Dalam tradisi mitologi dan folklor dunia, perut paus kerap digambarkan sebagai simbolisme kematian sekaligus transformasi. Sebuah ruang gelap berisi air, tempat seseorang “menghilang” sebelum muncul kembali sebagai individu yang berubah. Kisah Nabi Yunus, dongeng Pinokio, hingga berbagai legenda bahari memperkuat citra tersebut.
Namun, bagaimana kondisi sebenarnya di dunia nyata? Apakah pernah ada manusia yang benar-benar ditelan paus? Jawaban singkatnya: hampir mustahil.
**Paus Terbesar Justru Tidak Berbahaya**
Banyak orang mungkin langsung mengasosiasikan ancaman dengan paus biru, hewan terbesar yang pernah hidup di planet ini. Dengan panjang bisa melampaui 30 meter dan bobot mencapai ratusan ton, sosoknya memang mengintimdasi.
Ironinya, paus raksasa inilah yang paling tidak mungkin menelan manusia. Alasannya sederhana: makanannya hanya krill, makhluk kecil mirip udang. Paus biru tidak memiliki gigi, melainkan baleen—sejenis serabut kaku yang berfungsi sebagai penyaring raksasa.
Saat makan, paus biru menyaring jutaan krill dari air laut, kemudian membuang airnya keluar. Meski mulutnya berukuran sangat besar, tenggorokan paus biru terlalu sempit untuk menelan sesuatu sebesar tubuh manusia. Kondisi serupa juga berlaku untuk paus bungkuk dan seluruh kelompok paus baleen lainnya.
**Paus Bergigi: Kemungkinan Teoretis yang Minim**
Situasi menjadi sedikit berbeda ketika membahas paus bergigi, khususnya paus sperma. Spesies ini dikenal sebagai pemburu cumi-cumi raksasa di laut dalam. Ukuran mangsanya menunjukkan bahwa, secara anatomis, paus sperma mungkin mampu menelan manusia.
Faktanya, cumi-cumi kolosal pertama yang pernah ditemukan justru ditemukan di dalam perut paus sperma hasil tangkapan komersial, bahkan seabad sebelum manusia berhasil mengamati cumi tersebut hidup di habitatnya.
Namun, kemungkinan manusia benar-benar tertelan paus sperma tetap sangat kecil. Paus ini hidup dan berburu di kedalaman laut yang ekstrem. Peluang manusia berada di lokasi dan waktu yang sama nyaris nol.
**Legenda James Bartley yang Meragukan**
Sejarah mencatat sebuah kisah sensasional dari akhir abad ke-19. Seorang pemburu paus bernama James Bartley dikabarkan tertelan hidup-hidup oleh paus sperma. Konon, dia baru ditemukan 36 jam kemudian di dalam perut paus yang telah dibedah oleh kru kapalnya.
Cerita tersebut menyebutkan Bartley berhasil selamat, meski sempat mengalami gangguan mental selama tiga minggu sebelum pulih dan kembali bekerja.
Sayangnya, kisah ini hampir pasti tidak benar. Tidak ada oksigen di dalam perut paus. Bertahan hidup selama satu setengah hari di lingkungan penuh gas pencernaan jelas mustahil—bahkan bagi pelaut paling tangguh sekalipun.
**Kasus Nyata: Masuk Mulut, Langsung Dimuntahkan**
Meski manusia nyaris mustahil benar-benar ditelan paus, ada beberapa kejadian nyata di mana manusia sempat masuk ke dalam mulut paus—namun langsung dimuntahkan.
Pada 2021, seorang penyelam lobster di Massachusetts bernama Michael Packard sempat terjebak di dalam mulut paus bungkuk selama 30-40 detik. Tak lama kemudian, paus tersebut menyadari kesalahannya dan langsung memuntahkan Packard dalam kondisi hidup.
Kejadian serupa terjadi pada Februari 2025 di lepas pantai Chili. Seorang kayaker asal Venezuela, Adrián Simancas, sempat “tertelan” paus bungkuk selama satu hingga dua detik. Simancas menggambarkan bagian dalam mulut paus sebagai “bertekstur licin”, dengan pandangan gelap kebiruan dan putih.
**Konflik Habitat yang Meningkat**
Alih-alih membuktikan bahwa paus suka menyerang manusia, kejadian-kejadian ini justru menyoroti masalah lain: manusia semakin sering memasuki habitat paus.
Ketika aktivitas manusia—menyelam, memancing, atau berperahu—beririsan dengan area makan paus, risiko kecelakaan meningkat. Bukan hanya manusia yang terancam, paus pun bisa terluka atau stres akibat interaksi yang tidak disengaja.
**Paus Bukan Predator Manusia**
Secara ilmiah, paus tidak memiliki motivasi untuk menyerang atau memakan manusia. Mereka memiliki pola makan yang spesifik dan tidak menganggap manusia sebagai mangsa.
Kejadian-kejadian langka di mana manusia sempat masuk ke mulut paus lebih merupakan kecelakaan daripada serangan yang disengaja. Paus yang terlibat biasanya langsung mengeluarkan manusia karena menyadari itu bukan makanan mereka.
**Anatomi yang Membatasi**
Struktur anatomi paus juga menjadi faktor pembatas. Paus baleen memiliki tenggorokan yang terlalu sempit, sementara paus bergigi hidup di kedalaman yang jarang dijangkau manusia.
**Pentingnya Konservasi dan Koeksistensi**
Kesimpulannya, kisah manusia ditelan paus lebih banyak hidup di dunia mitos dan legenda. Di dunia nyata, paus bukanlah monster pemakan manusia.
Justru manusialah yang perlu lebih berhati-hati dan menghormati ruang hidup makhluk laut raksasa ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku paus dan upaya konservasi yang tepat, tragedi—sekecil apa pun—dapat dicegah.
**Edukasi untuk Keselamatan**
Pemahaman yang benar tentang perilaku paus penting untuk keselamatan aktivitas manusia di laut. Mengetahui area dan waktu makan paus dapat membantu menghindari interaksi yang tidak diinginkan.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: