Mengapa Kita Menguap? Ternyata Bukan karena Butuh Oksigen

BALTIMORE – Asumsi bahwa menguap berfungsi memasok oksigen tambahan ke dalam tubuh ternyata keliru. Penelitian terbaru mengungkap bahwa fenomena biologis yang dialami hampir semua vertebrata ini sebenarnya berperan sebagai mekanisme pendingin otak.

**Fenomena Universal di Dunia Hewan**

Menguap bukan hanya perilaku manusia, melainkan aktivitas yang dilakukan hampir seluruh vertebrata mulai dari orangutan, burung parkit, penguin, hingga buaya. Meski begitu, alasan di balik perilaku ini masih menjadi perdebatan sengit di kalangan ilmuwan.

**Bantahan Terhadap Teori Lama**

Andrew Gallup, profesor biologi perilaku di Johns Hopkins University, menjelaskan miskonsepsi umum tentang fungsi menguap. “Ketika saya bertanya kepada audiens mengapa kita menguap, kebanyakan orang beranggapan bahwa itu ada hubungannya dengan pernapasan dan mungkin entah bagaimana meningkatkan oksigen dalam darah.”

Keyakinan tersebut muncul karena saat menguap, seseorang menghirup udara lebih dalam. “Namun, yang tidak disadari kebanyakan orang adalah bahwa hipotesis tersebut telah diuji secara eksplisit dan terbukti salah,” kata Gallup seperti dikutip Guardian.

**Eksperimen yang Membantah**

Studi yang dilakukan pada dekade 1980-an memanipulasi kadar oksigen dan karbon dioksida yang dihirup sukarelawan. Hasilnya menunjukkan perubahan kadar gas tidak memengaruhi frekuensi menguap.

Bukti tambahan datang dari observasi terhadap penderita gangguan fungsi paru-paru yang tidak menunjukkan perbedaan pola menguap, padahal seharusnya terjadi jika menguap berhubungan dengan pernapasan.

**Hipotesis Baru: Sistem Pendingin Otak**

Gallup dan timnya kemudian meneliti gerakan motorik yang terlibat saat menguap: pembukaan rahang lebar disertai tarikan napas dalam, diikuti penutupan rahang dan hembusan napas cepat. Tim menduga gerakan ini memiliki konsekuensi peredaran darah yang terpusat pada tengkorak.

“Kami menilai, membuka rahang dengan lebar adalah peregangan yang terlokalisasi, serupa dengan meregangkan otot di area tubuh lainnya,” ungkap Gallup. “Dengan cara yang sama, peregangan membantu sirkulasi pada ekstremitas tersebut. Menguap tampaknya melakukan hal yang sama untuk area kepala.”

**Dukungan dari Literature Medis**

Beberapa tinjauan literatur medis mendukung hipotesis ini dengan menunjukkan bahwa menguap meningkatkan suplai darah arteri ke kranium dan memperlancar aliran darah kembali dari kepala menuju jantung.

Hipotesis utama yang muncul menyatakan menguap berfungsi mengatur suhu di dalam dan sekitar tengkorak. Tarikan napas dalam saat menguap membawa udara dingin melintasi permukaan lembap mulut dan saluran hidung, mendinginkan darah yang mengalir ke otak melalui evaporasi dan konveksi.

**Pengaruh Suhu Lingkungan**

Studi menunjukkan frekuensi menguap sangat dipengaruhi suhu lingkungan. Menguap sering terjadi saat suhu sedikit terlalu hangat untuk memicu pendinginan, dan mereda saat suhu benar-benar panas karena mekanisme pendinginan lain seperti berkeringat yang bekerja.

**Teori Perubahan Gairah**

Selain termoregulasi, teori kuat lainnya adalah “perubahan gairah” di mana menguap membantu otak bertransisi antar kondisi, seperti dari tidur ke terjaga atau dari bosan ke waspada.

Dr. Olivier Walusinski, sejarawan kedokteran yang menulis beberapa makalah tentang topik ini, menjelaskan kemungkinan menguap membantu otak beralih antara menggunakan “jaringan mode default” yang terkait dengan melamun dan jaringan perhatian yang bertanggung jawab mempersiapkan tubuh beraksi.

**Keterkaitan Antar Teori**

Kedua penjelasan ini mungkin saling terkait karena perubahan tingkat aktivitas otak dari bosan ke waspada juga berarti perubahan suhu dan kebutuhan sirkulasi darah.

**Manfaat Fisiologis**

Para peneliti menyimpulkan bahwa menguap mungkin baik untuk kesehatan dan membantu fungsi otak bekerja lebih optimal. Mekanisme ini memungkinkan pengaturan suhu otak yang efisien sambil memfasilitasi transisi antar kondisi mental.

**Implikasi Penelitian**

Temuan ini mengubah pemahaman fundamental tentang perilaku biologis yang sangat umum ini. Menguap bukan lagi dianggap sebagai tanda kekurangan oksigen, melainkan mekanisme canggih untuk mengoptimalkan fungsi otak.

**Evolusi dan Adaptasi**

Keberadaan perilaku menguap pada hampir semua vertebrata menunjukkan pentingnya mekanisme ini dalam evolusi. Kemampuan mengatur suhu otak secara efisien memberikan keunggulan adaptif bagi berbagai spesies dalam berbagai lingkungan.

**Penelitian Berkelanjutan**

Studi tentang menguap terus berkembang dengan teknologi pencitraan otak modern yang memungkinkan observasi langsung terhadap perubahan sirkulasi darah dan aktivitas neural saat seseorang menguap.

Penelitian ini membuka jalan bagi pemahaman lebih mendalam tentang mekanisme thermoregulasi otak dan transisi kondisi mental, dengan implikasi potensial bagi pengembangan terapi neurobiologis di masa depan.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

National Geographic: Rahasia Otak

Desa Butuh Lo, Sob!

Kaum Demokrat Kritis: Analisis Perilaku Pemilih Indonesia