Penelitian BRIN: Asteroid yang Pernah Jadi Satelit Sementara Bumi Masuk “Jebakan” Gravitasi

Objek-objek kecil dari luar angkasa terkadang terjebak sementara dalam pengaruh gravitasi Bumi, menjadi satelit sementara atau yang dikenal sebagai mini-moon. Peneliti Pusat Riset Komputasi BRIN, Ibnu Nurul Huda, mengkaji secara mendalam evolusi orbit Asteroid 2020 CD3, objek yang pernah menjadi satelit sementara Bumi. Analisisnya mengungkap bagaimana objek ini masuk dan keluar dari “jebakan” gravitasi planet.

**Kajian Matematis Evolusi Orbit Asteroid**

Ibnu memaparkan studi komprehensif mengenai evolusi orbit objek unik ini melalui pendekatan matematis dan komputasi. Kajian ini disampaikan dalam sesi diskusi Kolokium Komputasi bertema “Aplikasi Model Numerik dan Analitik Pada Telaah Evolusi Orbit Asteroid.”

“Riset dikembangkan terkait terdapat beberapa asteroid yang masuk ke dalam daerah Hill Bumi dan menjadi satelit sementara Bumi (mini-moon),” ungkap Ibnu saat sesi diskusi pada Jumat (28/11/2025) secara daring.

**Urgensi Pemahaman Dinamika Asteroid**

Menurut Ibnu, menelaah dinamika asteroid-asteroid tersebut secara mendalam sangat diperlukan. Fenomena satelit sementara seperti Asteroid 2020 CD3 memberikan gambaran menarik tentang interaksi kompleks antara benda kecil dan sistem Bumi-Matahari.

**Metode Circular Restricted Three-Body Problem**

Dalam risetnya, Ibnu menggunakan pendekatan matematis yang dikenal sebagai Circular Restricted Three-Body Problem (CRTBP). Metode ini sangat efektif untuk menganalisis interaksi antara tiga benda, yaitu Matahari, Bumi, dan asteroid sebagai benda bermassa sangat kecil.

Konsep-konsep seperti Jacobi Konstan dan Zero Velocity Curve (ZVC) turut digunakan untuk memetakan batas-batas gerak asteroid. ZVC membantu mengidentifikasi batas-batas energi yang memungkinkan asteroid tetap ‘terjebak’ sementara dalam pengaruh gravitasi Bumi (Hill Sphere).

**Pendekatan Komputasi Analitik**

“Metode yang kami lakukan dalam riset ini adalah Metode Komputasi Analitik. Masuknya asteroid 2020 CD3 ke dalam radius Hill Bumi dan keluarnya kembali, dapat dipahami melalui jalur manifold yang stabil dan tidak stabil. Pendekatan ini memberikan gambaran matematis yang melengkapi simulasi numerik,” paparnya dikutip dari laman BRIN.

Proses simulasi orbit yang dilakukan Ibnu memadukan data observasi, pemodelan komputasi, dan analisis matematis. Data tersebut diekstraksi dan ditabulasi untuk memastikan konsistensi perilaku orbit asteroid.

**Relevansi untuk Keamanan Planet**

Penelitian mendalam terhadap orbit Asteroid 2020 CD3 dan objek sejenis bukan sekadar untuk menambah pengetahuan. Ibnu menjelaskan bahwa riset ini memiliki peran krusial dalam keamanan planet.

“Penelitian orbit asteroid berperan penting dalam pemantauan objek dekat Bumi, mitigasi potensi ancaman, serta pemahaman dinamika tata surya,” jelas Ibnu.

**Kontribusi Objek Ko-orbital**

Budi Dermawan, narasumber lain dari Prodi Astronomi ITB, menambahkan bahwa keberadaan objek ko-orbital, seperti Asteroid 2023 FW13 dan 2025 PN7, memberikan ruang bagi ilmuwan untuk memahami distribusi massa, interaksi gravitasi, serta evolusi jangka panjang sistem keplanetan.

**Strategi Mitigasi Bencana Antariksa**

Dengan memahami jalur masuk dan keluarnya Asteroid 2020 CD3 melalui jalur manifold, para ilmuwan dapat memprediksi perilaku objek dekat Bumi lainnya, yang merupakan kunci dalam strategi mitigasi bencana antariksa.

“Tujuan dari riset ini adalah untuk menelaah evolusi orbit dari satelit sementara Bumi, terutama asteroid 2020CD3. Harapannya semoga riset ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan terkait dinamika asteroid dan mekanika benda langit,” pungkas Ibnu.

**Signifikansi Asteroid 2020 CD3**

Asteroid 2020 CD3 memiliki diameter sekitar 1,9-3,5 meter dan ditemukan pada Februari 2020. Objek ini bertindak sebagai satelit sementara Bumi selama kurang lebih tiga tahun sebelum akhirnya meninggalkan sistem Bumi-Bulan pada Mei 2020.

**Konsep Hill Sphere dan Zona Gravitasi**

Hill Sphere adalah wilayah di sekitar Bumi dimana gravitasi planet lebih dominan dibandingkan gravitasi Matahari. Asteroid yang memasuki zona ini dapat tertangkap sementara menjadi satelit natural sebelum akhirnya lolos kembali ke ruang antarplanet.

**Implikasi Penelitian untuk Eksplorasi Ruang Angkasa**

Pemahaman mendalam tentang mekanisme penangkapan dan pelepasan asteroid dapat memberikan wawasan berharga untuk misi eksplorasi ruang angkasa masa depan, termasuk kemungkinan pemanfaatan asteroid sebagai sumber daya atau batu loncatan untuk misi ke planet lain.

**Teknologi Pemantauan Modern**

Kemajuan teknologi teleskop dan sistem deteksi otomatis memungkinkan identifikasi objek-objek kecil seperti mini-moon dengan lebih akurat. Hal ini penting mengingat sebagian besar asteroid berukuran kecil sulit dideteksi dengan mata telanjang.

**Kolaborasi Internasional dalam Riset Asteroid**

Penelitian seperti yang dilakukan Ibnu merupakan bagian dari upaya global untuk memahami populasi objek dekat Bumi (Near-Earth Objects/NEOs) yang berpotensi berbahaya atau bermanfaat bagi umat manusia.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Si Pamutung: Sebuah Pemukiman Kuno di Pedalaman Sumatera Utara