Misteri Komet 3I/ATLAS, Mirip Fosil Karbon Primitif dari Pembentukan Galaksi Lain

Komet 31/ATLAS, objek antarbintang ketiga yang berhasil terdeteksi memasuki Tata Surya, menyimpan kejutan luar biasa. Studi pra-cetak terbaru mengungkap bahwa komet ini kemungkinan besar merupakan objek karbon primitif yang memiliki kemiripan mencolok dengan benda-benda es di luar orbit Neptunus.

Para ilmuwan internasional meyakini Komet 31/ATLAS bukan sekadar “penyintas purba” yang telah menempuh perjalanan miliaran tahun melalui medium antarbintang, tetapi juga tengah mengalami aktivitas cryovolcanism (letusan gunung berapi es) yang eksotis dalam pertemuan dekat pertamanya dengan Matahari, kemungkinan dalam 10 juta tahun terakhir.

**Fenomena Cryovolcanism yang Tidak Terduga**

Cryovolcanism atau gunung berapi es mungkin terdengar aneh, namun ini merupakan fenomena tak terduga bagi Trans-Neptunian Objects (TNOs)—objek dan planet minor di luar orbit Neptunus.

Pada dasarnya, cryovolcanism adalah letusan material bawah permukaan yang menyembur keluar layaknya lava, tetapi terdiri dari zat volatil seperti es air. Meski sebagian besar studi cryovolcanoes berfokus pada bulan-bulan planet raksasa gas seperti Pluto, tim peneliti yakin aktivitas ini wajar bagi TNOs yang lebih kecil saat mendekati Matahari.

**Perilaku Mirip TNOs Murni**

“Perilaku komet 31 secara keseluruhan memiliki kemiripan dengan apa yang seharusnya kita harapkan untuk TNO murni (pristine TNO) selama pendekatan dekat dengan Matahari,” tulis tim tersebut dikutip IFL Science.

Aktivasi komponen volatil di dekat permukaan, bahkan sebelum sublimasi es air sepenuhnya tercapai, mengonfirmasi fenomena tersebut. Para peneliti mengusulkan bahwa kombinasi kelimpahan logam tinggi dan es air yang melimpah dapat menjelaskan morfologi koma dan produk kimia yang tidak biasa.

**Analisis Spektrum dengan Sampel Meteorit NASA**

Untuk mengungkap komposisi Komet 31/ATLAS, para peneliti membandingkan spektrum cahaya yang dipantulkan komet dengan sampel carbonaceous chondrites (batuan meteorit berkarbon) murni dari koleksi meteorit Antartika NASA.

NASA menjelaskan, melalui teknik spektroskopi, para ilmuwan dapat memecah cahaya menjadi spektrum untuk mengidentifikasi elemen.

“Setiap elemen dalam tabel periodik dapat muncul dalam bentuk gas dan akan menghasilkan serangkaian garis terang yang unik untuk elemen itu,” jelas NASA. “Dengan demikian, para astronom dapat mengidentifikasi jenis materi apa yang ada di bintang dari garis-garis yang mereka temukan dalam spektrum bintang.”

**Kesamaan dengan Material Tata Surya Luar**

Membandingkan spektrum komet dengan sampel murni, tim percaya mereka menemukan kecocokan erat dengan TNOs.

“Kesamaan spektral menunjukkan bahwa Komet 31/ATLAS mungkin adalah objek karbon primitif, kemungkinan diperkaya dengan logam asli dan mengalami alterasi berair yang signifikan selama mendekati Matahari,” tulis tim tersebut.

**Wawasan Pembentukan Sistem Planet Lain**

Penemuan bahwa Komet 31/ATLAS sangat mirip dengan material di Tata Surya bagian luar sangat menarik untuk memahami lingkungan di sekitar bintang lain.

“Ini berarti bahwa tahap awal pembentukan planet dapat menghasilkan jenis materi yang serupa, bahkan di lokasi yang benar-benar terpencil di galaksi kita,” jelas tim tersebut.

**Implikasi untuk Penelitian Masa Depan**

Para peneliti menyimpulkan bahwa objek antarbintang seperti Komet 31/ATLAS terus menantang dan menyempurnakan pemahaman tentang pembentukan sistem keplanetan. Mereka mendesak agar misi seperti ESA’s Comet Interceptor menjadi prioritas utama dengan tujuan akhir mengambil sampel langsung dari pengunjung antarbintang di masa depan.

**Karakteristik Unik Objek Antarbintang**

Komet 31/ATLAS memiliki keunikan sebagai objek yang berasal dari luar Tata Surya namun menunjukkan komposisi serupa dengan benda-benda di wilayah terluar sistem kita. Hal ini memberikan petunjuk penting bahwa proses pembentukan planet di berbagai sistem bintang mungkin mengikuti pola yang serupa.

**Aktivitas Vulkanik Es yang Langka**

Fenomena cryovolcanism pada komet ini menjadi bukti pertama aktivitas vulkanik es pada objek antarbintang. Letusan es dan material volatil lainnya terjadi ketika komet mendekat ke Matahari, menunjukkan bahwa objek ini masih aktif meski telah melakukan perjalanan antarbintang selama jutaan tahun.

**Teknologi Deteksi dan Analisis**

Keberhasilan menganalisis komposisi Komet 31/ATLAS menunjukkan kemajuan teknologi spektroskopi dalam mengidentifikasi material objek langit yang sangat jauh. Teknik ini membuka peluang untuk memahami lebih dalam tentang objek-objek antarbintang lain yang mungkin mengunjungi Tata Surya di masa depan.

**Relevansi dengan Asal-usul Kehidupan**

Penemuan material karbon primitif pada komet antarbintang ini juga memberikan wawasan tentang distribusi bahan organik di galaksi dan potensi kontribusinya terhadap asal-usul kehidupan di berbagai sistem planet.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Julius Surya Djohan: Office Boy Kuliah di New York

Ensiklopedia Kisah Planet Bumi

Nat Geo Atlas Antariksa