FUKUOKA – Studi terbaru dari Kyushu University mengungkap dampak tak terduga peningkatan karbon dioksida atmosfer. Selain memicu pemanasan global di permukaan Bumi, gas rumah kaca ini justru mendinginkan ionosfer pada ketinggian sekitar 100 kilometer dari permukaan laut.
**Efek Paradoks Pemanasan Global**
Penelitian yang dipimpin Profesor Huixin Liu dari Fakultas Sains Kyushu University menunjukkan bahwa pendinginan lapisan atmosfer atas membawa konsekuensi serius bagi sistem komunikasi global. Ionosfer yang mendingin berpotensi mengganggu komunikasi radio gelombang pendek, navigasi penerbangan, komunikasi maritim, dan penyiaran radio.
“Pendinginan ini tidak berarti semuanya baik-baik saja. Ini mengurangi kepadatan udara di ionosfer dan mempercepat sirkulasi angin,” ungkap Profesor Liu dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters.
**Gangguan Plasma dan Satelit**
Perubahan suhu di ionosfer menyebabkan penurunan kepadatan udara dan percepatan angin, yang berisiko mengganggu lintasan serta masa pakai satelit. Gangguan terjadi melalui fenomena yang disebut plasma irregularities atau ketidakberaturan plasma skala kecil.
Penelitian ini memfokuskan pada fenomena Sporadic-E (Es), yaitu lapisan padat ion logam yang terbentuk secara acak pada ketinggian 90-120 kilometer. “Seperti namanya, Sporadic-E bersifat sporadis dan sulit diprediksi. Namun, ketika terjadi, ia dapat mengganggu komunikasi radio HF dan VHF,” jelas Liu.
**Simulasi dengan Dua Skenario CO2**
Tim peneliti menggunakan model atmosfer komprehensif untuk mensimulasikan kondisi ionosfer pada dua tingkat konsentrasi CO2 berbeda. Skenario pertama menggunakan konsentrasi normal 315 ppm, sedangkan skenario kedua menggunakan konsentrasi tinggi 667 ppm.
Pemilihan angka 667 ppm bertujuan memproyeksikan kondisi masa depan, mengingat kadar CO2 atmosfer saat ini telah mencapai 422,8 ppm pada tahun 2024.
**Temuan Mengkhawatirkan**
Hasil simulasi mengungkap beberapa perubahan signifikan pada konsentrasi CO2 tinggi. Fenomena Sporadic-E cenderung menguat, dengan hotspot bergeser turun sekitar 5 kilometer dari ketinggian normal. Fenomena ini juga dapat bertahan lebih lama di malam hari, mengubah pola harian yang sudah mapan.
Para peneliti menjelaskan bahwa perubahan ini dipicu kombinasi antara kepadatan atmosfer yang menurun dan gangguan angin yang dipercepat akibat pendinginan ionosfer.
**Implikasi bagi Industri Telekomunikasi**
Profesor Liu menekankan bahwa temuan ini merupakan yang pertama menunjukkan bagaimana peningkatan CO2 global dapat memengaruhi fenomena plasma skala kecil di luar angkasa. Penelitian ini mengungkap wawasan baru tentang proses cross-scale coupling antara udara netral dan plasma ionosfer.
“Temuan-temuan ini adalah yang pertama dari jenisnya yang menunjukkan bagaimana peningkatan CO2 memengaruhi terjadinya Sporadic-E,” papar Liu.
**Tantangan Masa Depan**
Implikasi penelitian ini melampaui sekadar perubahan iklim di Bumi. Sektor telekomunikasi dihadapkan pada tantangan jangka panjang yang memerlukan adaptasi strategis. Industri ini perlu mengembangkan visi yang mengantisipasi dampak pemanasan global terhadap operasional masa depan.
“Mempertimbangkan temuan kami, industri telekomunikasi perlu mengembangkan visi jangka panjang yang memperhitungkan dampak pemanasan global dan perubahan iklim terhadap operasi masa depan mereka,” tegas Liu.
**Dampak Meluas ke Luar Angkasa**
Studi ini memberikan perspektif baru bahwa pemanasan global tidak hanya berdampak pada sistem Bumi, tetapi meluas hingga ke luar angkasa. Ionosfer yang terganggu dapat memengaruhi berbagai teknologi yang bergantung pada komunikasi satelit dan radio.
**Urgensi Mitigasi**
Temuan Kyushu University menambah daftar alasan mengapa mitigasi perubahan iklim menjadi semakin mendesak. Selain dampak langsung di permukaan Bumi, peningkatan CO2 ternyata mengancam infrastruktur komunikasi global yang vital bagi kehidupan modern.
**Kesiapan Teknologi**
Para ahli menyarankan agar industri teknologi mulai mengembangkan sistem komunikasi yang lebih tahan terhadap gangguan ionosfer. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk memahami sepenuhnya mekanisme interaksi antara perubahan iklim dan dinamika atmosfer atas.
Studi ini membuka babak baru dalam pemahaman dampak perubahan iklim, menunjukkan bahwa efek pemanasan global ternyata mencapai wilayah yang jauh lebih luas dari perkiraan sebelumnya. Ionosfer yang terganggu dapat menjadi tantangan serius bagi konektivitas global di masa mendatang.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: