Lempeng Laut Filipina Deformasi, Picu Gempa M 4,9 di Talaud Sulawesi Utara

MANADO – Aktivitas seismik kembali terjadi di kawasan timur Indonesia. Guncangan gempa bumi bermagnitudo 4,9 menerjang wilayah Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Kamis (13/11/2025) pukul 10.31 WIB. Meski episenter berada di laut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan tidak ada potensi gelombang tsunami.

Dr. Daryono, Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, mengklasifikasikan peristiwa ini sebagai gempa intermediate yang dipicu oleh deformasi internal Lempeng Samudera Filipina.

**Lokasi dan Karakteristik Gempa**

Berdasarkan analisis seismologi BMKG, pusat gempa terletak pada koordinat 4,04° Lintang Utara dan 127,74° Bujur Timur. Posisi hiposenter berada di perairan sejauh 108 kilometer arah tenggara Pulau Karatung, Sulawesi Utara, pada kedalaman 124 kilometer.

Kedalaman tersebut mengkategorikan gempa sebagai intermediate earthquake, berbeda dengan gempa dangkal yang umumnya lebih merusak.

**Mekanisme Tektonik: Subduksi Lempeng Filipina**

Daryono menjelaskan bahwa gempa ini memiliki karakteristik khusus berkaitan dengan proses tektonik regional. “Gempa bumi yang terjadi di Talaud ini merupakan jenis gempa menengah, yang dipicu oleh adanya aktivitas deformasi dalam Lempeng Laut Filipina yang menunjam di bawah lempeng lain,” papar Daryono dalam keterangan resmi.

Analisis focal mechanism menunjukkan gempa ini memiliki mekanisme thrust fault atau sesar naik. Pola pergerakan ini terjadi ketika satu blok batuan terdorong ke atas relatif terhadap blok lainnya, mengindikasikan adanya tekanan kompresi intensif di zona subduksi.

**Intensitas Guncangan dan Dampak**

Pemetaan intensitas guncangan (shakemap) menunjukkan gempa menghasilkan getaran dengan skala II-III MMI (Modified Mercalli Intensity) di kawasan Kepulauan Talaud. Pada level intensitas ini, getaran terasa nyata di dalam bangunan dengan sensasi seperti kendaraan berat yang melewati area tersebut.

Hingga waktu penulisan, belum ada laporan kerusakan infrastruktur atau korban jiwa akibat gempa tersebut. Monitoring BMKG sampai pukul 10.50 WIB juga tidak mendeteksi gempa susulan (aftershock) yang signifikan.

**Protokol Keamanan dan Imbauan Publik**

Meskipun gempa dipastikan tidak menimbulkan tsunami, BMKG tetap mengeluarkan protokol keamanan untuk masyarakat. Daryono mengimbau warga untuk tetap waspada dan tidak mudah terpancing isu yang belum terverifikasi.

“Kami mengimbau masyarakat untuk memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,” tegas Daryono.

**Verifikasi Informasi Resmi**

BMKG menekankan pentingnya masyarakat memperoleh informasi seismik hanya dari sumber resmi. Kanal komunikasi terverifikasi meliputi situs web bmkg.go.id dan akun media sosial @infoBMKG untuk mencegah penyebaran hoaks atau misinformasi terkait aktivitas gempa.

**Konteks Seismotektonik Regional**

Kepulauan Talaud terletak dalam zona seismik aktif karena posisinya di pertemuan beberapa lempeng tektonik. Wilayah ini merupakan bagian dari sistem subduksi kompleks dimana Lempeng Samudera Filipina menunjam di bawah Lempeng Eurasia.

Aktivitas subduksi ini menjadikan kawasan timur Indonesia, termasuk Sulawesi Utara, rentan terhadap aktivitas seismik dengan berbagai magnitudo dan kedalaman.

**Mitigasi dan Kesiapsiagaan**

Kejadian ini mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat menghadapi aktivitas seismik. Program edukasi tentang protokol keamanan gempa dan konstruksi bangunan tahan gempa menjadi prioritas dalam upaya mitigasi risiko.

Sistem peringatan dini BMKG telah beroperasi optimal untuk memberikan informasi cepat dan akurat kepada masyarakat, memungkinkan respons yang tepat saat terjadi aktivitas seismik signifikan.

**Monitoring Berkelanjutan**

BMKG akan terus melakukan monitoring intensif terhadap aktivitas seismik di kawasan Kepulauan Talaud dan sekitarnya. Jaringan seismometer yang tersebar strategis memberikan kemampuan deteksi real-time untuk aktivitas tektonik di wilayah tersebut.

Data seismik yang terkumpul tidak hanya berguna untuk peringatan dini, tetapi juga untuk penelitian seismotektonik yang mendukung pemahaman lebih komprehensif tentang dinamika lempeng di kawasan Indonesia timur.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Kolonialisme dan Etnisitas: Batak & Melayu di Sumatra Timur Laut

Si Pamutung: Sebuah Pemukiman Kuno di Pedalaman Sumatera Utara

Seri Sastra Dunia: Gempa Waktu