisa tanaman menunjukkan bahwa lubang-lubang itu dulunya berisi keranjang barang dan kemungkinan terhubung dengan metode penghitungan kuno menggunakan tali simpul yang disebut “khipus.”

Jauh ke arah selatan di Cekungan Sungai Camarones, Chile, citra satelit memandu seorang arkeolog menemukan 76 struktur batu berbentuk V yang diyakini sebagai “chacu” atau jebakan berburu berskala besar.

**Strategi Berburu Kuno dengan Dinding Batu**

Masyarakat kuno yang tinggal di sana menggunakan dinding batu sepanjang 150 meter untuk menggiring vicuña liar—hewan kecil mirip llama—ke dalam kandang melingkar untuk disembelih.

**Warisan Rekayasa Lanskap Kuno**

Kedua penemuan ini menggambarkan bagaimana masyarakat Andes kuno membentuk bentang alam selama turun-temurun demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kemampuan mereka dalam merekayasa lingkungan menunjukkan tingkat peradaban yang sangat maju untuk zamannya.

**Dampak Teknologi Modern dalam Arkeologi**

Penemuan-penemuan tahun 2025 ini menunjukkan betapa pentingnya integrasi teknologi modern dengan metode arkeologi tradisional. Penggunaan drone, citra satelit, dan ROV tel


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Nat Geo Mesir Kuno

Barus: Seribu Tahun Yang Lalu

Seri Misteri Favorit: Misteri Gurindam Makam Kuno